74
dari masyarakat dan donatur dari lembaga-lembaga yang memiliki tujuan dan maksud tertentu dalam pengelolaan panti asuhan.
Sehingga menurut Griffith dan Moore bahwa dimana adanya power atau kekuatan dalam suatu lembaga sosial maka itu lah yang berkuasa.Serta secara
tidak langsung dapat mengatur berjalannya atau berlangsungnya roda sistem aturan dalam pengelolaan yang ada di Panti Asuhan Al-Hakiim.
4. Kasus-kasus yang Saling Koeksistensi di Panti Asuhan Al-Hakiim
Secara aktualisasinya aturan-aturan yang koeksistensi di lapangan tidaklah dapat dilihat secara langsung. Hanya dapat dilihat semakin mendalam tentang
Panti Asuhan Al-Hakiim bahwa sistem aturan yang berada di Panti Asuhan lebih mengikuti aturan dari donatur. Misalnya kasussistem aturan mengaji yang berada
di Panti Asuhan, awal berdirinya Panti Asuhan sistem aturannya lebih menyangkut pautkan kepada agamaIslam jadi anak-anak asuh di panti wajib
mengikuti jam mengaji selama dalam satu hari dua kali pertemuan. Setelah itu perlahan-lahan adanya suatu sistematuran baru yang diberikan
kepada Panti Asuhan tersebut. Dimana orang tersebut adalah penyumbang yang memberikan sumbangan setiap bulannya baik dalam berbentuk materi atau pun
berbentuk bahan pangan. Dalam pemberian tersebut donatur memberikan arahan atau aturan kepada pengasuh agar panti jangan lebih mementingkan pendidikan
agamaIslam saja dari pada pendidikan formal, sebab yang dibutuhkan anak disaat dewasa nanti adalah pengetahuan yang lain salah satunya pendidikan formal.
Selama penelitian, peneliti melihat ada beberapa kasus yang lainnya dalam pengelolaan Panti Asuhan tersebut.Kasus tersebut saya observasi dari awal
75
penelitian sampai sekarang.Kasus-kasus tersebut berkaitan dengan sistem aturan yang sudah ada di Panti Asuhan dan ada kaitannya dengan pendidikan agama.
Panti Asuhan ini adalah Panti Asuhan yang dikelola oleh lembaga agama islam. Dimana Panti Asuhan ini dalam sistem aturannya baik cara pengajaran,
pengasuhan, mendidik dan lainnya harus ada kaitannya dengan pendidikan agama. Seperti adanya aturan anak-anak asuh di panti asuhan ikut kegiatan mengaji dan
wajib beribadah 5 waktu yaitu dzuhur, ashar, maghrib, isha dan subuh. Tetapi dari hasil penelitian selama peneliti dilapangan mendapat kasus
yang seperti anak-anak asuh di panti asuhan jarang melaksanakan shalat dan mengaji hanya sekali dalam 1 hari serta selebihnya anak-anak asuh tersebut
belajar tentang segala hal yang termaksud pendidikan formal seperti bahasa inggris, matematika, dan pelajaran yang diajarkan di sekolahnya masing-masing.
Salah satu kasus anak asuh yang peneliti wawancarai ia bernama Ammiruddin berumur 11 tahun, disaat saya menanyakan tentang agama
terutama tentang shalat dan mengaji kepada dia hanya menjawab dengan senyuman dan berkata aku lupa kak bacaan shalat tapi aku ingat dengan
gerakannya. Kalau mengaji aku masih belum lancar kak.
Kemudian saya kembali bertanya kepada kawan sebelahnya bernama
Ramadhan yang berumur 17 tahun dengan permasalahan yang sama tentang agama terutama membaca Al-Quran dan shalat. Dia menjawab seperti ini:
Aku bisa shalat dan mengaji kak, tapi aku jarang karena bagi aku itu akan tidak terlalu penting kak. Yang penting itu kita pintar dalam semua pelajaran
dan shalat kadang-kadang aja tapi yang paling sering sahalat maghrib kak.
Setelah itu kasus yang lainnya lagi ketika ada donatur yang datang di panti
asuhan tersebut.Pada saat itu posisinya saya sebagai peneliti ada di panti dan sedang berbincang-bincang dengan adik-adik asuh di panti. Ketika itu ibu tersebut
76
memberikan sumbangan dimana dengan muka tanpa senyuman dan agak sedikit kurang bersahabatia memberikan bantuan dalam berbentu materi kemudian
meminta kuitansi. Seperti ini ibu tersebut berkata: Saya minta kuitansi ya untuk bukti kalau saya menyumbang disini, yang
lainkan gak minta kuitansi tapi saya minta untuk bukti aja. Dan berkata lagi kyk mana anak-anak disini aman-aman saja kan? Gmana pengajar yang saya
suruh mengajar disini bagus kan? Harus rajin ya anak-anak ini belajarnya itu kan penting bagi mereka kalau bisa dalam 1 hari 3 kali mereka
belajarnya. Mereka jangan banyak main-main.
Kasus dari donatur masyarakat, dimana masyarakat masih menganggap
bahwa anak-anak panti asuhan adalah anak yang tidak berpendidikan, tidak sopan santun dan nakal.Masyarakat juga memberikan aturan kepada anak-anak asuh
agar tidak bermain dengan anak-anak dikalangan panti asuhan. Seperti ibu Mimin tetangga di sekitar Panti Asuhan. Pada hari itu hari
minggu dan anak-anak pasti bermain kelapangan untuk bermain bola tetapi saat itu anak-anak tersebut bertengkar dan menyalahkan anak asuh dipanti yang
bermain kasar.Padahal pada saat itu juga tanpa segaja saya mengamati anak-anak tersebut bermain dan yang bermain kasar adalah anak ibu Mimin.
Semenjak kejadian itu ibu Mimin dan sebahagian dari masyarakat yang tinggal di sekitar panti membuat aturan baru. Aturannya adalah anak-anak asuh
tidak dapat bermain dengan anak dilingkungan panti dan jadwalnya bermain dibatasi serta ibu panti harus memberikan mereka hukuman untuk anak yang
bermain dengan anak dilingkungan panti. Dari hasil penelitian yang peneliti amati bahwa sistem aturan agama di
Panti Asuhan yang ada perlahan-lahan hilang dan kemudian beralih ke sistem aturan yang lain, salah satunya adalah aturan dari masyarakat dan donatur panti
77
asuhan. Dimana mereka yang memiliki kekuatan dalam mengatur panti asuhan sebab mereka adalah seseorang yang sering memberikan bantuan kepada panti
asuhan tersebut. Sistem aturan yang saling koeksistensi dalam panti asuhan adanya suatu
yang berbeda antara masyarakat, lembaga, atuaran agama dan aturan yang sudah di tetapkan oleh pemerintahan untuk anak yatim piatu.Terjadinya suatu konflik
dimana anak-anak asuhan menjadi korban dalam semua aturan yang ada dalam pengelolaan pendidikan di panti asuhan.
Sebagian dari anak-anak menjadi kurang aktif dan pendiam, mereka dari sebahagiannya kurang mengikuti lagi aturan yang ada di Panti Asuhan. Anak-
anak Panti Asuhan lebih mengikuti kehendaknya sendiri dari pada aturan yang ada di Panti Asuhan.Dari sebahagian anak-anak tersebut lebih memilih untuk
diam dan belajar sendiri walaupun dalam keadaan seperti itu. Sebahagian Masyarakat dan Panti Asuhan tidak memiliki jalinan
keharmonisan akibat tingkah laku anak panti yang sesuka hati di lingkungan masyarakat dan kadang kala anak- anak asuh dan anak dilingkungan Panti Asuhan
saling bertengkar.Dimana akibatnya antara ibu dari anak-anak tersebut dan pengasuh saling salah paham serta saling menyalahkan. Terkadang anak yang
tinggal dilingkungan tersebut yang salah tetapi dibalikkan lagi kesalahannya kepada anak Panti Asuhan.Sebab anggapan sebagian masyarakat sekitar anak
panti itu kasar dan tidak sopan. Dari keseluruhan kasus-kasus dari penelitian yang ada di Panti Asuhan
Al-Hakiim dapat dijelaskan bahwa sistem aturan hukum agama Islam yang ada di
78
Panti Asuhan tersebut tetap masih dimaknai dan di respon secara bersama-sama. Tetapi sistem aturan dari donatur juga ikut hidup dan ada di Panti Asuhan Al-
Hakiim dimana mereka memiliki kekuasaan penuh dalam mengelola Panti Asuhan terutama dalam pendidikannya.
Panti Asuhan adalah salah satu bidang sosial semi otonom yang didalamnya terdapat berlapis-lapis sistem aturan yang berhubungan dengan Panti
Asuhan Al-Hakiim. Dimana yang tidak sepenuhnya sistem aturan tersebut dikelola oleh agama Islam. Dalam panti asuhan terdapat sistem aturan untuk
aktivitas-aktivitas tertentu dari para donatur yang memiliki kepentingan dan kekuatan atau power dalam mengatur suatu masalah-masalah yang ada di Panti
Asuhan Al-Hakiim Dari sistem-sistem aturan yang ada di Panti Asuhan secara rasional
dilakukan agar lebih baik Panti Asuhan tersebut dan diberikan ruang untuk terjadinya suatu sistem aturan yang saling koeksistensi tetap berlansung dengan
baik serta diharapkan tidak menimbulkan kerugian dari Panti Asuhan tersebut.
79
BAB V PENUTUP
5. Kesimpulan