Pokok Permasalahan Sejarah Berdirinya Sinar Budaya Group

Berdasarkan uraian dan pemikiran di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan suatu kajian ilmiah tentang Makyong dan menuangkan kedalam tulisan yang berjudul Studi Deskriptif Pertunjukan Makyong Cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group Medan.

1.2 Pokok Permasalahan

Pokok permasalahan yang penulis akan lakukan berdasar kepada pertanyaan: Bagaimana pertunjukan cerita Putri Ratna oleh kelompok kesenian Sinar Budaya Group. Pokok permasalahan ini akan dijawab dengan melakukan uraian dalam bentuk deskripsi pertunjukan makyong Sinar Budaya Group untuk cerita dimaksud. Kemudian menganalisis jalannya pertunjukan tersebut, dengan menotasikan musik, mentranskripsi dialog-dialog, dan kemudian menuliskannya dalam bentuk skripsi.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan, maka tujuan utama dari penulisan dan penelitian ini adalah, 1. Untuk mengetahui bagaimana pertunjukan Makyong oleh Sinar Budaya Group mulai dari latihan sampai pementasan, khususnya untuk cerita Putri Ratna. 2. Untuk melengkapi persyaratan meraih gelar kesarjanaan dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara . Universitas Sumatera Utara 3. Sekaligus nantinya tulisan ini dapat menjadi referensi bagi rekan-rekan yang lain yang hendak membahas pertunjukan Makyong dimasa yang akan datang.

1.3.2 Manfaat

Manfaat penulisan ini adalah : 1. Sebagai sumbangan bagi dokumentasi, referensi, dan analisis kebudayaan Melayu Sumatera Utara secara umum 2. Dapat digunakan oleh peneliti-peneliti dimasa yang akan datang sebagai suatu langkah awal untuk memulai ataupun melanjutkan penelitian kesenian pertunjukan Makyong kebudayaan Melayu Sumatera Utara secara khusus. 1.4 Konsep dan Teori yang Digunakan 1.4.1 Konsep Koentjaraningrat 1980:207, menyebutkan bahwa konsep adalah suatu sistem pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu masyarakat. Masing- masing suku bangsa mempunyai istilah dalam menyebut musik yang berbeda dengan suku lain. Dalam tulisan ini perlu dikemukakan konsep-konsep yang berkaitan dengan judul skripsi Studi Deskriptif Pertunjukan Makyong Cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group Medan. Dalam konteks penelitian ini, penulis akan menjelaskan pengertian secara harfiah beberapa kata kunci yang menjadi bingkai masalah penelitian, yaitu: deskriptif, pertunjukan, makyong yang berjudul “Putri Ratna” dan Sinar Budaya Group. Universitas Sumatera Utara a Deksriptif, berasal dari deskripsi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:258, deskripsi berarti pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci sedangkan deskriptif berarti besifat deskripsi. b Menurut Murgianto 1996:156, pertunjukan adalah sebuah komunikasi yang dilakukan satu orang atau lebih, pengirim pesan marasa bertanggung jawab pada seseorang atau lebih penerima pesan, dan kepada sebuah tradisi yang mereka pahami bersama melalui seperangkat tingkah laku yang khas. c Menurut penjelasan Tengku Mira Rozanna Sinar wawancara Oktober 2010 , makyong yang berjudul Putri Ratna adalah merupakan bentuk seni pertunjukan teater tradisional masyarakat Melayu yang disadur dari karya Tengku Luckman Sinar Basarsyah II, SH dimana pertunjukan tersebut berdurasi sekitar 1,5 jam yang diiringi dengan musik, lagu, tarian tradisonal Melayu. d Sinar Budaya Group merupakan sanggar seni yang didirikan oleh Tengku Luckman Sinar Basarsah II, SH dan Drs. Fadlin pada tahun 1998, yang bertujuan untuk melestarikan seni budaya Melayu khususnya dan seni budaya Indonesia umumnya. Dengan melihat definisi di atas, penulis memberi kesimpulan tentang konsep atau hal yang akan menjadi bingkai permasalahan penelitian, yaitu tulisan yang mampu memaparkan dan menggambarkan secara jelas dan terperinci tentang pertunjukan makyong yang berjudul Putri Ratna dari saat latihan hingga selesai pementasan.

1.4.2 Teori

Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkap konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori merupakan alat yang terpenting dari suatu Universitas Sumatera Utara pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan Koentjaraningrat 1973:10. Sebagai pedoman dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan beberapa teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Maka penulis menggunakan teori analisis pertunjukan oleh Edi Sedyawati 1981:48-66 yang mengemukakan bahwa suatu analisis pertunjukan sebaiknya selalu dikaitkan dengan kondisi lingkungan dimana seni pertunjukan tersebut dilaksanakan atau di dukung masyarakatnya, pergeseran-pergeseran yang terdapat didalam pertunjukan, dan kemungkinan yang muncul dari interaksi setiap orang penyaji dan penyaji, penyaji dan penonton di antara variabel-variabel wilayah yang berbeda. Untuk mendeskripsikan pertunjukan menggunakan teori Milton Siger dalam Jurnal Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia 1996:164-165 juga menjelaskan bahwa pertunjukan selalu memiliki ciri-ciri sebagai berikut ini. 1. Waktu pertunjukan yang terbatas, 2. Awal dan akhir, 3. Acara kegiatan yang terorganisir, 4. Sekelompok pemain, 5. Sekelompok penonton, 6. Tempat pertunjukan, dan 7. Kesempatan untuk mempertunjukannya. Untuk mendukung teori analisis pertunjukan, maka penulis juga menggunakan teori fungsionalisme, dalam kaitannya mengkaji sejauh apa fungsi makyong dalam masyarakat Universitas Sumatera Utara Melayu, khususnya di Serdang dan lebih luas Sumatera Utara. Bagaimana makyong ini berfungsi dalam masyarakat Melayu tersebut. Menurut Lorimer et al., teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan pada ilmu sosial, yang menekankan pada saling ketergantungan antara institusi- institusi dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi institusi-institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran dan pasar terwujud. Sebagai contoh, pada masyarakat yang kompleks seperti Amerika Serikat, agama dan keluarga mendukung nilai-nilai yang difungsikan untuk mendukung kegiatan politik demokrasi dan ekonomi pasar. Dalam masyarakat yang lebih sederhana, masyarakat tribal, partisipasi dalam upacara keagamaan berfungsi untuk mendukung solidaritas sosial di antara kelompok-kelompok manusia yang berhubungan kekerabatannya. Meskipun teori ini menjadi dasar bagi para penulis Eropa bada ke-19, khususnya Emile Durkheim, fungsionalisme secara nyata berkembang sebagai sebuah teori yang mengagumkan sejak dipergunakan oleh Talcott Parsons dan Robert Merton tahun 1950-an. Teori ini sangat berpengaruh kepada para pakar sosiologi Anglo-Amerika dalam dekad 1970- an. Bronislaw Malinowski dan A. R. Radcliffe-Brown, mengembangkan teori ini di bidang antropologi, dengan memusatkan perhatian pada masayarakat bukan Barat. Sejak dekad 1970- an, teori fungsionalisme dipergunakan pula untuk mengkaji dinamika konflik sosial Lorimer et al. 1991-112-113. Untuk melihat fungsi pertunjukan makyong penulis menggunakan teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Merriam 1964-219-226 yang memberikan contoh fungsi musik ke dalam 10 kategori, yaitu fungsi : 1 pengungkapan emosional, Universitas Sumatera Utara 2 penghayat estetis, 3 hiburan, 4 komunikasi, 5 perlambangan, 6 reaksi jasmani, 7 berkaitan dengan norma-norma social, 8 pengesahan lembaga sosial, 9 kesinambungan kebudayaan, dan 10 pengintegrasian masyarakat. Untuk mendeskripsikan struktur musik baik melodi maupun ritme yang dihasilkan ensambel makyong ini, penulis mempergunakan teori weighted scale yaitu teori yang lazim digunakan untuk menganalisis melodi seperti yang ditawarkan oleh William P. Malm 1977 yang terdiri dari delapan unsur, yaitu sebagai berikut. 1. Tangga nada, 2. Wilayah nada ambitus, 3. Nada dasar tone center, 4. Jumlah nada-nada, 5. Distribusi interval, 6. Formula melodi, 7. Pola-pola kadensa, dan 8. Kontur. Universitas Sumatera Utara Demikian kira-kira gambaran umum teori yang akan penulis gunakan nantinya dalam mendeskripsikan pertunjukan makyong cerita Putri Ratna oleh Sinar Budaya Group Medan. Termasuk konteks sosiobudaya dalam masyarakat pendukungnya, seperti yang ditawarkan oleh para ahli teori dalam bidang seni pertunjukan dan etnpmusikologi.

1.5 Metode Penelitian

Metode peneletian adalah suatu prosedur atau urutan kerja yang akan dilaksanakan dalam rangka penyelidikan dari suatu bidang yang bertujuan untuk memperoleh fakta-fakta. Metode kerja yang penulis lakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu rangkaian kegiatan atau proses menyaring datainformasi yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam bidang kehidupan tertentu pada objeknya Bogdan dan Taylor 1975:176. Suatu penelitian kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya Bogdan 1975:4-5. Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Di sini penulis mencari data dilapangan dengan cara wawancara secara langsung. Sebelum melakukan wawancara penulis hanya mempersiapkan garis-garis besar pertanyaan yang akan ditanyakan. Seluruh data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan setiap informan penulis kumpulkan untuk diolah dalam kerja laboratorium. Menurut Netll 1964:62-64 ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu : kerja lapangan field work dan kerja laboratorium desk work. Kerja lapangan meliputi pemilihan informan, pendekatan dan pengambilan data, Universitas Sumatera Utara pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan.

1.5.1 Pemilihan Lokasi Penelitian

Sebagai sample kajian penelitian maka penulis memilih lokasi penelitian di jln. Abdullah Lubis No. 4742 Medan yang merupakan alamat Sinar Budaya Group. Alasan penulis memilih daerah tersebut sebagai lokasi penelitian adalah dapat langsung bertemu dengan informan dan keterbukaan dari para informan tentang pertunjukkan Makyong dimana informan sangat respek dengan niat penulis untuk melakukan penelitian disanggar mereka. Sebagai bukti simpati dari informan penulis diberi video Makyong yang berjudul Putri Ratna dan catatan- catatan mengenai Sinar Budaya Group dan Makyong. Penulis juga sering melakukan pertemuan dalam bentuk diskusi dan wawancara dengan Ibu Tengku Mira. Rozanna, S. Sos. sebagai pengelola Sinar Budaya Group.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulis menjalani dua tahapan, yakni: 1. Studi kepustakaan, 2. Penelitian lapangan.

1.5.2.1 Studi Kepustakaan

Universitas Sumatera Utara Sebelum melakukan kerja lapangan, terlebih dahulu penulis membaca beberapa literatur yaitu berupa makalah, skripsi, buku-buku dan majalah yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Kemudian mencari konsep-konsep dan teori yang dapat menjadi sumber informasi bagi penulis untuk membahas tulisan ini. Untuk mencari teori, konsep dan juga informasi yang berhubungan dengan tulisan ini, yang dapat dijadikan landasan dalam penelitian, maka penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan untuk menemukan literatur atau sumber bacaan yang dibutuhkan dalam melakukan penelitian lapangan. Sumber bacaan yang dilakukan dapat berasal dari peneliti luar maupun peneliti dari Indonesia sendiri. Selain bacaan yang dapat berupa majalah atau Koran, bulletin, buku ilmiah, jurnal, skripsi sarjana, tesis, berita dan lain-lain, penulis juga menggunakan buku-buku yang cukup relevan dengan topik permasalahan dalam penelitian ini, terutama yang menyangkut pertunjukan Makyong. Buku-buku tersebut antara lain ialah, Kebudayaan Melayu Sumatera Timur, tulisan Tuanku Luckman Sinar Basarsyah II. SH dan Wan Syaifuddin. M.A, The Anthropology of Music, tulisan Alan P. Merriam, 1964; Theory and Method in Ethnomusicology, karya Bruno Nettl, 1864; Pokok-pokok Antropologi Budaya, karya T.O. Ihromi, 1987; serta buku-buku pendukung lainnya yang dianggap relevan dengan topik penelitian ini.

1.5.2.2 Penelitian Lapangan

Dalam penelitian lapangan penulis mengadakan observasi langsung dan wawancara langsung. Adapun observasi langsung ini dilakukan untuk mendapatkan secara langsung data- data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain mengamati Universitas Sumatera Utara kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi narasumber dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis. Pengamatan atau observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut jenis observasi, yaitu : a. Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. b. Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Dalam metode pengamatan setidaknya ada 3 tiga macam metode, yaitu : 1. Metode pengamatan bebas. Metode ini menggunakan teknik pengamatan yang mengharuskan si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan-hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitiannya. Si peneliti dalam hal ini tidak ada hubungan apapun dengan para pelaku yang diamatinya. 2. Metode pengamatan terkendali. Dalam pengamatan terkendali, si peneliti juga tidak terlibat hubungan emosi dan perasaan dengan yang ditelitinya, seperti halnya dengan pengamatan biasa. Yang membedakannya adalah pada pengamatan terkendali para pelaku yang akan diamati diseleksi dan kondisi-kondisi yang ada dalam ruang atau tempat kegiatan pelaku itu diamati dan dikendalikan oleh si peneliti. 3. Metode pengamatan terlibat. Melalui metode pengamatan terlibat si peneliti mempunyai hubungan dengan para pelaku yang diamatinya dalam melakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan. Sasaran dalam metode pengamatan terlibat adalah orang atau pelaku. Universitas Sumatera Utara Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode pengamatan terlibat. Disini penulis bertindak sebagai pengamat total yang dapat masuk ke suatu tempat dan melakukan pengamatan sebagai seorang peneliti. Melalui pengamatan ini peneliti dalam mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan tidak perlu bersembunyi tapi juga tidak mengakibatkan perubahan oleh kehadirannya pada kegiatan yang diamati. Dalam hal ini, peneliti harus berusaha memperoleh kepercayaan penuh dari orang-orang yang menjadi sasaran penelitiannya. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan alat perekam tape recorder Suhartono, 1995:67. Teknik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1985:138-140 mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan 2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian. 3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan. Adapun wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara bebas. Wawancara bebas adalah wawancara yang lebih santai dan fleksibel. Kendala yang penulis alami dalam wawancara hanya berkisar dari informan yang merasa terganggu dengan adanya alat rekam. Namun setelah penulis memberikan pengertian dari tujuan Universitas Sumatera Utara dari peralatan tersebut hal ini segera dapat diatasi. Sebelum wawancara secara terfokus penulis membuat kerangka pertanyaan, hal ini sengaja penulis lakukan agar disaat wawancara dapat melakukan wawancara sesuai dengan yang penulis inginkan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

1.5.3 Pemilihan Informan

Dalam melaksanakan penelitian ini penulis terlebih dahulu menentukan informan pangkal sebagai sumber informasi yang dibutuhkan penulis. Ini merupakan titik awal bagi penulis untuk mencari informan lainnya. Untuk memulai peneletian ini penulis menetapkan Ibu Tengku Mira Rozanna Sinar,S.Sos sebagai informan pangkal. Adapun informan pangkal tersebut merupakan pengelola dari Sinar Budaya Group yang mana pada saat ini beliau salah satu orang yang masih melestarikan kesenian pertunjukan Makyong. Untuk informan lainnya berasal dari personil Sanggar Sinar Budaya Group.

1.5.4 Metode Penelusuran Data Online

Perkembangan Internet yang sudah semakin maju pesat serta telah mampu menjawab berbagai kebutuhan masyarakat saat ini memungkinkan para akademisi mau ataupun tidak menjadikan media online seperti Internet sebagai salah satu medium atau ranah yang sangat bermanfaat bagi penelusuran berbagai informasi, mulai dari informasi teoritis maupun data-data primer ataupun sekunder yang diinginkan oleh peneliti untuk kebutuhan penelitian. “Pada mulanya banyak kalangan akademisi meragukan validitas data Online sehubungan apabila data atau informasi itu digunakan dalam karya-karya ilmiah, seperti penelitian, karya tulis, skripsi, tesis maupun disertasi. Namun ketika media Internet Universitas Sumatera Utara berkembang begitu pesat dengan sangat akurat, maka keraguan itu menjadi sirna kecuali bagi kalangan akademisi konvensional –ortodoks yang kurang memahami perkembangan teknologi informasi sajalah yang masih mempersoalkan akurasi media online sebagai sumber data maupun sumber informasi teori. Hal ini disebabkan karena saat ini begitu banyak publikasi teoritis yang disimpan dalam bentuk online dan disebarkan melalui jaringan Internet. Begitu pula saat ini, berbagai institusi telah menyimpan data mereka pada server-server yang dapat dimanfaatkan secara Intranet maupun Internet. Dengan demikian polemic tentang keabsahan dan validitas data-informasi online menjadi sesuatu yang kuno, tergantung pada bagaimana peneliti dapat memilih sumber-sumber data online mana yang sangat kredibel dan dikenal banyak kalangan”. Dengan demikian, Burhan Bungin menjelaskan bahwa metode penelusuran data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti Internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.

1.5.5 Perekaman

Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman video audio. Hal perekaman audio digunakan tape perekam merk Sony sensitif audio,camera digital IXUS 8015 Canon 8.0 megapixels, michrophone laptop merk Keenion Mic-309, dan menggunakan software Adobe Audition 1.5. Sedangkan untuk merekam video digunakan Universitas Sumatera Utara digunakan kamera video Sony Handycam Wide LCD DCRDVD808 dengan menggunakan MinicDVD Maxel 60 Minute.

1.5.6 Pemotretan

Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar maka penulis menggunakan kamera digital merk Canon, 8 megapixel. Data digital ini kemudian dipindahkan ke dalam bentuk data komputer dalam format bmp bitmap picture graphics, yang kemudian diinsert ke tempat-tempat analisis yang memerlukan data visual ini.

1.5.7 Kerja Laboratorium

Kerja laboratoroium yang penulis lakukan adalah bertujuan mengolah data yang telah terkumpul dari pengamatan dan wawancara. Demua data diklasifikasikan sesuai dengan jenis yang dibutuhkan oleh penulis dengan melihat relevansi dari data tersebut. Pengklasifikasian bertujuan untuk menghindari data yang bertumpang tindih dan untuk mempermudah penulis untuk mengolah data tersebut. Rekaman musik juga dianalisa untuk melihat hubungan music dengan pola gerak tari pertunjukan Makyong, juga melihat reportoar-reportoar dalam mengiringi pertunjukan tersebut. Data-data dioalah sesuai materi permasalahan. Hasil dari data yang telah diolah tersebut penulis jadikan sebagi laporan dalam bentuk skripsi. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI UMUM

EKSISTENSI SINAR BUDAYA GROUP MEDAN Pada Bab II ini penulis akan mendeskripsikan keberadaan kelompok kesenian Sinar Budaya Group, baik dari sisi historis, aktivitas, dan pengelolaannya. Tuajuannya adalah memberikan gambaran dan wawasan kepada para pembaca, bagaimana sebuah keompok kesenian tumbuh, berkembang, bertahan, dan mencari terobosan-terobosan dalam rangka melestarikan seni. Materi deskripsi pada Bab II ini disunting dari skripsi Astri Ismiralda yang memfokuskan perhatian pada manajemen Sinar Budaya Group di era 1990-an. Selain ini data dilengkapi dengan wawancara kepada para informan, dan pengamatan lapangan.

2.1 Sejarah Berdirinya Sinar Budaya Group

Di kota Medan terdapat berbagai kelompok kesenian, yang memiliki ciri-ciri budaya masing-masing, yang mempertunjukan mulai dari kesenian tradisional termasuk didalamnya kreativitas seni yang berakar dari nilai-nilai tradisi dan kesenian modern yang mengadopsi kesenian dari Barat atau gabungan dari kesenian tradisional dan kesenian modern. Diantara kesenian tradisional ada yang bersifat hanya mengekspresikan satu budaya kelompok etnik saja atau berbagai kelompok etnik. Kesenian modern bersifat mengekspresikan budaya populer dan kontemporer. Di antara kelompok kesenian itu salah satunya adalah kelompok kesenian Sinar Budaya Group. Sinar Budaya Group adalah salah satu kelompok seni pertunjukan yang mengekspresikan budaya heterogen di Nusantara terutama yang berkaitan dengan Sumatera Utara. Juga Universitas Sumatera Utara mengadopsi semangat kontemporer sekaligus. Awalnya Sinar Budaya Group berasal dari LKMABMI Lembaga Kesenian Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia yang berakar budaya pertunjukan Melayu. Dimana LKMABMI Lembaga Kesenian Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia didirikan pada tahun 1987 dan yang menjadi ketuanya adalah Tengku Luckman Sinar, sekretaris Tengku Sjahruwardi, manajer pertunjukan Fadlin, koreografer Syainul Irwan, kemudian bekerja sama dengan Lia Group dibawah pimpinan Hajjah Dahlia Abu Kasim Sinar. Gambar2.1: Sekretariat dan sanggar Sinar Budaya Group Jalan Abdullah Lubis No. 4742 Medan Para seniman tarinya adalah: Riri Virzan Puteri, Ade Ira Carla, Titin, Vina, Tengku Mahzura, Romi Ghazali Maghribi Aziz, Tommy Hariawan Maghribi Aziz, Hendra Januar, Rahmad Dani dan Pofo. Syainul Irwan sebagai koreografer juga ikut menari. Sebagai pemain alat musiknya adalah: Ahmad Setia, Fadlin, Muhammad Zulfahmi, Darmansyah, Buyung, Cicik, Tengku Syafick Sinar, Roisyam, Zulham Zais, Yossy Tanjung, dan Abraham. Kadangkala mereka juga mengundang pemain musik “cabutan” di Medan seperti Syaiful Amri, Inong , dan Universitas Sumatera Utara lainnya. Lembaga ini membidangi seni pertunjukan Melayu. LKMABMI telah mengadakan pertunjukan seperti di Medan, Kalimantan, dan Malaysia. Untuk di Malaysia sendiri LKMABMI telah mengisi berbagai acara di televisyen 3, seperti Jejak Melayu Serantau yang menceritakan keberedaan Melayu Sumatera Timur, dan Sri Sumatera yang mengisi pertunjukan musik dan tari di Kuala Lumpur. Kadangkala LKMABMI juga bergabung dengan kelompok Sri Indra Ratu dalam mengisi pertunjukan-pertunjukan tertentu. Pada tahun 1995 LKMABMI terjadi konflik internal yaitu antara Hajjah Dahlia Abu Kasim Sinar dengan Fadlin, dimana ketua umum MABMI Majlis Adat Budaya Melayu Indonesia Prof. Amin Ridwan, Ph.D memberhentikan Fadlin dengan hormat dari LKMABMI, selanjutnya Hajjah Dahlia Abu Kasim dengan Lia Groupnya tampaknya ingin menjadi alur utamanya. Sehingga LKMABMI “terpecah” menjadi dua kelompok. Kemudian pada tahun 1998 Tengku Luckman Sinar yang merasa “ditinggalkan” oleh Hajjah Dahlia Abu Kasim Sinar bersama kembali dengan Fadlin menggiatkan LKMABMI yang dinilai vakum oleh mereka. Kemudian tak lama setelah itu mereka kembali mengadakan pertunjukan di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Pada saat itu pula Fadlin mengajak rekannya Muhammad Takari sesama dosen di Jurusan Etnomusikologi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk masuk kedalam group ini. Begitu juga dengan pemain “cabutan” seperti Zulfan Effendi dan Muhammad Jamil Konong. Kemudian pimpinan dan para seniman dan ilmuwan yang tergabung didalamnya mempunyai pemikiran perlu adanya suatu pembentukan kelompok kesenian yang didalamnya bukan hanya seni budaya Melayu saja tetapi juga seni budaya yang lain terutama di Sumatera Utara dan di Nusantara. Maka mereka sepakat membentuk Sinar Budaya Group SBG pada tahun 1998 namun LKMABMI juga terus dikembangkan. Mereka memakai nama Sinar Budaya Universitas Sumatera Utara Group jika kesenian yang disajikan multietnik, dan memakai nama LKMABMI jika yang disajikan pertunjukan kesenian Melayu saja, terutama dalam acara yang bersuasana Melayu, seperti perkawinan adat budaya Melayu, menyambut tamu-tamu Melayu dan sejenisnya. Tahun 2000 Sinar Budaya Group dipercaya oleh Pemerintah Republik Indonesia, untuk mewakili Indonesia dalam mengisi acara Pekan Kebudayaan dalam Rangka Konferensi Tingkat Tinggi Kedus OPEC Organization Petrolium Exportir Countries di Caracas Venezuela, Amerika Latin. Pada saat itu Sinar Budaya Group terdiri dari dua puluh orang, yaitu: Tengku Luckman Sinar sebagai Ketua, kemudian para pemusik Hebo Simbolon, Martogi Sitohang, Zulfan Effendi, Muhammad Takari, Fadlin dan Syainul Irwan, sedangkan penarinya Rahmat Dani, Romi Maghgribi Gazali Azis, Tomy Hariawan Gazali Aziz, Hendra Januar, Elviyana, Sylvia Vianty Ranita, Nurhabibah Tanjung, Riri Virzan Putri, dan Ade Ira Carla ditambah Tengku Eliza Norhan yang mengurusi tata busana dan Ludfi Taher di bidang make-up. Para anggota Sinar Budaya Group juga silih berganti, terutama penari dan pemusik. Pada tahun 2002 masuk lah penari wanita yaitu Tengku Mira Rozanna anak Tengku Luckman Sinar, Merry Permata Hadi, Lala, ditambah dengan penyanyi Laili Hamnizar. Sinar Budaya Group juga tampaknya memperhatikan generasi, terutama penari. Misalnya dari Gerakan Angkatan Muda Melayu Indonesia GAMMI beberapa wanitanya dilatih untuk menjadi penari, namun karena bakat yang kurang maka mereka tidak dapat menjadi penari seperti yang diharapkan karena umumnya seorang penari harus mempunyai bakat sebagai penari. Setelah Sinar Budaya Group terbentuk, perkembangan yang dialami semakin pesat. Hal ini terlihat dengan permintaan pertunjukan yang dalam sebulan bisa mencapai empat pertunjukan atau bahkan bisa lebih. Namun tidak bisa dipastikan dengan pasti tiap bulannya selalu banyak yang meminta pertunjukan Sinar Budaya Group. Akan tetapi selalu ada saja permintaan Universitas Sumatera Utara pertunjukan minimal sebulan sekali pertunjukan. Pertunjukan tersebut untuk kepentingan yang berbeda-beda. Misalnya untuk cara perkawinan, acara kesenian budaya, acara hiburan, dan lain sebagainya. Itu dikarenakan Sinar Budaya Group berfokus pada satu kesenian etnik saja. Walaupun kenyataannya permintaan untuk etnik Melayu lebih banyak dibandingkan dari etnik lain karena Sinar Budaya Grou bercikal bakal dari budaya etnik Melayu. Lokasi tempat dimana Sinar Budaya Group menampilkan pertunjukan pun bermacam-macam. Baik didalam negeri maupun di luar negeri, seperti di Jakarta, Pekan Baru, Palembang, Kalimantan, Malaysia, Brunei Darussalam, Venezuela, Singapura, Thailand dan lain-lain. Perkembangan yang terjadi di Sinar Budaya Group tentunya didukung dengan suatu pengelolaan manajemen yang layak yang mereka lakukan. Selain itu pengelolaan tersebut dilakukan seperti apa adanya dan fleksibel, tanpa berpatokan pada satu pengelolaan yang sifatnya terikat seperti pada perusahaan atau organisasi lain pada umumnya. Hal penting dalam pengelolaan Sinar Budaya Group adalah sistem musyawarah untuk mencapai mufakat. Setiap keputusan apapun selalu dimusyawarahkan. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan tugas yang diberikan kepada masing-masing anggota. Di era tahun 2000-an, Sinar Budaya Group memperluas kerjasamanya dengan berbagai instansi dan individu yang dianggap memiliki kebijakan dalam mengembangkan kesenian, baik di Sumatera Utara sendiri, provinsi-provinsi lain, ibukota Jakarta, dan luar negeri seperti Malaysia, Sinagpura, Thailand, dan Brunei Darussalam.

2.2 Organisasi Sinar Budaya Group