Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta BEJ

57 yang disebabkan oleh Perang Dunia II. Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti. Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan undang- undang darurat No. 13 tentang bursa efek di Indonesia. Berdasarkan undang-undang tersebut, kemudian ditetapkan sebagai undang-undang No. 15 tahun 1952. Sejak itu, bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum Perang Dunia II. Namun, keadaan ini berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Republik Indonesia secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go publik PT. Semen Cibinong. Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek mulai terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa kemudahan yang mengatur operasional tentang pelaksanaan bursa efek.

4.1.2 Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta BEJ

Pada tanggal 3 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal ke-19. Pada tahun 1912, 58 dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan Kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat tutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan Kolonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan busa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan- perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasional pada tahun 1956. Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM, Institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkatkan seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini 59 mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Bahan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM. PT. Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta No. 27 tanggal 4 Desember 1991, yang diubah dengan akta No. 142 tanggal 13 Desember 1991 dan No. 254 tanggal 21 Desember 1991, dari Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH. Akta pendirian danperubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-8146. HT.01.01.TH.91 tanggal 26 Desember 1991 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 25 tanggal 27 Maret 1992, tambahan Berita Negara No. 1355. Perubahan Anggaran Dasar perusahaan terakhir dengan akta No. 31 tanggal 26 Juli 2005 dari Notaris Dr. Amrul Patomuan Pohan, SH, LLM, mengenai perubahan pasal-pasal tertentu dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal BAPEPAM dengan suratnya No. S-998PM2005 tanggal 4 Mei 2005 dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-22073. HT.01.04.TH.2005 tanggal 9 Agustus 2005, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 84 tanggal 21 Oktober 2005 Tambahan Berita Negara No. 1021. Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automatic Trading System JATS, sebuah system perdagangan 60 otomatisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibandingkan system perdagangan manual. Pada Juli 2000, Bursa Efek Jakarta menerapkan perdagangan tanpa warkat Scrip less Trading dengan tujuan meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi. Tahun 2002, Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan jarak jauh Remote Trading sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar dan frekuensi perdagangan.

4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Jakarta

Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2011

2 32 74

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Analisis Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 33 86

Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 9 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

PENGARUH EPS (EARNING PER SHARE), ROE (RETURN ON EQUITY) DAN TINGKAT BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK JAKARTA

0 0 21