Pengaruh EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity) dan Tingkat Bunga Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : JOHANSYAH FARDIANTO

0412010352 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity) dan Tingkat Bunga

Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang

Konsumsi di Bursa Efek Jakarta”.

Penyusunan skripsi ini ditunjukkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, petunjuk serta bantuan baik spiritual maupun materiil, khususnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Dhani Ichsanudin Nur, MM. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS. Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Sugeng Purwanto SE, MM. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

memberikan bimbingan skripsi sehingga peneliti bisa merampungkan tugas skripsinya.


(3)

ii

skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Surabaya, Mei 2010


(4)

DAFTAR ISI ………. iii.

DAFTAR TABEL ………... viii.

DAFTAR GAMBAR ………. ix.

DAFTAR LAMPIRAN ………... x.

ABSTRAKSI ………. xi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ………... 1.

1.2. Perumusan Masalah ………... 8.

1.3. Tujuan Penelitian ………... 8.

1.4. Manfaat Penelitian ………... 8.

1.5. Ruang Lingkup atau Pembatasan Masalah ……….... 9.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ...………... 10.

2.2. Landasan Teori ………... 11.

2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan………... 11.

2.2.2. Investasi………... 12


(5)

2.2.3.1. Pengertian Pasar Modal ………….……….... 14.

2.2.3.2. Manfaat Pasar Modal……….. 15.

2.2.3.3. Lembaga Pendukung Pasar Modal………. 17.

2.2.3.4. Jenis Pasar Modal………... 19.

2.2.3.5. Go Public……… 20.

2.2.3.5.1. Pengertian Go Public……….. 20.

2.2.3.5.2. Keuntungan Go Public……… 20.

2.2.4. Pengertian Saham……… 21.

2.2.4.1. Jenis Saham………. 22.

2.2.4.2. Harga Saham………... 23.

2.2.4.3. Investasi Pada Saham……….. 25.

2.2.4.4. Analisis Nilai Saham……….. 28.

2.2.5. Kebijakan Dividen………... 29.

2.2.6. Pengertian Laporan Keuangan………. 30.

2.2.6.1. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan……….. 30.

2.2.6.2. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan………. 30.

2.2.7. Rasio Keuangan………... 33.

2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham………… 36.


(6)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………. 44.

3.2. Teknik Penentuan Sampel………. 46.

3.3. Teknik Pengumpulan Data………. 47.

3.3.1. Jenis Data………. 47.

3.3.2. Sumber Data……… 47.

3.3.3. Pengumpulan Data………... 47.

3.4.Teknik Analisa dan Uji Hipotesis………... 48.

3.4.1.Teknik Analisis……….. 48.

3.4.2.Uji Hipotesis……….. 53.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………... 56.

4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia……….. 56.

4.1.2. Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)………. 57.

4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Jakarta……….. 60.

4.1.4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta……… 61.

4.1.5. Gambaran Umum Obyek Penelitian……… 63.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian……….. 64.


(7)

di

BEJ……….. 65.

4.2.3. Tingkat Bunga Depsito (X3)……… 66.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis……….. 68.

4.3.1. Asumsi-asumsi Klasik Regresi……… 68.

4.3.1.1. Uji Autokorelasi……….. 68.

4.3.1.2. Uji Multikolinearitas………... 69.

4.3.1.3. Uji Heteroskedastisitas………... 70.

4.3.1.4. Uji Normalitas………. 71.

4.3.2. Analisis Regresi Berganda………... 72.

4.3.3. Koefisien Determinasi (R2)……….. 75.

4.3.4. Pengujian Hipotesis………. 75.

4.3.4.1. Uji Hipotesis Dengan Uji t……….. 75.

4.3.4.2. Uji Hipotesis Dengan Uji f………. 77.

4.3.5. Pembahasan………. 8.

Konsumsi……… 79. 7 4.3.5.1. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap

Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang


(8)

vii

4.3.5.3. Pengaruh Tingkat Bunga Deposito Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi……… 81.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan……… 83. 5.2. Saran……….. 84.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

Tabel 1. Harga Saham Perusahaan Industri Sektor Barang Konsumsi

periode tahun 2005-2009 dalam miliar Rupiah (Rp) ………... 4

Tabel 2. Gambaran Umum Obyek Penelitian ………... 63

Tabel 3. Earning Per Share (X1) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ dalam satuan Rupiah (Rp) ……….. 64

Tabel 4. Return On Equity (X2) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ dalam satuan Prosentase (%) ……….. 65

Tabel 5. Tingkat Bunga Depsito (X3) dalam satuan Prosentase (%) ………. 66

Tabel 6. Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ ………... 67

Tabel 7. Data Uji Multikolinearitas ……… 70

Tabel 8. Data Uji Heteroskedastisitas ……….…... 71

Tabel 9. Data Uji Normalitas ……….……… 72

Tabel 10. Data Koefisien Regresi Linier Berganda ……….……… 73

Tabel 11. Data R Square ……….…………..……… 75

Tabel 12. Data Uji t Analisis Regresi ……….……….……. 76

Tabel 13. Data Uji f Anova ……….…………. 78


(10)

Gambar 1. Kerangka Model Penelitian ………... 42.

Gambar 2. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta ……….…...…. 62.

Gambar 3. Uji Durbin Watson ………..….. 69.


(11)

Deposito di Bursa Efek Jakarta periode 2005-2009

Lampiran II Hasil Uji Asumsi dan Hipotesis


(12)

Oleh :

Johansyah Fardianto 0412010352/FE/EM

ABSTRAKSI

Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun modal sendiri, yang dalam penggunaannya dana dapat dialokasikan sebagai suatu investasi atau penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling optimal. Dalam kegiatan analisis dan memilih saham, para investor memerlukan informasi yang relevan dan memadai melalui laporan keuangan perusahaan. Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity) dan Tingkat

Bunga Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang

Konsumsi di Bursa Efek Jakarta.

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Obyek penelitian diambil sampel sebanyak enam Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Penelitian menggunakan metode Purposive Sampling. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Dari hasil analisis diketahui bahwa dari tiga variabel yang dianalisis, variabel Tingkat Bunga Deposito tidak berpengaruh signifikan, sedangkan variabel EPS (Earning Per Share) dan ROE (Return On Equity) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Kata Kunci : Harga Saham, EPS (Earning Per Share), ROE (Return On Equity), Tingkat Bunga Deposito.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam pembangunan perekonomian suatu negara dibutuhkan biaya atau dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari pinjaman maupun modal sendiri, yang dalam penggunaanya dana dapat dialokasikan sebagai suatu investasi, dimana investasi disini dapat diartikan sebagai penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Sehubungan dengan investasi pada pasar modal, pemerintah Indonesia beranggapan bahwa pasar modal merupakan sarana yang dapat mendukung percepatan pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini dimungkinkan karena pasar modal menggalang pergerakan dana jangka panjang dari masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan pada sektor-sektor yang produktif dengan harapan sektor tersebut dapat berkembang dan menghasilkan lapangan perkerjaan yang baru bagi masyarakat.

Sebelum melakukan suatu investasi, para investor perlu mengetahui dan memilih saham-saham mana yang dapat memberikan keuntungan paling optimal bagi dana yang diinvestasikan. Dalam kegiatan analisis dan memilih saham, para


(14)

investor memerlukan informasi-informasi yang relevan dan memadai melalui laporan keuangan perusahaan. Sehubungan dengan hal itu, Bapepam melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep,38/PM/1996 tentang laporan tahunan, telah mewajibkan para emiten untuk menyampaikan laporan tahunan agar terdapat transparansi dalam pengungkapan berhagai informasi yang berhuhungan dengan kinerja emiten yang bersangkutan melalui Keputusan Ketua Bapepam No. Kep, 38/PM/1996 tentang laporan tahunan.

Tujuan utama laporan keuangan adalah memberikan informasi yang relevan bagi para pemakai untuk pengambilan keputusan ekonomi dan investasi, dimana informasi tersebut dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi investor mengenai kapan sebaiknya membeli atau menjual saham yang dimilikinya. Laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan bisa dijadikan cerminan kinerja perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan dasar dari penghitungan rasio-rasio keuangan untuk menilai keadaan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan di masa mendatang.

Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh investor dalam menganalisis surat berharga adalah dengan analisis fundamental, yaitu dengan melakukan:

1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang.

2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh


(15)

bersifat rasional dalam mengambil keputusan investasi dalam saham. Investor berusaha untuk menghubungkan antara harga saham dengan kondisi perusahaan.

Naik turunnya harga saham merupakan cerminan dari perubahan harga saham yang setiap detik mengalami perubahan. Perubahan tersebut tergantung pada emiten sebagai kekuatan penawaran dan para pialang sebagai kekuatan permintaan. Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor-faktor diluar perusahaan dan tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Sedangkan faktor internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan dan dapat dikendalikan oleh perusahaan. Para investor juga berkepentingan untuk melakukan peramalan terhadap perubahan pasar modal dengan jalan mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi terjadinya fluktuasi harga saham dan bagaimana bentuk hubungan antar vaariabel tersebut. Dengan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut, investor dapat memiliki strategi untuk memilih perusahaan yang benar-benar dianggap sehat sebagai tempat menanamkan modalnya.

Harga saham sebagai indikator nilai perusahaan dan merupakan pencerminan informasi yang relevan akan dipengaruhi oleh berbagai variabel dimana variabel tersebut baik secara langsung akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Variabel-variabel dibagi dalam dua kategori, yaitu variabel yang


(16)

bersifat fundamental dan bersifat teknikal. Variabel tersebut secara bersama-sama akan membentuk kekuatan pasar yang sangat berpengaruh terhadap transaksi perusahaan sehingga harga saham perusahaan akan mengalami berbagai kemungkinan kenaikan maupun penurunan harga.

Penulis melakukan suatu penelitian terhadap sampel yakni perusahan sektor industri barang konsumsi. Adapun fluktuasi harga saham yang terjadi pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang masuk LQ 45 di Bursa Efek Jakarta antara lain :

Tabel 1 : Harga Saham Perusahaan Industri Sektor Barang Konsumsi periode tahun 2005-2009 dalam miliar Rupiah (Rp)

No Perusahaan 2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 950 1350 2575 930 3550

2 PT. Gudang Garam, Tbk 11650 10200 8500 4250 21550

3 PT. HM. Sampoerna, Tbk 8900 9700 14300 8100 10400

4 PT. Bentoel International Inv, Tbk 135 310 560 520 800

5 PT. Kalbe Farma, Tbk 990 1190 1260 400 1300

6 PT. Unilever Indonesia, Tbk 4275 6600 6750 7800 11050

Sumber : Indonesian Capital Market Directory dan www.jsx.co.id

Investor perlu memiliki sejumlah informasi sebelum melakukan transaksi dipasar modal agar bisa mengambil keputusan tentang saham perusahaan yang layak dipilih. Salah satu informasi tersebut adalah informasi akuntansi. Earning

Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan


(17)

perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham.

Penilaian saham secara akurat bisa meminimalkan risiko sekaligus membantu investor mendapatkan keuntungan wajar, mengingat investasi saham di pasar modal merupakan jenis investasi yang cukup berisiko tinggi meskipun menjanjikan keuntungan relative besar (Widoatmojo, 1996:84). Maksud dari penilaian itu sendiri adalah untuk memberikan estimasi mengenai tingkat pengembalian (return) dan tingkat risiko bagi investor. Bentuk dari estimasi ini adalah dengan melihat indikator Return on Equity (ROE), dimana akan memberikan informasi tentang tingkat hasil investasi perusahaan yang akan dipilih sebagai pilihan investasi.

Tingkat Bunga Deposito mempengaruhi resiko saham, hal ini disebabkan

karena seorang investor dalam memilih alternatif investasi akan cenderung memilih investasi yang menguntungkan, jika tingkat suku bunga lebih tinggi daripada return saham maka akan lebih menguntungkan memilih investasi yang bebas resiko seperti deposito, obligasi daripada investasi yang penuh resiko seperti saham dan sebaliknya. Ketika tingkat suku bunga tinggi maka return saham akan cenderung terjadi perubahan atau rendah. Return saham naik turun sesuai dengan permintaan investor. Semakin tinggi permintaan terhadap saham


(18)

semakin tinggi pula return saham. Perubahan return saham pasar ini disebut beta saham (Halim, 2003).

Kelamnya ekonomi AS pada awal 2008

(http://sorot.vivanews.com/news/read/15454-melaju_meniti_badai) membuat

kondisi ekonomi di Indonesia bergejolak dan telah mengalami krisis finansial. Krisis keuangan ini juga berdampak pada aktivitas pasar modal global. Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia sebelumnya menunjukkan kinerja yang outperform terkoreksi turun sampai dengan level yang tidak diperkirakan. Begitu juga dengan indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia per tangal 16 september 2008 menyentuh level terendah 1.719,254, terkoreksi 39,3 persen dihitung dari level IHSG tertinggi 9 januari 2008 di level 2.830,260. Kerugian langsung mungkin hanya dialami sebagian kecil investor yang memiliki eksposure atas aset-aset yang terkait langsung dengan lembaga-lembaga keuangan AS yang bermasalah. Dengan tingkat likuiditas global saat ini yang relatif masih sangat tinggi, diperkirakan tujuan investasi akan ditujukan ke berbagai bursa-bursa emerging market (pasar yang sedang berkembang) yang dapat memberikan potensi tingkat pengembalian atau imbal hasil (expected return) yang menarik bagi investor.

Berdasarkan kasus di atas, maka penulis melakukan suatu penelitian tentang pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Tingkat


(19)

Konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Penulis ingin mengetahui apakah Earning Per

Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Tingkat Bunga Deposito mempunyai

pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta. Alasan penulis mengambil obyek Perusahaan Sektor Industri Barang konsumsi karena perusahaan ini selalu konsisten masuk sebagai pembentuk indeks LQ 45 di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2005-2009, sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan ini dinilai bagus dari segi fundamentalnya. Sesuai dengan uraian diatas, maka dilakukan penelitian dengan judul :

PENGARUH EPS (EARNING PER SHARE), ROE (RETURN ON EQUITY) DAN TINGKAT BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK JAKARTA


(20)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah pada penelitian ini adalah apakah Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga Deposito mempunyai pengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ?.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui besar pengaruh Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga

Deposito terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di

BEJ.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi investor dalam

menginvestasikan dananya di pasar modal.

2. Memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu pengetahuan, khususnya

bagi para manajer keuangan.

3. Menjadi acuan bagi penelitian-penelitian yang akan datang, khususnya mahasiswa yang tertarik dengan pasar modal.


(21)

1.5. Ruang Lingkup atau Pembatasan masalah

Pembahasan ruang lingkup penelitian ditetapkan agar penelitian terfokus pada pokok permasalahan yang ada serta pembahasannya, sehingga tujuan penelitian tidak menyimpang dari sasaran. Adapun pembatasan masalahnya yaitu :

1. Penelitian hanya pada variabel fundamental yang meliputi Earning Per

Share (EPS), Return on Equity (ROE) dan Tingkat Bunga Deposito

yang mempengaruhi Harga Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi periode 2005-2009 di BEJ.

2. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga


(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Harga saham merupakan suatu variabel yang sangat menentukan nilai dari suatu perusahaan yang telah mencatat sahamnya di bursa. Karena itu fluktuasi harga saham menjadi sesuatu yang menarik untuk dijadikan obyek penelitian. Penelitian yang menguji keterkaitan EPS (Earning Per Share) dan PER (Price

Earning Ratio) dengan harga saham telah dilakukan oleh banyak peneliti,

diantaranya oleh Purnomo (1998) pada 30 perusahaan publik di Indonesia, Herlina dan Hardianto (2007) pada 2 emiten sektor telekomunikasi, Hadianto dan Setiawan (2007) pada 3 emiten sektor pertambangan, Haruman, Setiawan dan Ariyanti (2005) pada 33 emiten penyusun indeks LQ45, maupun Herlina dan Magdalena (2008) pada 3 emiten sektor perkebunan.

Pengelolaan data menggunakan teknis analisis regresi berganda dengan jenis data

cross section dalam program SPSS.

Secara umum, hasil penelitian mereka menyatakan bahwa EPS (Earning Per


(23)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Husnan (1996 : 4) manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer keuangan. Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer Keuangan Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya, mungkin melakukan sekali kegiatan keuangan. Misalnya, keputusan untuk memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru, jelas akan dibicarakan dan diputuskan oleh direktur, tidak terbatas hanya oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian kegiatan- kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana (allocation of fund) dan mencari pendanaan (raising of fund). Dua kegiatan utama (fungsi) tersebut disebut dengan fungsi keuangan.

Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien (Sutrisno,2001 : 3).


(24)

2.2.2. Investasi

Suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan melalui distribusi hasil investasi seperti bunga, royalty, deviden dan uang sewa. Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa datang. Keputusan penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai kelebihan dana (Sunariyah, 2003 : 4)

Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi awal (Moeljadi, 2006 : 121).

Didalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa efek, yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham (deviden) dan jika investor menjual sahamnya di atas harga belinya. Deviden perusahaan sangat berkaitan dengan performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi oleh perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham, jika harga jual saham dibawah harga beli (capital lost), sedangkan deviden tidak bisa negatif (Anoraga dan Pakarti, 2003 : 81).


(25)

2.2.2.1. Bentuk Investasi

Menurut Riyanto (1997 : 180) bentuk surat berharga dakam investasi jangka panjang antara lain :

• Obligasi : Surat pengakuan hutang yang dikeluarkan oleh

pemerintah atau perusahaan atau lembaga-lembaga lain sebagai pihak yang berhutang yang mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodik atsa dasar persentase tertentu yang tetap.

• Saham preferen : Saham yang disertai dengan preferensi tertentu di atas saham biasa dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan dalam pembubaran perusahaan.

• Saham biasa : Bukti penyertaan modal dalam perusahaan.

2.2.2.2. Tujuan Investasi

Tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pedapatan masa datang.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah (Tandelilin,2001:4) :


(26)

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak dimasa datang.

Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.

2. Mengurangi tekanan inflasi

Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindari dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk menghemat pajak

Beberapa Negara di dunia banyak malakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

2.2.3. Pasar Modal

2.2.3.1. Pengertian Pasar Modal

Husnan (1998 : 1) mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.


(27)

2.2.3.2. Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Widiyanti (1995 : 29), manfaat pasar modal bisa dirasakan oleh berbagai pihak, antara lain :

a. Bagi investor

1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki atau memegang

saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham,

mempunyai hak suara dalam RUPS bila diadakan bagi pemegang obligasi.

4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi resiko.

b. Bagi emiten

1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai. 3. Tidak ada “Convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam

pengelolaan dana perusahaan.


(28)

5. Kertergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

6. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga

nominal perusahaan.

7. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko tinggi. 8. Tidak ada beban financial yang tetap.

9. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.

10. Tidak dikaitkan dengan kekayaan sebagai jaminan tertentu. 11. Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

c. Bagi pemerintah

1. Mendorong laju pembangunan. 2. Mendorong investasi.

3. Penciptaan lapangan kerja.

4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).

5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN.

d. Bagi lembaga penunjang

1. Menuju ke arah professional di dalam memberikan pelayanannya

sesuai dengan bidang tugas masing-masing. 2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa paralel. 3. Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang. 4. Likuiditas efek semakin tinggi.


(29)

2.2.3.3. Lembaga Pendukung Pasar Modal

Lembaga Pendukung pasar modal perlu bekerja secara profesional dan bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi efek bisa berlangsung dengan cepat. Lembaga-lembaga tersebut menurut Husnan (1998 : 2) adalah :

a. BAPEPAM

Lembaga ini merupakan lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengawasi pasar modal Indonesia. BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal) dibentuk agar dapat mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur dan efisien serta melindungi pemodal dan masyarakat. Pelindung ini hendaknya tidak ditafsirkan sebagai pelindung dari fluktuasi harga, melainkan perlindungan dari perlakuan yang tidak baik dari emiten (misalnya informasi yang tidak benar) atau lembaga dan profesi yang berkaitan dengan pasar modal.

b. Bursa Efek

Lembaga yang meyelenggarakan perdagangan efek adalah bursa efek. Di Indonesia bursa efek harus berbentuk perseroan.

c. Lembaga Kliring dan Penjaminan

Lembaga ini menyediakan jasa kliring dan pinjaman penyelesaian transaksi bursa. Untuk melakukan jasa kliring jual beli efek di bursa efek. Dengan demikian setiap transaksi harus melewati bursa ini untuk diselesaikan transaksinya.


(30)

d. Akuntan Publik

Peranannya yang utama adalah memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan. Di pasar modal dituntut pendapat wajar tanpa syarat terhadap laporan keuangan dari perusahaan yang akan menerbitkan atau yang telah terdaftar di bursa. Pendapat wajar tanpa syarat berarti laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) tanpa suatu catatan atau kekurangan.

e. Wali Amanat (trustee)

Jasa wali amanat diperlukan untuk penerbitan obligasi dan mewakili kepentingan pembeli obligasi. Wali amanat melakukan penilaian terhadap perusahaan ayng menerbitkan obligasi untuk menjamin

keamanan obligasi yang dibeli oleh para pemodal. f. Notaris

Jasa notaris diperlukan untuk membuat berita acara Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan menyusun pernyataan keputusan-keputusan RUPS. Notaris juga perlu meneliti keabsahan penyelenggaraan RUPS tersebut.

g. Konsultan Hukum

Diperlukan jasanya agar jangan sampai perusahaan yang menerbitkan sekuritas di pasar modal ternyata terlibat persengketaan hukum dengan pihak lain, juga memeriksa keabsahan dokumen-dokumen perusahaan.


(31)

2.2.3.4. Jenis Pasar Modal

Menurut Tandelilin (2001 : 14), jenis-jenis pasar modal di Indonesia antara lain yaitu :

1. Pasar Perdana

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham di pasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi mengenai perusahan secara detail (disebut juga prospektus). Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada para calon investor., sehingga dengan adanya informasi tersebut maka investor akan bisa mengetahui prospek perusahaan dimasa datang, dan selanjutnya tertarik untuk membeli sekuritas yang diterbitkan emiten.

2. Pasar Sekunder

Setelah sekuritas emiten dijual dipasar perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut kemudian bisa diperjual belikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana.


(32)

2.2.3.5. Go Public

2.2.3.5.1.Pengertian Go Public

Menurut Tandelilin (2001 : 35) go public atau penawaran umum (Initial

Public Offering) merupakan kegiatan yang dilakukan emiten untuk menjual

sekuritas kepada masyarakat, berdasarkan tata cara yang diatur undang-undang dan peraturan pelaksanaannya.

2.2.3.5.2.Keuntungan Go Public

Beberapa keuntungan bagi perusahaan yang melakukan go public, yaitu (Tandelilin, 2001 : 360) :

1. Diversifikasi

Dengan melakukan go public, maka pemilik perusahaan akan membagi kepemilikan perusahaan kepada masyarakat yang berminat untuk membeli saham perusahaan tersebut, sehingga pemilik perusahaan tersebut juga telah membagi resiko yang harus ditanggung jika dia menjadi pemilik tunggal perusahaan.

2. Meningkatkan Likuiditas

Saham yang tidak ditawarkan kepada umum akan sulit untuk diperjualbelikan. Jika salah satu pemilik mau menjual saham yang dimiliki, maka dia akan sulit untuk mencari calon pembeli dan kalaupun ada calon pembeli akan sulit menentukan harga dalam


(33)

melakukan transaksi. Kesulitan tersebut tidak akan terjadi pada perusahaan yang go public.

3. Sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan modal perusahaan Perusahaan yang go public wajib melaporkan kondisi perusahaannya sacara rutin kepada umum, sehingga investor dengan mudah mengetahui kondisi perusahaan yang sebenarnya, dan bisa mengambil keputusan investasi yang lebih baik.

4. penentuan nilai perusahaan

Perusahaan yang go public bisa menentukan secara jelas seberapa jelas nilai perusahaan dengan melihat besarnya harga saham perusahaan tersebut di pasar. Hal ini tidak terjadi pada perusahaan yang tidak go

public.

2.2.4. Pengertian Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut. (Anoraga dan Pakarti, 2003 : 58).

Saham biasa ada dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Untuk saham atas nama, nama pemilik saham tertera diatas saham tersebut, sedangkan saham atas unjuk yaitu pemilik saham tidak tertera diatas saham


(34)

tersebut. Seluruh hak-hak pemegang saham akan diberikan pada penyimpanan saham tersebut.

2.2.4.1. Jenis Saham

Menurut Keown (1999 : 281) ada beberapa jenis saham : a. Saham Biasa (common stock)

Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan, pemegang obligasi dapat dipandang sebagai kreditor, sedangkan pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan, saham tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi sebagai pemilik selama sebuah perusahaan berdiri, saham tersebut juga tidak memiliki batas pembayaran deviden.

b. Saham Preferent (preffered stock)

Menurut Keown saham preferen sering disebut sebagai sekuritas hibrida/sekuritas campuran (hybrid security) karena ia memiliki banyak karakteristik baik dari saham biasa ataupun obligasi. Saham preferen sama dengan saham biasa karena ia tidak memiliki jatuh tempo yang ditetapkan, deviden yang tidak dibayarkan tidak akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan dan deviden tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Dilain pihak saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah devidennya memiliki


(35)

batas tuntutan. Ukuran deviden saham preferen biasanya tetap, baik sebagai jumlah nilai mata uang.

2.2.4.2. Harga Saham

Harga saham adalah harga pasar (market value) saham yang berlaku dalam pasar modal saat itu. Dalam proses penilaian saham perlu dibedakan antara nilai (value) dan harga (price). Nilai adalah nilai intrinsik yang merupakan nilai nyata (true value) suatu saham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental perusahaan.

Menurut Halim (2003 : 11) jenis-jenis harga saham itu adalah : a. Harga Nominal

Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Harga nominal itu tercantum dalam lembar saham tersebut.

b. Harga Perdana

Harga perdana merupakan harga sebelum saham tersebut dicantumkan di bursa efek. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten (perusahaan penerbit saham) dan penjamin emisi (underwriter).

c. Harga Pasar

Harga pasar merupakan harga jual investor yang satu ke investor lain. Harga saham terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke


(36)

bursa efek atau disebut harga pasar sekunder. Harga ini yang benar-benar mewakili perusahaan penerbitnya, karena kecil sekali kemungkinan terjadi negosiasi antara investor dan perusahaan penerbit. Harga yang diterbitkan setiap hari adalah harga pasar ini.

d. Harga Pembukaan

Harga pembukaan merupakan harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat jam bursa dibuka.

e. Harga Penutupan

Harga penutupan merupakan harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat akhir bursa.

f. Harga Tertinggi

Transaksi tidak hanya sekali atau dua kali terjadi dalam satu hari, tetapi bisa berkali-kali dan tidak terjadi pada harga yang sama. Dari harga-harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut, harga itu disebut harga tertinggi.

g. Harga Terendah

Harga terendah merupakan harga yang paling rendah pada satu

hari bursa.

h. Harga Rata-rata

Harga rata-rata merupakan harga tertinggi dan terendah. Harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan atau tahunan.


(37)

i. Indeks Harga Saham

Indeks harga saham mencerminkan situasi umum bursa efek. Indeks harga saham merupakan ringkasan atas berbagai faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi, sosial dan politik. Indeks harga saham adalah angka indeks harga saham

yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa menghasilkan trend.

2.2.4.3. Investasi Pada Saham

Saham dikenal dengan katakteristik high risk – high return. Artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi. (Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 9)

Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham, yaitu (Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 6) :

1. Deviden

Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Deviden diberikan setelah mendapat dari persetujuan pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan deviden, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada


(38)

dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan deviden.

2. Capital Gain

Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemodal dengan orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain. Misalnya seorang pemodal mem beli saham pada pagi hari dan kemudian menjualnya lagi pada siang hari jika saham mengalami kenaikan.

Resiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, antara lain yaitu : Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 9)

1. Tidak Mendapatkan Deviden

Perusahaan akan membagikan deviden jika operasi perusahaan akan menghasilkan keuntungan dan mendapatkan persetujuan dari pemegang saham (dalam RUPS) untuk membagikan deviden. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan deviden jika perusahaan tersebut mengalami kerugian.

2. Capital Loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas sahamnya yang dijualnya. Ada kalanya pemodal harus menjual saham dengan


(39)

harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss.

3. Perusahaan Bangkrut atau Dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist. 4. Saham di Delist dari Bursa (Delisting)

Resiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan Bursa Efek alias di delist. Suatu saham perusahaan di delist dari Bursa umumnya karena kinerja yang buruk. Saham yang telah di delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan dibursa, namun tetap dapat diperdagangkandi luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya.

5. Saham di Suspend

Jika suatu perusahaan di Suspend alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek. Dengan demikian pemodal tidak dapat menjual sahamnya hingga suspend dicabut. Suspend biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan,


(40)

namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan.

2.2.4.4. Analisis Nilai Saham

Menurut Tandelilin (2001 : 183), dalam penelitian saham dikenal adanya tiga jenis nilai yaitu :

1. Nilai buku, merupakan nilai yang dihitung berdasarkan pembukuan

perusahaan penerbit saham (emiten).

2. Nilai pasar, adalah nilai saham dipasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.

3. Nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis, adalah nilai saham yang sebenarnya atau seharusnya terjadi.

Menurut Halim (2003 : 16) terdapat dua pendekatan dalam penentuan nilai saham, yaitu :

1. Analisis Fundamental

Dalam analisis ini dinyatakan bahwa, saham memiliki nilai instrinsik tertentu. Analisis ini akan membandingkan nilai instrinsik suatu saham dengan harga pasarnya guna menentukan apakah harga pasar saham tersebut sudah mencerminkan nilai instrinsiknya atau belum. Nilai instrinsik suatu saham ditentukan oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya.


(41)

Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh kondisi industri dan perekonomian secara makro.

2. Analisis Teknikal

Analisis ini dimulai dengan cara memperhatikan perubahan saham itu sendiri dari waktu ke waktu. Analisis ini beranggapan bahwa harga suatu sham akan ditentukan oleh supply dan demand terhadap saham tersebut.

2.2.5. Kebijakan Dividen

Menurut (J. Fred Wetson & Eugene F. Brigham, 1990 : 198) kebijakan deviden menyangkut keputusan untuk membagi laba atau menahanya guna diinvestasikan kembali di dalam perusahaan. Dalam hal ini memperlihatkan bahwa jika suatu perusahaan menjalankan kebijakan untuk membagikan tambahan deviden tunai, hal itu akan cenderung meningkatkan harga saham. Namun jika deviden tunai meningkat, maka makin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi, dengan demikian tingkat pertumbuhan laba yang diharapkan akan makin rendah, dan hal ini akan menekan harga saham. Untuk itu perusahaan perlu membuat keputusan kebijakan deviden yang optimal, yaitu suatu kebijakan deviden yang menciptakan keseimbangan antara deviden saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan.


(42)

2.2.6. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2002 : 2), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntasi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

2.2.6.1. Pihak-pihak Yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan Pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat perlu unutk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan, yang berbentuk neraca, laporan rugi-laba dan laporan-laporan keuangan lainnya. Pihak yang berkepentingan terhadap posisi keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah : para pemilik perusahaan, manager perusahaan, para kreditur, bankers, para investor, pemerintah dan karyawan perusahaan tersebut (Munawir, 2002 : 2).

2.2.6.2. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan

Sebelum menganalisa dan menafsirkan suatu laporan keuangan, seorang penganilasa harus mempunyai pengertian yang mendalam tentang bentuk-bentuk maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta masalah-masalah


(43)

yang timbul dalam penyusunan laporan tersebut. Menurut Munawir (2002 : 13) macam-macam laporan keuangan :

a. Neraca

Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Jadi tujuan neraca adalah untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender, sehingga neraca sering disebut dengan Balance Sheet. Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

1. Aktiva

Pada dasarnya aktiva dibagi menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang nomal. Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanent atau jangka panjang ( mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran perusahaan).


(44)

2. Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya akab dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan mengunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya masih jangka panjang (lebih dari satu tahun neraca).

3. Modal

Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.


(45)

b. Laporan Rugi Laba

Laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan pada periode tertentu.

c. Laporan Laba ditahan

Laba atau rugi yang timbul secara insidentil dapat diklasifikasikan tersendiri dalam laporan-laporan rugi laba atau dicantumkan dalam laporan yang ditahan (Retained Earning Statement) atau dalam laporan perubahan modal tergantung pada konsep yang dianut perusahaan.

2.2.7. Rasio Keuangan

Menurut Munawir (2002 : 64), rasio mengambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relantionship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio perbandingan yang digunakan sebagai standar.

Menurut Sutrisno (2001 : 247), analisa rasio keuangan dibagi dalam lima macam dan dijelaskan masing-masing sebagai berikut :


(46)

1. Rasio Likuiditas atau Liquidity Ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya.

Ukuran rasio likuiditas terderi dari tiga alat ukur :

Current Ratio = Aktiva lancar : hutang lancar

Quick Ratio = (aktiva lancar – persedian) : utang lancar

Cash Ratio = [ (kas + sekuritas) : hutang lancar] x 100% 2. Rasio Leverage atau Leverage Ratio

Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang atau dibiayai oleh pihak luar. Ada tiga rasio leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yakni :

Debt Ratio = total hutang : total aktiva

Time Interest Ratio = EBIT : beban bunga

Debt to Equity Ratio = total hutang : total modal sendiri 3. Rasio Aktivitas atau Activity Ratio

Rasio-rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan-perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Atau dengan kata lain, sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset untuk memperoleh penjualan. (Fakhruddin dan Hadianto,2001 : 59)

Periode Pengumpulan Piutang = (piutang x 360) : penjualan kredit Perputaran Piutang = penjualan kredit : piutang


(47)

Perputaran Persediaan = Harga pokok penjualan : Rata-rata

persediaan

Perputaran Aktiva Tetap = penjualan : Aktiva tetap

Perputaran Total Aktiva = penjualan : total aktiva 4. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratio

Yaitu rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik hubungannya dengan penjualan, assets maupun laba dan modal sendiri. (Fakhruddin dan Hadianto, 2001 : 59)

Gross Profit Margin = laba kotor : penjualan

Net Profit Margin = laba setelah pajak : total aktiva Return on Asset = EAT : total aktiva

Return on Equity = EAT : modal sendiri

Earning Per Share = laba bersih : jumlah saham yang beredar

5. Rasio Penilaian atau Valuation Ratio

Rasio-rasio yang mengukur kemampuan manajemen untuk menciptakan nilai pasar agar melebihi biaya modalnya.

Price Earning Ratio

PER = Harga pasar saham : laba per lembar saham

Market to Book Value Ratio


(48)

2.2.8. Faktor-faktor yang mempengaruhi Harga Saham

a. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pendapatan per lembar saham merupakan rasio dari laba bersih terhadap jumlah lembar saham-saham yang dimaksudkan disini adalah saham biasa. Hal ini berarti pendapatan per lembar saham memberikan tingkat hasil pengembalian investasi bagi pemegang saham. Hasil dari pengembalian tersebut berupa deviden dan capital gain. Pendapatan per lembar saham merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga saham.

Adapun trend dari EPS harus diamati dan dipertimbangkan sampai pada suatu titik tertentu, keputusan pokok dari manajemn dan strategi keuangan harus mempertimbangkan hasil pengembalian atas modal yang dipergunakan, berikut rumus EPS :

Earning Per Share =

Saham Lembar

Jumlah EAT

Hubungan antara rasio Earning Per Share terhadap harga saham :

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001 : 139), EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham. Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham, maka pemegang


(49)

saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat menguatkan harga saham.

Menurut Indriyo (2000 : 7), EPS sangat besar pengaruhnya terhadap harga saham, meningkatnya laba per lembar saham cenderung meningkatkan harga saham. Informasi mengenai pendapatan per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menetukan deviden yang akan dibagikan dan untuk mengtahui perkembangan perusahaan. Setiap investor pada dasarnya menginginkan deviden dan capital gain yang besar. Apabila

EPS suatu perusahaan tinggi maka deviden dan capital gain yang tinggi akan diminati oeh investor sehingga menyebabkan harga saham naik. Begitu sebaliknya, apabila EPS suatu perusahaan turun, maka deviden dan capital gain yang diperoleh investor turun dan tidak menutup kemungkinan investor menderita capital loss.

b. Pengaruh Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham ROE merupakan pendapat setelah pajak terhadap modal perusahaan. ROE dapat dihitung dengan membandingkan antara EAT dengan modal sendiri. ROE rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal yang digunakan untuk mengukur tingkat hasil pengembalian dan investasi para pemegang saham. Bisa juga ROE


(50)

digunakan untuk mengukur kemampuan modal saham untuk menghasilkan keuntungan.

Return On Equity = Modal sendiri x 100%

EAT

Hubungan antara rasio Return On Equity terhadap harga saham : Menurut Sutrisno (2001 : 255), ROE memberi ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. Semakin tinggi ROE maka keuntungan yang diperoleh bagi pemegang saham tinggi dan saham perusahaan tersebut akan diminati oleh investor sehingga harga saham akan naik. Begitu sebaliknya, apabila ROE rendah maka keuntungan yang diperolehpun semakin rendah, sehingga harga saham rendah.

c. Pengertian dan Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Harga Saham

Suku bunga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar oleh seorang peminjam untuk pemanfaatan uang selama suatu periode tertentu. Pengaruh suku bunga terhadap saving, kredit dan investasi adalah makin tinggi suku bunga maka makin tinggi pula volume tabungan dan mendorong tingkat pemberian kredit, selain itu akan menurunkan tingkat investasi dan peminjaman modal.


(51)

a. Macam-macam suku bunga

Suku bunga dalam dunia perbankan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Suku Bunga Pinjaman

Suku bunga pinjaman adalah suku bunga yang besarnya ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang yang dipinjamkan kepada pihak lain. Besarnya suku bunga pinjaman berbeda-beda sesuai dengan penggunaan pinjaman.

2) Suku Bunga Simpanan

Suku bunga simpanan adalah suku bunga yang ditentukan oleh lembaga perbankan sebagai harga dari uang nasabah yang disimpan di bank yang bersangkutan. Besarnya persentase suku bunga simpanan berbeda-beda, diantaranya ditentukan oleh unsur jangka waktu.

Meningkatnya suku bunga simpanan memaksa bank untuk dapat memutar uang dengan bunga yang lebih tinggi, akibatnya akan lebih memberatkan peminjam. Besar kecilnya suku bunga sangat berpengaruh terhadap dorongan bagi para pengusaha yang berproduksi dengan mengambil kredit perbankan. Suku bunga yang rendah akan


(52)

mendorong pengusaha untuk berproduksi dengan mengambil lebih banyak kredit. Sebaliknya suku bunga yang tinggi akan mendorong pengusaha untuk berproduksi dengan mengurangi pinjaman (kredit). Dengan demikian, suku bunga yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan hasil yang diperoleh kurang menguntungkan bagi bank pada khususnya dan bagi para pengusaha pada umumnya.

b. Pengaruh tingkat suku bunga

Pengaruh yang dimaksud adalah dampak yang ditimbulkan dengan adanya suku bunga yang tinggi maupun suku bunga yang rendah. Adapun dampak dari tingkat suku bunga adalah sebagai berikut :

1) Dampak Suku Bunga Tinggi

a. Tingginya volume tabungan masyarakat

Makin tinggi tingkat suku bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya pada tingkat suku bunga yang tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan pengeluaran untuk konsumsinya guna menambah tabungan.


(53)

Tingginya tingkat biaya modal perusahaan menyebabkan perusahaan akan mempunyai posisi yang lebih lemah dalam persaingan berinvestasi.

2) Dampak Suku Bunga Rendah

Rendahnya tingkat suku bunga baik suku bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan menimbulkan beberapa hal sebagai berikut :

a. Banyaknya perusahaan yang mengambil kredit untuk

investasi sehingga bagi dunia perbankan hal ini akan meningkatkan pendapatan bunga.

b. Kecenderungan masyarakat untuk menabung menjadi

kecil.

Oleh karena itu tingkat bunga dapat digolongkan sebagai salah satu faktor penting yang akan menentukan besarnya investasi yang dilakukan oleh para pengusaha dalam suatu tahun tertentu. Pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan mereka untuk menanam modal apabila tingkat pengembaliannya lebih besar, yaitu berupa persentasi keuntungan bruto yang diperoleh lebih besar daripada tingkat bunga. Oleh karena itu apabila suku bunga deposito semakin tinggi maka investor akan beralih dari saham ke deposito dan apabila suku bunga deposito makin rendah maka investor akan kembali berinvestasi dalam saham.


(54)

2.3. Kerangka Model Penelitian Gambar 1 : Kerangka Model Penelitian

Analisis Regresi Berganda

Tingkat Bunga Deposito

(X3) Earning Per

Share (X1)

Perkiraan Harga Saham (Y)

Return On Equity

(X2)


(55)

2.4. Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan dalam menangani masalah yang terjadi pada perusahaan sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta adalah sebagai berikut :

1. Diduga Earning Per Share berpengaruh positif terhadap harga saham sektor industri barang konsumsi di BEJ.

2. Diduga Return On Equity berpengaruh positif terhadap harga

saham perusahaan sektor industri barang konsumsi di BEJ.

3. Diduga Tingkat Bunga Deposito berpengaruh negatif terhadap


(56)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Berdasarkan permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan, maka variabel-variabel yang akan dianalisis dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Variabel terikat (Y) adalah harga saham, merupakan harga per lembar saham perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2005-2009 di Bursa Efek Jakarta.

Harga per lembar saham ditentukan berdasarkan harga penutupan (closing Price) per 31 desember periode 2005-2009 yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).

2. Variabel bebas (X) terdiri dari :

Earning Per Share (X1) adalah merupakan rasio laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk setiap unit saham selama suatu periode tertentu. Dihitung dengan membandingkan antara total laba bersih dengan jumlah saham yang beredar. Satuan yang digunakan adalah satuan rupiah. Skala data yang digunakan adalah skala rasio.

Earning per Share=

Saham Lembar

Jumlah EAT

..……(3.1)

(Mamduh dan Halim, 2003:186)


(57)

Return On Equity (X2) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki. ROE merupakan prosentase laba bersih setelah pajak (EAT), terhadap modal sendiri di perusahaan sektor industri barang konsumsi. Satuan variable ini adalah prosentase dan skal variable adalah skala rasio.

Return On Equity = Modal sendiri x 100%

EAT

.…..….(3.2)

(Sutrisno, 2001 : 255)

Tingkat Bunga Deposito (X3) adalah persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalam suatu periode tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak. Suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga SBI Variabel ini diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Suku Bunga =

Tahun 1 selama (bulanan) SBI suku bunga 12


(58)

3.2. Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah perusahaan sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

b. Sampel

Dari sejumlah populasi yang dijadikan obyek penelitian diambil sampel sebanyak 6 perusahaan sektor industri barang konsumsi periode 2005-2009 di BEJ. Penulis menggunakan metode Purposive sampling. Menurut Hartono (2004:79), pengambilan sampel dengan metode ini berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria sampel yang dimaksud adalah :

1. Perusahaan sektor industri barang konsumsi yang secara konsisten masuk sebagai saham pembentuk indeks LQ45 di Busa Efek Jakarta selama tahun 2005-2009.

2. Memberikan laporan keuangan secara periodik per 31 desember tiap tahunnya dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 kepada BEJ. Berdasarkan kriteria diatas, maka peneliti menemukan 6 perusahaan sector industri barang konsumsi yang dapat dijadikan sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 2. PT. Gudang Garam, Tbk

3. PT. HM. Sampoerna, Tbk


(59)

5. PT. Kalbe Farma, Tbk 6. PT. Unilever Indonesia, Tbk

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data laporan keuangan yang diperoleh dari data dokumentasi perusahaan yang diserahkan ke BEJ Adapun data sekunder yang diambil meliputi :

1. Data perkembangan harga saham perusahaan sektor industri barang konsumsi pada periode 2005-2009 pada BEJ.

2. Laporan keuangan perusahaan sektor industri barang konsumsi yang diteliti per 31 desember selama periode 2005-2009 pada BEJ.

3.3.2. Sumber Data

Keseluruhan data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory yang diperoleh diperpustakaan BEJ dan www.jsx.co.id.

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi. Teknik pengumpulandata secara dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen


(60)

dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data-data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber-sumber individual. Data ini diambil atau sebagian dari data yang telah dicatat atau dilaporkan.

3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Sifat penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat kejelasan pengaruh variabel bebas (Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga Deposito) terhadap variabel terikat (harga saham).

Model statistik yang dipakai adalah model linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = βo + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮I ………(3.3) (Algifari, 1997 : 79)

Keterangan :

Y = Harga Saham

X1 = EPS (Earning Per Share) X2 = ROE (Return On Equity) X3 = Tingkat Bunga Deposito

Βo = Konstanta

β1, β2, β3 = Koefisien regresi untuk variabel bebas µi = Komponen pengganggu


(61)

Persamaan regresi tersebut bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresilinier yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi

Menurut Gujarati (1995:201), autokorelasi dapat diidentifikasi sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diturunkan menurut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data Crossectional). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residul (Y observasi – Y prediksi) pada waktu ke-t (et) tidak baleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelum (et-1). Identifikasi ada atau tidak adanya gejala autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai DurbinWatson (d tes) dengan persamaan :

d = ………....(3.4) t=n

(et – et-1)2 t=1

n

et2

t=1 (Gujarati, 1995:215) Keterangan :

d = Nilai Durbin Watson et = residual pada waktu ke-t


(62)

et-1 = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya) n = banyaknya data

Banyaknya data time series minimal yang dapat dihitung dengan Durbin Watson adalah enam buah data dengan satu variable.

Identifikasi gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva berikut :

Ada Auto Daerah Daerah Ada auto Korelasi keragu- keragu- korelasi Positif raguan raguan positif

Tidak ada autokorelasi

Positif dan tidak ada

Autokorelasi negatif

0 dL dU 4-dU 4-dL 4 2. Tidak boleh ada multikolonieritas

Persamaan regresi linier berganda diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas. Apabila ternyata ada pengaruh antara variabel bebas, maka tidak berlaku lagi (terjadi bias).

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, dapat dilihat ciri-cirinya sebagai berikut :

a. Koefisien determinasi berganda (R square) tinggi b. Koefisien korelasi sederhana tinggi


(63)

d. Tapi tak satupun (atau sedikit sekali) diantara variabel bebas yang signifikan.

Tindakan perbaikan multikolonier adalah : 1. Informasi Apirori

2. Menggabungkan data cross-sectional dan data urutan waktu

3. mengeluarkan suatu variabel atau variabel-variabel dan bias spesifikasi 4. Transformasi variabel

5. Penambahan data baru

Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolonier dapat dilakukan dengan menghitung Variance Inflaction Factor (VIF).

1

VIF = ...(3.5) 1 – Rj2

VIF menyatakan tingkat pembengkakan varians. Apabila VIF lebih besar dari 10, berarti terdapat multikolonier pada persamaan regresi linier

(Gujarati, 1995 : 157)

3. Tidak boleh ada heteroskedastisitas

Pada regresi linier, nilai residul tidak boleh ada hubungan dengan variabel independent (X). Statistik dasar dalam pengujian heteroskedastisitas dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan pengujian korelasi Rank Sperman (rs). (Gujarati, 1995 : 188)


(64)

∑di2

Rs = 1-6 ………..….(3.6) N(N2 – 1)

Keterangan :

di = Perbedaan dalam rank yang ditempatkan untuk karakteristik yang berbeda dari individual atau fenomena ke – i.

N = Banyaknya individual atau fenomena yang di rank. Kaidah pengambilan keputusan :

• Apabila nilai signifikan hitung (sig) > tingkat signifikan α = 0.05 maka H0 diterima, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas.

• Apabila nilai signifikan hitung (sig) < tingkat signifikan α = 0.05 maka H0 ditolak, berarti terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2001 : 77). Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusa melalui uji F dan uji t menjadi bias.

4. Uji Normalitas

Uji Normalitas dimaksudkan untuk memeriksa apakah data populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji ini diperlukan untuk mengetahui apakah teknik analisis regresi dapat digunakan dalam penelitian ini atau tidak. Konsep dari uji Kolmogorov Smirnov ini adalah membandingkan


(65)

(uji perbedaan) antara data kita dengan data berdistribusi normal yang memiliki mean dan SD yang sama dengan data kita. Akibatnya jika tes tersebut signifikan (p<0.05) maka data tersebut disebut data yang tidak normal distribusinya dan sebaliknya bila hasil tes tersebut tidak signifikan (p>0.05) maka data yang kita miliki adalah data yang mempunyai distribusi normal.

3.4.2. Uji Hipotesis Uji F

Uji F hitung disebut juga uji secara serempak atau secara simultan. Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap semua variabel bebas yang meliputi Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat Bunga Deposito secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan atau mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap harga saham.

Uji Kelayakan Model

Uji F dilakukan untuk melihat apakah model yang dianalisis memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang digunakan dalam model mampu menjelaskan fenomena yang dianalisis. Dua indikator yang digunakan adalah (Ferdinand, 2006:300):


(66)

1. Uji Anova untuk melihat sebaran varian yang disebabkan oleh regresi dan varians yang disebabkan oleh residual. Hal ini dapat dianalisis melalui uji F Anova yang membandingkan mean square dari regresi dan mean square dari residual.

F = MS Regresi ………....(3.7) MS Residual

2. Goodness of fit dari model yang dikembangkan dianalisis dengan mengganti koefisien determinasi. Koefisien ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan model menjelaskan variasi yang terjadi dalam variabel dependen. Koefisien determinasi ditunjukkan oleh angka R- Square dalam model summary yang dihasilkan oleh program. Koefisien determinasi ini diperoleh dengan rumus :

R2 = (TSS – SSE) / TSS = SSR / TSS ………...(3.8) Dimana : TSS = Total Sum Square

SSE = Sum Square of Error SSR = Sum Square of Regresion

Uji t

Untuk mengetahui pengaruh antara variabel secara parsial digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

1. H0 : β1 = 0 (tidak terdapat pengaruh X1, X2 dan X3 secara parsial terhadap Y ).


(67)

H0 : β1 ≠ 0 (terdapat pengaruh X1, X2 dan X3 secara parsial terhadap Y ).

2. Level signifikan (α) = 0,05. Kiterianya adalah sebagai berikut :

• Apabila tingkat signifikasi koefisien > (α) = 0,05/(5%) maka variabel x tidak signifikan atau tidak berpengaruh terhadap variabel y.

• Apabila tingkat signifikasi koefisien < (α) = 0,05/(5%) maka variabel x berpengaruh signifikan atau mempunyai pengaruh terhadap variabel y.


(68)

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal di Indonesia

Pasar modal Indonesia yang sekarang ini kita kenal sebenarnya sudah sejak jaman pemerintahan kolonial Belanda. Tujuan pemerintah kolonial Belanda mendirikan pasar modal pada waktu itu adalah untuk menghimpun dan menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orang-orang Belanda di Indonesia, para investor yang berkecimpung di Bursa Efek pada waktu itu adalah orang-orang Hindia Belanda dan Eropa lainnya. Munculnya pasar modal di Indonesia secara resmi diawali dengan didirikannya Vereniging voor de efefectenhandel di Jakarta pada tanggal 14 Desember 1912. Perkembangan pasar modal di Jakarta pada waktu itu cukup menggembirakan, sehingga pemerintah colonial Belanda terdorong untuk membuka Bursa Efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925, dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

Pada awal tahun 1939 terjadi gejolak di Eropa yang mempengaruhi efek di Indonesia. Melihat situasi yang tidak menguntungkan ini, pemerintah kolonial Belanda menutup bursa efek di Surabaya maupun di Semarang yang kemudian memusatkan perdagangan efek di Jakarta. Kemudian, pada tanggal 10 Mei 1940 bursa efek di Jakarta juga ditutup,


(69)

efek tersebut, maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia menjadi terhenti.

Tanggal 1 September 1951, setelah adanya pengakuan kedaulatan dari pemerintah Hindia Belanda, pemerintah mengeluarkan undang-undang darurat No. 13 tentang bursa efek di Indonesia. Berdasarkan undang-undang tersebut, kemudian ditetapkan sebagai undang-undang No. 15 tahun 1952. Sejak itu, bursa efek dibuka kembali, dengan memperdagangkan efek yang dikeluarkan sebelum Perang Dunia II. Namun, keadaan ini berlangsung sampai dengan tahun 1958. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Republik Indonesia secara resmi membuka kembali pasar modal di Indonesia yang ditandai dengan go publik PT. Semen Cibinong.

Sejak diaktifkan kembali kegiatan pasar modal Indonesia pada tanggal 10 Agustus 1977, bursa efek mulai terus berkembang. Pemerintah memberi beberapa kemudahan yang mengatur operasional tentang pelaksanaan bursa efek.

4.1.2 Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ)

Pada tanggal 3 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal ke-19. Pada tahun 1912,


(70)

didirikan di Batavia, pusat pemerintahan Kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.

Bursa Batavia sempat tutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan Kolonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan busa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.

Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum Perang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasional pada tahun 1956.

Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), Institusi baru dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkatkan seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini


(71)

Pasar Modal (BAPEPAM).

PT. Bursa Efek Jakarta didirikan berdasarkan akta No. 27 tanggal 4 Desember 1991, yang diubah dengan akta No. 142 tanggal 13 Desember 1991 dan No. 254 tanggal 21 Desember 1991, dari Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH. Akta pendirian danperubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-8146. HT.01.01.TH.91 tanggal 26 Desember 1991 dan telah diumumkan dalam Berita Negara No. 25 tanggal 27 Maret 1992, tambahan Berita Negara No. 1355. Perubahan Anggaran Dasar perusahaan terakhir dengan akta No. 31 tanggal 26 Juli 2005 dari Notaris Dr. Amrul Patomuan Pohan, SH, LLM, mengenai perubahan pasal-pasal tertentu dalam Anggaran Dasar Perusahaan. Perubahan anggaran dasar tersebut telah disetujui oleh Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dengan suratnya No. S-998/PM/2005 tanggal 4 Mei 2005 dan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-22073. HT.01.04.TH.2005 tanggal 9 Agustus 2005, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 84 tanggal 21 Oktober 2005 Tambahan Berita Negara No. 1021.

Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Jakarta memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automatic Trading System (JATS), sebuah system perdagangan


(72)

ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibandingkan system perdagangan manual.

Pada Juli 2000, Bursa Efek Jakarta menerapkan perdagangan tanpa warkat (Scrip less Trading) dengan tujuan meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.

Tahun 2002, Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar dan frekuensi perdagangan.

4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Jakarta a. Visi

Bursa Efek Jakarta menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang komperatif adalah bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.

b. Misi

Menjadikan Bursa Efek Jakarta sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local


(73)

memiliki integritas yang tinggi serta sebagai konstitusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.

4.1.4 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta

Dalam menjalankan kegiatan usaha, Bursa Efek Jakarta tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Jakarta dilakukan oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam). Kekuasaan tertinggi di PT. Bursa Efek Jakarta sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT. Bursa Efek Jakarta juga terdapat Dewan Komisaris, yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan jalannya perseroan.

PT. Bursa Efek Jakarta mempunyai direksi sebanyak empat orang, yaitu satu orang direktur utama yang juga menjadi Satuan Pemeriksa keuangan dan tiga orang anggota Direksi yang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.

Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta dapat digambarkan sebagai berikut :


(74)

Dewan Direktur : Direktur Utama I Direktur Utama II Direktur Utama III Sekretaris Perusahaan Humas Humas Satuan Pemeriksa Komite pencatatan perdagangan keanggotaan anggota Departemen I Perdagangan I Equity Operation Perdagangan II OTC-FIS Perdagangan III Customer service Training Administration Penyelidikan & Klaim Departemen II Penataran Cooperation Finance Monitoring Keuangan

Finance & Budget

Tax & Accounting

Sumber Daya Manusia

Personal Training General affairs Departemen III Teknologi Informasi Operation Applicant support Development Pengembangan bisnis Project Riset Marketing infor Data analysis Dewan Komisaris RUPS


(75)

Keadaan umum perusahaan-perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi berdasarkan sampel yang diambil adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Gambaran Umum Obyek Penelitian No Nama

Perusahaan

Bidang Usaha Kedudukan

1. PT. Indofood

Sukses Makmur, Tbk

Ruang lingkup kegiatan perusahaan terdiri dari, antara lain, produksi mie,

penggilingan tepung, kemasan, jasa manajemen serta

penelitian dan pengembangan.

Kantor pusat berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lt 27, Jend. Sudirman, kav. 76-78, Jakarta, Indonesia.

2. PT. Gudang

Garam, Tbk

Produk-produk perusahaan terdiri dari 3 model, rokok linting dengan bungkus kulit jagung dengan tiga merk, rokok buatan tangan dengan sembilan merk dan rokok linting buatan mesin dengan enam merk.

Pabrik terletak di Jl.

Semampir II/1 Kediri, Jawa Timur dan kantornya terletak di Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta.

3. PT. H.M.

Sampoerna, Tbk

Memproduksi dan

memasarkan rokok kretek dan rokok putih secara komersil.

Kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya 18 Surabaya.

4. PT. Bentoel

International Inv, Tbk

Memproduksi dan

memasarkan rokok rendah tar dan rendah nikotin.

Kantor pusat berlokasi di Jl. Jenderal Sudirman, kav. 34-35 Jakarta 10220.

5. PT. Kalbe

Farma, Tbk

Ruang lingkup perusahaan meliputi usaha dalam bidang industri dan distribusi prosuk farmasi (obat-obatan bagi manusia dan hewan).

Kantor pusat berlokasi di kawasan industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok. A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.

6. PT. Unilever

Indonesia, Tbk

Bergerak dalam bidang produk konsumen seperti sabun, deterjen, kebutuhan memasak dan kosmetik.

Pabrik-pabriknya berlokasi di Jakarta dan Surabaya.


(76)

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah rata-rata harga saham, Sku bunga deposito dan laporan keuangan yang diterbitkan oleh beberapa Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta periode 2005-2009, yaitu PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk; PT. Gudang Garam, Tbk; PT. H.M Sampoerna, Tbk; PT. Bentoel International Inv, Tbk; PT. Kalbe Farma, Tbk; PT. Unilever Indonesia, Tbk.

4.2.1 EPS (X1) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ

Earning per Share merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Dihitung dengan membandingkan antara total laba bersih (EAT) dengan jumlah saham yang beredar. Satuan ukur dari variabel ini adalah rupiah (Rp) dan skala datanya adalah

skala rasio. Earning per Share= Jumlah Lembar Saham

EAT

Tabel 3 : Earning Per Share (X1) Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEJ dalam satuan Rupiah (Rp)

No. Perusahaan 2005 2006 2007 2008 2009

1. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 13 70 104 118 179

2. PT. Gudang Garam, Tbk 982 524 750 977 1286

3. PT. H.M Sampoerna, Tbk 544 805 827 889 841

4. PT. Bentoel International Inv, Tbk 16 22 36 35 3

5. PT. Kalbe Farma, Tbk 64 67 69 70 61

6. PT. Unilever Indonesia, Tbk. 189 226 257 315 299


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian sampai pembahasan dan uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa :

a. Hasil analisis secara parsial Earning Per Share (EPS) signifikan atau berpengaruh secara nyata terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa Earning Per Share (EPS) mempunyai pengaruh terhadap harga saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta terbukti kebenarannya.

b. Hasil analisis secara parsial Return On Equity (ROE) signifikan atau berpengaruh secara nyata terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) mempunyai pengaruh terhadap harga saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta terbukti kebenarannya.

c. Hasil analisis secara parsial Tingkat Bunga Deposito tidak signifikan atau tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga saham. Dengan demikian, hipotesis yang menyatakan bahwa Tingkat Bunga Deposito mempunyai pengaruh terhadap harga saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta tidak terbukti kebenarannya.


(2)

84

d. Hasil analisis secara simultan menujukkan variasi yang terbentuk dalam analisis regresi. Nilai fhit sebesar 31,473 dengan tingkat signifikansi 0,000 Sedangkan ftab adalah 2,98 karena probabilitas (0,000) <  (0,05) atau 31.473 > 2,98 atau fhit > ftabel maka hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama (simultan) pada variabel EPS, ROE dan

Tingkat Bunga Deposito terhadapHarga Saham Perusahaan Sektor Industri

Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang tersebut diatas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut :

a. Bagi investor maupun calon investor hendaknya tidak hanya menggunakan analisis fundamental seperti Earning Per Share, Return On Equity dan Tingkat

Bunga Deposito yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan

untuk memprediksi harga saham. Tetapi juga mempertimbangkan hal-hal lain yang berhubungan dengan perubahan harga saham yang dapat dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan untuk mendapatkan harga saham yang baik dan terjamin.

b. Bagi emiten yang akan meningkatkan harga sahamnya, dapat menempuh langkah memperbaiki kinerja keuangan perusahaan salah satunya dengan meningkatkan Earning Per Share (EPS). Selain itu emiten harus dapat menciptakan sistem kerja yang efektif dan efisien terutama dalam pemakaian


(3)

85

modal kerja, karena akan dapat menekan harga pokok produksi dan penjualan serta mengelola persediaan sehingga akan meningkatkan penjualan produk yang dihasilkan, karena dengan meningkatnya penjualan produk maka laba akan meningkat sehingga harga saham juga akan naik.

c. Bagi peneliti lanjutan, kesimpulan diatas memberikan bukti yang bisa digunakan sebagai pijakan gagasan ke arah penelitian yang lebih mendalam. Akan lebih menarik bila dipertimbangkan menggunakan variabel lain. Dapat juga menggunakan variabel bersifat teknis seperti volume perdagangan, indeks harga saham, keadaan pasar modal dan sebagainya. Mengingat harga saham banyak dipengaruhi berbagai macam variabel.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga dan Pakarti, 2003, Pengantar Pasar Modal Edisi Revisi, Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Algifari, 1997, Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Edisi pertama, BPFE Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Bram Hadianto, 2008, “Pengaruh Earnings Per Share (EPS) dan Price Earnings Ratio (PER) terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar dan Ritel pada periode 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmiah Akuntansi, Vol. 7, No. 2, November, hal. 162-173.

Fakhruddin dan Sopian Hadianto, 2001, Perangkat dan Modal Analisis Investasi

di Pasar Modal. Buku Satu, Penerbit PT Elex Media Komputindo.

Jakarta.

Ferdinand, Augusty, 2006, Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian

Untuk Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen,

Semarang: Penerbit Badan Penerbit : Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Multivariate dengan program SPSS, Semarang, Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi, Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Husnan, Suad, 1998, Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan

Jangka Pendek, Jilid 2, BPFE. Yogyakarta.

Husnan, Suad, 1996, Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Penerbit : AMP-YKPN. Yogyakarta.

Hartono, J, 2003, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga, BPFE- UGM. Yogyakarta.

Hartono, J, 2004, Metodologi Penelitian Bisnis : Salah kaprah dan

pengalaman-pengalaman, Edisi 2004/2005, Catatan pertama, BPFE-UGM.


(5)

Jogiyanto, H.M., 2000, Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, BPFE. Yogyakarta.

Keown, Arthur J.,et al.,1999, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi ke Tujuh, Terjemahan Chaerul D. Djakman, Penerbit Salemba Empat. Yogyakarta.

Moeljadi, 2006, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Bayu Media. Malang.

Munawir, 2002, Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat, Penerbit Liberty. Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1997, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Sartono, Agus, 2001, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi, Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Sunnariyah, 2003, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Penerbit YKPN. Yogyakarta.

Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia. Yogyakarta.

Suprapto, Hadi, Susanto, Heri, Rika, Pardede, Galihi, Bayu, 2008, Melaju meniti

badai, (online) (url

http://sorot.vivanews.com/news/read/15454-melaju_meniti_badai,) diakses tanggal 07 Januari 2010.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Penerbit BPFE. Yogyakarta.

Weston, J. Fred, Thomas E. Copeland, 1992, Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Weston, J. Fred, Brigham Eugene F, 1990, Manajemen Keuangan, Penerbit Erlangga. Jakarta.


(6)

Widoatmodjo, Sawidji, 1996, Cara Sehat Investasi Di Pasar Modal :

Pengetahuan Dasar, Cetakan Ketiga, Penerbit PT. Jurnalindo Aksara

Grafika. Jakarta.

Yoko Tristianto, 2006, “Pengaruh Faktor Fundamental dan Teknikal terhadap Harga Saham di Bursa Efek Jakarta”. Equity, Vol. 4, No. 2, Juli – Desember, hal. 61-72.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 135 69

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009 – 2011

2 32 74

Analisisis Pengaruh Price Earning Ratio, Return on Equity dan Net Profit Margin Terhadap Harga Saham pada Industri Kimia dan Dasar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 57 85

Analisis Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 33 86

Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 9 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Underpricing Harga Saham pada Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014

0 6 137

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

PENGARUH EPS (EARNING PER SHARE), ROE (RETURN ON EQUITY) DAN TINGKAT BUNGA DEPOSITO TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI DI BURSA EFEK JAKARTA

0 0 21