5. Need for supervision, merupakan tingkat sejauh mana seorang pekerja dapat melaksanakan suatu fungsi pekerjaan tanpa memerlukan pengawasan seorang
supervisior untuk mencegah tindakan yang kurang diinginkan. 6. Interpersonal impact, merupakan tingkat sejauh mana pegawai memelihara
harga diri, nama baik, dan kerja sama di antara rekan kerja dan bawahan.
2.4 Pengaruh Kepemimpinan terhadap Kinerja Karyawan
Pimpinan perusahaan merupakan orang yang paling berpengaruh untuk menentukan aktivitas dan kebijakan yang harus dijalankan oleh karyawan.
Keberadaan seorang pemimpin di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor yang sangat menentukan bagi maju mundurnya organisasi. Dalam proses
sosialisasi, peran pemimpin sangat diperlukan untuk memberikan dukungan dan koordinasi yang tepat bagi karyawan terutama karyawan baru untuk lebih
memahami organisasinya. Sutrisno, 2011:34. Menurut Wibowo 2007:66 kepemimpinan dan gaya kepemimpinan
dalam organisasi sangat berperan dalam memengaruhi kinerja karyawan. Bagaimana pemimpin menjalin hubungan dengan pekerja; bagaimana mereka
memberi penghargaan kepada pekerja yang berprestasi; bagaimana mereka mengembangkan dan memberdayakan pekerjanya; sangat memengaruhi kinerja
sumber daya manusia yang menjadi bawahannya. Namun, kinerja suatu organisasi tidak hanya dipengaruhi oleh sumber daya manusia di dalamnya, tetapi juga oleh
sumber daya lainnya seperti dana, bahan, peralatan,teknologi dan mekanisme kerja yang berlangsung dalam organisasi. Hasil penelitian tersebut didukung oleh
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Aditya 2010 dan Maramis 2013 menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
2.5 Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan
Hubungan antara budaya organisasi organizational culture dengan sukses-gagalnya kinerja suatu organisasi diyakini oleh para ilmuwan perilaku
organisasi dan manajemen serta sejumlah peneliti akuntansi manajemen sangat erat. Budaya organisasi diyakini merupakan faktor penentu utama terhadap
kesuksesan kinerja ekonomi suatu perusahaan Kotter dan Heskett 1992, Hofstede 1991, Wilhelm 1992, Martin 1992, Mondy dan Noe 1996, Krietner dan Kinicki
1995, dan Luthans dalam Lako 2004:28. Keberhasilan suatu organisasi untuk mengimplementasikan aspek-aspek atau nilai-nilai values budaya organisasinya
dapat mendorong organisasi tersebut tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Pengelolaan secara efektif terhadap budaya organisasi dapat
menjadi sumber keunggulan kompetitif. Menurut Lako 2004:50 pembentukan budaya perusahaan yang kuat,
adaptif dan transformasional diyakini Kotter dan Heskett 1992 dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan kinerja dan keunggulan perusahaan
dalam jangka panjang. Budaya perusahaan yang kuat juga diyakini Smircich 1983 dapat berperan sebagai 1 variabel independen yang mempengaruhi
praktik-praktik manajemen dan sikap pegawai, dan 2 sebagai variabel intern yang berperan mengkonseptualisasikan organisasi dalam proses produksi atau
jasanya. Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Arif 2010 dan Porwani 2010 menyatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
2.6 Pengaruh Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Karyawan