Employee Relations dan Kepuasan Kerja

(1)

dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT INALUM di Kuala Tanjung)

SKRIPSI

ARDIANSYAH 080904041

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN 2013


(2)

EMPLOYEE RELATIONS DAN KEPUASAN KOMUNIKASI

(Studi Korelasional Kegiatan Employee Relations dalam Bentuk Rapat Rutin dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT INALUM di Kuala Tanjung)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

ARDIANSYAH 080904041

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian

hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama: ... NIM: ... Tanda Tangan: ... Tanggal: ...


(4)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PERSETUJUAN Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Ardiansyah

NIM : 080904041

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : EMPLOYEE RELATIONS DAN KEPUASAN KOMUNIKASI

(Studi Korelasional Kegiatan Employee Relations dalam bentuk Rapat Rutin dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT INALUM di Kuala Tanjung)

Medan, Desember 2013

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Ilmu komunikasi

Drs. Safrin, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis, MA

NIP: 196110011987011001 NIP: 196208281987012001

Dekan

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP: 196805251992031002


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh : ... Nama : ... NIM : ... Departemen : ... Judul Skripsi : ...

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji :... Penguji : ... Penguji Utama : ...

Ditetapkan di : ... Tanggal : ...


(6)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan salam serta shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Akhirnya penulis sampai pada detik terselesaikannya skripsi di penghujung masa kuliah ini.

Skripsi yang berjudul “Employee Relations dan Kepuasan Kerja” ini membahas komunikasi dalam organisasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk rapat rutin dan kepuasan komunikasi karyawan. Di dalam penulisannya tentu penulis mencoba berusaha sebaik mungkin, meskipun pada akhirnya kesempurnaan penulisan mustahil tanpa adanya perbaikan. Oleh karena itu, penulis menyadari dan mengharapan koreksi dan masukan untuk perbaikan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik.

Perjuangan dan berbagai kesulitan telah penulis rasakan selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sangat ingin berterima kasih kepada semua yang telah memberikan bimbingan serta dukungan kepada penulis sehingga mampu menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut.

Mama dan Ayah yang sangat penulis sayangi, untuk segala dukungan, perhatian, dan kasih sayang selama ini tidak mungkin penulis mampu membalas sampai kapanpun. Kepada adik-adik Faisal Febriansyah dan Malvin Hermansyah yang menjadi motivasi bagi penulis.

Kepada seluruh saudara yang sudah memberikan perhatian kepada penulis khususnya keluarga (Alm.) Mochtar Lubis yang menyediakan tempat tinggal berikut segala bantuan yang sampai detik ini penulis masih terima.

Kepada seluruh Dosen Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah memberikan segala ilmu paling berharga kepada kami para mahasiswa. Kepada Dosen Pembimbing Bapak Safrin, M.Si yang sudah memberikan bimbingan selama pembuatan skripsi ini. Kepada seluruh Staff SPR PT INALUM


(7)

khususnya Ibu Neng Ratnawaty yang selalu membantu selayaknya orangtua penulis. Kepada Kak Rahayu Azis dan Bang Ari Cesar Nugraha yang telah banyak membantu di saat-saat krisis. Kepada Dikri Abdilanov atas fasilitas selama pembuatan skripsi. Kepada Bang Anugrah Huseini yang memberikan berbagai dukungan dan semangat. Kepada Novita Sari Wulandari atas perhatian dan semangatnya. Kepada Ratna Sari Ferwinda yang sering mengingatkan kuliah. Kepada teman-teman di USU, UISU, UMA, UDA, UI, Budi Luhur, Bina Nusantara dan semua yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu atas bantuan maupun dukungan sehingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan selama ini. Amin.

Akhirnya, semoga karya ilmiah yang penulis persembahkan ini berguna dan menambah wawasan bagi para pembacanya dan penulis sendiri. Terima kasih

Medan, Desember 2013 Penulis,


(8)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ardiansyah

NIM : 080904041

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas : Universitas Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

... ... ... ... ... beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : ... Pada Tanggal : ... Yang Menyatakan,


(9)

ABSTRAK

Ardiansyah

EMPLOYEE RELATIONS DAN KEPUASAN KOMUNIKASI

Salah satu bentuk employee relations di sebuah perusahaan adalah rapat rutin. Rapat rutin merupakan aktivitas yang melibatkan komunikasi tatap muka antara pihak manajemen dan karyawan. Rapat rutin juga menciptakan iklim komunikasi yang positif di dalam perusahaan. Penelitian ini meneliti hubungan antara variabel-variabel yang kemudian hubungan-hubungan tersebut dinamakan korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang kuat antara variabel employee relations (�) dan kepuasan komunikasi (�) dengan nilai koefisien (�) 0,763 dan signifkan pada taraf kepercayaan 90%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa employee relations memberikan pengaruh sebesar 58,22% terhadap kepuasan komunikasi karyawan dan 41,78% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

Kata kunci: employee relations, kepuasan komunikasi, rapat rutin, korelasi, hubungan, kuantitatif, perusahaan.

Regular meeting is one of employee relations activities in a company. Regular meeting is an activity that involves face-to-face communication between management and employees. Regular meetings also creates a positive communication climate within the company. This study investigated the relationship between the variables which then these relations is called the correlation. The results showed a strong and positive correlation between employee relations () and communication satisfaction () with coefficient () 0.763 and significant at 90% confidence level. This study concludes that employee relations give effect to the employee communication satisfaction of 58.22% and 41.78% is influenced by other variables outside this research.

Keywords: employee relations, communication satisfaction, regular meeting, corelations, kuantitatif, company.


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Penelitian ... 5

1.3 Pembatasan Penelitian ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 7

2.1.1. Komunikasi ... 7

2.1.2. Public Relations ... 10

2.1.3. Komunikasi Organisasi ... 12

2.1.4. Employee Relations ... 15

2.1.5. Kepuasan Komunikasi Organisasi ... 18

2.2 Kerangka Konsep ... 19

2.3 Variabel Penelitian ... 20

2.4 Definisi Operasional ... 21


(11)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 30

3.2 Metode Penelitian ... 33

3.3 Populasi dan Sampel ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5 Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 39

4.2 Analisis Tabel Tunggal ... 42

4.2.1. Karakteristik Responden ... 43

4.2.2. Employee Relations ... 46

4.2.3. Kepuasan Komunikasi ... 57

4.3 Pengujian Hipotesis ... 67

4.4 Hasil Koefisien Determinan ... 69

4.5 Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 72

5.2 Saran Responden Penelitian ... 73

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis ... 73

5.4 Saran dalam Kaitan Praktis ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel Penelitian 20

2.2 Operasionalisasi Konsep 21

3.1 Interpretasi Nilai � 37

4.1 Case Processing Summary 39

4.2 Reliability Statistics 40

4.3 Item-Total Statistics 40

4.4 Data Usia Responden 43

4.5 Data Jenis Kelamin Responden 43

4.6 Data Status Pernikahan Responden 44

4.7 Data Tingkat Pendidikan Responden 44

4.8 Data Lama Bekerja Responden 45

4.9 Data Departemen Responden 45

4.10 Keterbukaan Karyawan Menyampaikan Pesan kepada

Atasan 46

4.11 Keterbukaan Atasan Mendengarkan Saran dan

Laporan dari Karyawan 47

4.12 Suasana Komunikasi yang Terbuka dengan Atasan 47

4.13 Antusiasme Atasan terhadap Informasi yang Diterima 48

4.14 Saran atau Masukan untuk Keputusan Atasan 49

4.15 Peluang Menyampaikan Saran Perbaikan 49

4.16 Kesempatan Berkomunikasi dengan Rekan Sekerja 50

4.17 Berkonsultasi Membahas Masalah Pekerjaan dengan

Rekan Sekerja 51

4.18 Keterbukaan Susasana Komunikasi sesama Karyawan 51

4.19 Kemudahan Karyawan Mendapatkan Informasi

Pekerjaan dari Rekan Sekerja 52

4.20 Rasa Saling Pengertian dalam Berkomunikasi sesama

Rekan Sekerja 53


(14)

4.22 Motivasi oleh Pimpinan 54 4.23 Kepercayaan dan Kejujuran Pimpinan dalam

Menyampaikan Pesan-Pesan 55

4.24 Konsultasi dan Informasi Kebijakan Perusahaan oleh

Pimpinan 55

4.25 Kejelasan Pimpinan Menyampaikan Informasi

Kebijakan, Aktifitas dan Pengembangan Perusahaan 56 4.26 Kepuasan Karyawan atas Informasi yang Disampaikan

Pimpinan 57

4.27 Pengaruh Komunikasi terhadap Komitmen Kerja 58

4.28 Kesediaan dan Wawasan Pimpinan atas Saran dan

Laporan Masalah 58

4.29 Bimbingan Pimpinan dalam Pemecahan Masalah 59

4.30 Informasi Pekerjaan 60

4.31 Informasi Peraturan dan Kebijakan Perusahaan 60

4.32 Kesempatan Berkomunikasi 61

4.33 Kepuasan Mengartikan dan Memahami Informasi dari

Media PerusahaanPerusahaan 62

4.34 Kesempatan Berkomunikasi mengenai Desas-Desus di

Lingkungan Kerja 62

4.35 Kebebasan dan Keterbukaan Komunikasi antar Rekan

Sekerja 63

4.36 Kemudahan Mendapatkan Informasi mengenai

Perusahaan 64

4.37 Kecepatan dan Kejelasan Informasi Perusahaan 64

4.38 Kepuasan terhadap Informasi dari Pimpinan 65

4.39 Ketertarikan terhadap Informasi dari Pimpinan 66

4.40 Sistem Penilaian Kerja 66

4.41 Penilaian Kinerja oleh Pimpinan 67


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Kuesioner 78

2 Tabulasi Data Survei 82


(16)

ABSTRAK

Ardiansyah

EMPLOYEE RELATIONS DAN KEPUASAN KOMUNIKASI

Salah satu bentuk employee relations di sebuah perusahaan adalah rapat rutin. Rapat rutin merupakan aktivitas yang melibatkan komunikasi tatap muka antara pihak manajemen dan karyawan. Rapat rutin juga menciptakan iklim komunikasi yang positif di dalam perusahaan. Penelitian ini meneliti hubungan antara variabel-variabel yang kemudian hubungan-hubungan tersebut dinamakan korelasi. Hasil penelitian ini menunjukkan korelasi positif yang kuat antara variabel employee relations (�) dan kepuasan komunikasi (�) dengan nilai koefisien (�) 0,763 dan signifkan pada taraf kepercayaan 90%. Penelitian ini menyimpulkan bahwa employee relations memberikan pengaruh sebesar 58,22% terhadap kepuasan komunikasi karyawan dan 41,78% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian.

Kata kunci: employee relations, kepuasan komunikasi, rapat rutin, korelasi, hubungan, kuantitatif, perusahaan.

Regular meeting is one of employee relations activities in a company. Regular meeting is an activity that involves face-to-face communication between management and employees. Regular meetings also creates a positive communication climate within the company. This study investigated the relationship between the variables which then these relations is called the correlation. The results showed a strong and positive correlation between employee relations () and communication satisfaction () with coefficient () 0.763 and significant at 90% confidence level. This study concludes that employee relations give effect to the employee communication satisfaction of 58.22% and 41.78% is influenced by other variables outside this research.

Keywords: employee relations, communication satisfaction, regular meeting, corelations, kuantitatif, company.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Komunikasi memainkan peranan terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan berkomunikasi manusia dapat menyamakan persepsi dan mengatur strategi dalam memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkatan baik individu, kelompok maupun organisasi. Dalam sebuah organisasi, kegiatan komunikasi menjadi suatu proses yang kompleks karena melibatkan seluruh bagian di dalam organisasi baik dari pimpinan ke karyawan dan sebaliknya serta sesama karyawan.

Setiap organisasi memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik yang sifatnya profit maupun non-profit. Perusahaan merupakan salah satu bentuk dari organisasi. Sebuah perusahaan memiliki tujuan yang akan dicapai dengan adanya sumber daya produksi yang memadai. Salah satu sumber daya yang penting dalam suatu perusahaan adalah karyawan. Jika karyawan mampu berpartisipasi dengan baik dalam memberikan dukungan terhadap perusahaan, maka tujuan-tujuan perusahaan akan lebih mudah dicapai. Kualitas kerja seorang karyawan akan baik apabila adanya hubungan komunikasi yang baik juga baik verbal maupun non-verbal antara karyawan dengan pihak manajemen perusahaan sebagai wakil dari perusahaan.

Komunikasi merupakan kunci dari sebuah organisasi. Sebuah organisasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya komunikasi. Dalam hal koordinasi kerja pastinya membutuhkan komunikasi, tanpa adanya komunikasi yang baik, koordinasi kerja tidak akan berjalan lancar. Informasi yang disampaikan atasan kepada bawahan haruslah jelas dan begitu juga sebaliknya, sehingga ada suatu kesepahaman dalam melaksanakan tugas dan pada akhirnya menciptakan hasil kerja yang maksimal dalam mencapai tujuan perusahaan.

Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota organisasi. Organisasi tidak mungkin terbentuk tanpa komunikasi.


(18)

Apabila tidak ada komunikasi, koordinasi kerja tidak dapat dilakukan. Menurut S.K. Bonar (1993) komunikasi dalam organisasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar anggota organisasi, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. Dalam fungsi public relations terdapat berbagai macam bentuk hubungan yang dapat dilakukan. Diantaranya yang umum dilakukan adalah community relations, government relations, consumer relations, investor relations, media relations dan employee relations. Semua bentuk hubungan-hubungan tersebut diatur oleh public relations, dengan tujuan untuk mencapai pengertian publik (public understanding), kepercayaan publik (public confidence), dukungan publik (public support), dan kerjasama publik (public cooperation).

Employee relations bisa diartikan sebagai “hubungan dengan karyawan” merupakan bentuk dari internal public relations. Bentuk hubungan ini perlu dilakukan untuk membangun keharmonisan, saling pengertian dan loyalitas antara karyawan dan (pihak manajemen) perusahaan dengan menciptakan komunikasi dua arah yang baik.

Dalam pelaksanaannya, komunikasi yang dilakukan antara perusahaan dan karyawan biasanya memiliki aturan dan tata cara yang telah ditetapkan oleh perusahaan, seperti di dalam bentuk durasi berkomunikasi, waktu berkomunikasi, tempat, bahasa yang digunakan, cara penyampaian dan sebagainya. Penerapan aturan dan tata cara berkomunikasi karyawan dibuat sedemikian rupa, sehingga memudahkan proses penyampaian informasi, disamping pertimbangan-pertimbangan lain seperti estetika dan etika.

Aktivitas employee relations yang berlangsung di dalam perusahaan secara langsung akan memengaruhi iklim komunikasi dalam perusahaan tersebut. Iklim komunikasi merupakan hasil persepsi bersifat objektif yang dimiliki karyawan terhadap unsur-unsur komunikasi dalam perusahaan yang memengaruhi kualitas kegiatan berkomunikasi. Dengan kata lain, apabila karyawan menilai employee relations yang dimiliki perusahaan mampu memberikan pengaruh positif terhadap iklim komunikasi, maka akan memengaruhi partisipasi dan perilaku karyawan dalam perusahaan.


(19)

Karyawan dalam suatu perusahaan menjadikan iklim komunikasi sebagai bahan pertimbangan atas perilaku dan keputusannya. Iklim komunikasi dalam suatu perusahaan juga memengaruhi loyalitas dan kualitas kerja seorang karyawan, apakah ia akan bekerja dengan jujur, kreatif dan inovatif atau tidak bahkan inisiatif seorang karyawan terhadap tugas-tugasnya juga dipengaruhi oleh iklim komunikasi.

Tujuan employee relations sendiri adalah untuk menciptakan suatu keterbukaan serta hubungan baik antara perusahaan dan karyawan sehingga akan memotivasi karyawannya untuk meningkatkan produktivitas kerja, sehingga perusahaan mampu mencapai tujuan-tujuan perusahaan.

Seperti yang diketahui, iklim komunikasi sangat memengaruhi tindakan atau keputusan seorang karyawan dalam berkomunikasi. Dengan begitu kita mengetahui bahwa iklim komunikasi memengaruhi kepuasan komunikasi seorang karyawan. Kepuasan komunikasi yang menjadi perhatian adalah kepuasan individu terhadap lingkungan komunikasinya dan untuk menunjang kepuasan komunikasi karyawan, maka perusahaan melakukan kegiatan employee relations.

Menurut McNamara(1997), keterampilan mengelola rapat merupakan perjalanan menuju komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu prinsip-prinsip pokok komunikasi informal organisasi. (hlm. 107)

Sedangkan Frank Jefkins (2005) memberikan penjelasan. Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para staff dan karyawan, baik itu yang diselenggarakan di kantor pusat maupun di kantor-kantor cabang, dan juga konferensi tingkat nasional, merupakan kegiatan berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan para karyawan. Dalam acara-acara tersebut, berlangsung suatu bentuk komunikasi yang paling efisien, yakni komunikasi tatap muka. (hlm. 176-177)

Dengan demikian, pelaksanaan rapat secara rutin di dalam sebuah perusahaan mampu menjadi salah satu faktor usaha menciptakan employee relations yang baik.

Sebagai lokasi penelitian, peneliti memilih Smelter PT INALUM Kuala Tanjung Kab. Batu Bara. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada


(20)

pertimbangan PT INALUM berada di urutan ke 24 kapasitas produksi aluminium terbesar dari 43 negara penghasil aluminium di dunia (U.S. Geological Survey. Mineral Commodity Summaries, January 2012)dengan jumlah karyawan smelter mencapai 1.988 orang dan mengadakan rapat rutin baik di setiap divisi maupun antar divisi produksi.

PT INALUM berdiri sejak tahun 1976 dan terus mengalami peningakatan kemampuan produksi yang juga berdampak pada kenaikan keuntungan perusahaan. Peningkatan-peningkatan yang dialami perusahaan ini tentunya tidak terlepas dari hasil kerja yang diberikan oleh seluruh karyawan perusahaan. Tanpa adanya peningkatan kemampuan kerja karyawan maka mustahil akan mampu memenuhi standar yang dibutuhkan oleh sistem produksi yang pastinya juga lebih tinggi dari sebelumnya.

Dalam usaha meningkatkan kinerja perusahaan, PT INALUM secara rutin mengadakan rapat koordinasi dengan melibatkan satu divisi maupun seluruh divisi. Pelaksanaan rapat rutin sendiri memiliki tujuan utama agar setiap bagian produksi mengetahui kebijakan-kebijakan yang telah dibuat perusahaan agar setiap karyawan mampu bekerja memenuhi ekspektasi perusahaan.

Rapat yang dilakukan PT INALUM juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan terbaru dari setiap bagian produksi baik yang sifatnya peningkatan (improvement) maupun sifatnya hambatan (obstacle). Dengan mengetahui perkembangan yang ada maka perusahaan nantinya akan mampu membuat kebijakan terbaru sebagai respon dalam bentuk instruksi. Selain itu, rapat yang dilakukan juga sebagai usaha untuk saling mengenal dan mengakrabkan individu-individunya sebagaimana terlihat dari penglihatan pribadi bahwa para karyawan pada suatu kesempatan saling menyapa dan berbincang menandakan mereka memiliki hubungan yang cukup dekat meskipun berbeda divisi dan tingkatan kerja.

Dengan adanya indikasi seperti ini membawa peneliti melihat rapat rutin yang merupakan kesempatan para karyawan dari berbagai divisi dan tingkatan kerja, saling berkomunikasi tatap muka bisa merupakan bentuk dari employee relations yang baik. Hal ini juga menjadi alasan peneliti tertarik untuk melakukan


(21)

penelitian mengenai hubungan kegiatan employee relations dan kepuasan komunikasi karyawan smelter PT INALUM Kuala Tanjung Kab. Batu Bara.

1.2 Perumusan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat ditarik perumusan penelitian sebagai berikut:

a. Adakah hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk rapat rutin dan kepuasan komunikasi karyawan Smelter PT INALUM Kuala Tanjung Kab. Batu Bara?

b. Faktor-faktor dari employee relations apakah yang memengaruhi kepuasan komunikasi Karyawan?

1.3 Pembatasan Penelitian

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas, maka peneliti membuat pembatasan masalah agar lebih spesifik, yakni:

a. Penelitian ini hanya terbatas pada pengaruh employee relations dalam bentuk rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan.

b. Objek penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan PT INALUM yang termasuk dalam pegawai tetap dan bukan outsourcing dari perusahaan lain dan bekerja di Smelter atau pabrik peleburan.

c. Lokasi penelitian adalah Smelter PT INALUM Kuala Tanjung Kabupaten Batu Bara.

Periode penelitian adalah selama kurang lebih empat minggu pada bulan Juli 2013.

1.4 Tujuan Penelitian


(22)

a. Untuk mengetahui adakah hubungan antara kegiatan employee relations dalam bentuk rapat rutin dan kepuasan komunikasi karyawan Smelter PT INALUM Kuala Tanjung Kab. Batu Bara,

b. Untuk mengetahui seberapa besar employee relations memengaruhi kepuasan komunikasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni:

a. Manfaat akademis, yakni sebagai bahan referensi dan memperluas kajian studi Komunikasi terutama dalam studi komunikasi organisasi di lingkungan Universitas,

b. Manfaat teoritis, adalah harapan agar penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti mengenai komunikasi terutama dalam bidang public relations,

c. Manfaat praktis, diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi bahan dalam membangun employee relationship perusahaan yang berkualitas.


(23)

BAB II

URAIAN TORITIS

2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut Wilbur Schramm, komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan (Effendy, 1992, hlm. 13).

Proses komunikasi dapat dibandingkan dengan tata cara produksi dan konsumsi. Proses ini melibatkan produksi makna (production of meaning), melalui penggunaan bahan-bahan mentah yang terdiri dari kata-kata, gambar-gambar, lambang-lambang, dan tindakan-tindakan komunikator, serta konsumsi makna (consumtion of meaning) melalui pendengaran, penglihatan, sentuhan, perasaan, dan penciuman yang dilakukan oleh khalayak. (Moore, 2005, hlm. 88)

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai penyampaian pesan yang dilakukan oleh seorang komunikator kepada komunikan untuk menciptakan kesamaan pengertian. Lebih lanjut, beberapa ahli memberikan definisi yang beragam mengenai komunikasi.

Moore (2005) dalam bukunya me jelaskan, “komunikasi melibatkan 3 unsur: pengirim (sender), media komunikasi, dan penerima (receiver). Keefektifan komunikasi bergantung pada ketiga unsur ini. Jika si pengirim tidak kompeten atau pesan yang disampaikan tidak jelas, maka si penerima tidak akan memahami makna dari tanda-tanda yang diberikan, dan proses komunikasi itu pun gagal.” (hlm. 87)


(24)

Everett M Rogers memberikan definisi, “komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.” (Cangara, 1998, hlm. 18)

Lasswell memberikan sebuah formulasi yang banyak digunakan dalam ilmu komunikasi yakni “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect?” yang menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu :

a. Komunikator ( communicator, source, sender ) adalah orang yang menyampaikan pesan atau informasi.

b. Pesan (message) adalah pernyataan yang didukung oleh lambang, bahasa, gambar dan sebagainya.

c. Media (channel) adalah sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya, maka diperlukan media sebagai penyampai pesan.

d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) adalah orang yang menerima pesan atau informasi yang disampaikan komunikator.

e. Efek (effect, impact, influence) adalah dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 1992, hlm. 10)

Jika komunikasi dipandang sebagai suatu proses, maka komunikasi yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai proses, berarti unsur-unsur yang ada di dalamnya bergerak aktif, dinamis dan tidak statis.

Menurut Effendy komunikasi sebagai proses terbagi dua tahap yakni:

a. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan


(25)

lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

b. Proses komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih, yang ditopang oleh teknologi-teknologi lainnya. (Effendy, 1992, hlm. 11)

Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya telah tergambarkan seperti apa yang diungkapkan oleh Shanon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi (Cangara, 2005, hlm. 20).

Lebih lanjut, dalam melakukan hubungan komunikasi dua arah yang baik antara manajemen dan karyawan didasarkan pada asas-asas sebagai berikut:

a. Manajemen harus bersedia secara sadar memberikan informasi kepada karyawannya. Setiap pelaksana harus memahami bahwa komunikasi merupakan tanggung jawab utama, dan dalam evaluasi pelaksanaan secara keseluruhan, tanggung jawab komunikasi yang diberikan adalah sangat berat.


(26)

b. Komunikasi harus berfungsi sebagai suatu sistem yang lengkap antara manajemen dan karyawan.

c. Papan tertulis harus digunakan untuk menghindari penyimpangan arti yang mungkin terjadi dalam komunikasi lisan.

d. Pesan harus disampaikan dengan menggunakan kata-kata yang lazim yang sesuai dengan tingkat pendidikan karyawan.

e. Media komunikasi harus dipilih dan pesan harus disiapkan oleh komunikator yang berpengalaman. Terutama yang terpenting bahwa komunikasi tentang infomasi penting tidak dipercayakan kepada orang dengan pengalaman komunikasi yang terbatas.

f. Komunikasi jangan secara sengaja disalah gunakan atau disesatkan tetapi harus faktual, saksama, dan tidak memihak.

g. Informasi harus diberikan tepat pada waktunya dan pesan harus disampaikan dengan cepat untuk menghindari kesalahpahaman. h. Pengulangan adalah penting dalam komunikasi karyawan yang

baik. Informasi harus diulang dalam cara yang berlainan agar mudah dipahami.

i. Informasi harus dikomunikasikan dalam jumlah yang kecil agar mudah dipahami.

j. Tanggung jawab terhadap komunikasi karyawan yang bersifat formal harus diserahkan kepada staf humas. ( Moore, 2005, hlm. 350)

2.1.2 Public Relations

Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), yakni sebuah lembaga humas terkemuka di Inggris dan Eropa, terbitan bulan November 1987, “ humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memeliharaniat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”. (Anggoro, 2002, hlm. 2)

Grunig dan Hunt (1984) mengatakan, “public relations (PR) adalah usaha untuk memanajemen penyebarluasan informasi antara individu atau


(27)

organisasi dan publik,” (hlm. 6e) dan Fraser P. Seitel (2007) menjelaskan, “public relations juga berkaitan dengan usaha suatu organisasi atau individu meningkatan perhatian khalayaknya menggunakan topik kepentingan umum dan berita yang secara tidak langsung membutuhkan bayaran.” (hlm. 10e)

Studi yang dilakukan oleh Gina Furia Rubel di tahun 2007 menjelaskan bahwa sasaran dari public relations sebuah perusahaan secara umum adalah untuk mempersuasi publik, investor, partner, karyawan, dan orang-orang yang memiliki kepentingan untuk mengubah pandangannya mengenai perusahaan, kepemimpinannya, produk, atau keputusan politisnya. Aktivitas umum termasuk berbicara dalam pertemuan, memenangkan penghargaan industri, bekerja dengan pers, dan komunikasi karyawan.

Pada pertemuan asosiasi-asosiasi humas seluruh dunia di Mexico City, Agustus 1978 telah menetapkan humas adalah suatu seni sekaligus disiplin ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memprediksikan setiap kemungkinan konsekuensi dari setiap kegiatannya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, dan mengimplementasikan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan atau kepentingan khalayaknya. (Anggoro, 2002, hlm. 2)

Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah:

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

organisasi,

b. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dengan

menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada organisasi,

c. Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada


(28)

d. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. (Kusumastuti, 2002, hlm. 23-24)

Menurut Jefkins (1992), public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. (hlm. 9) Jefkins (2005) menjelaskan bahwa ada tiga hal yang sangat memengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu:

a. Keterbukaan pihak manajemen,

b. Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai,

c. Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. (hlm. 172)

2.1.3 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal. (Sendjaja, 1994)

Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang saling berubah-ubah. (Arni Muhammad, 2002, hlm. 67) Komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 33)

Proses komunikasi memiliki peranan penting di dalam sebuah organisasi. Dengan komunikasi sebuah organisasi dapat melakukan berbagai kegiatan manajemen untuk mencapai tujuan organisasi seperti


(29)

yang diutarakan oleh Redding dan Sanborn, "Communication organization is sending and receiving information in complex organizations. Included in this field is communication Internally, human relations, union relations managers, communication downward or communication from superiors upward communication/communication from subordinates to superiors, horizontal communication or communications of people–people in the same level, listening, writing, and communication evaluation program”. (Masmuh, 2008, hlm. 5)

Komunikasi akan selalu terjadi dalam setiap kegiatan organisasi dengan tujuan untuk menciptakan saling pengertian dan kerjasama pada setiap anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Seiring dengan pernyataan Roger (1976), “komunikasi adalah darah kehidupan yang mengalir dalam organisasi. Komunikasi meliputi seluruh kegiatan dalam organisasi yang dapat menghasilkan alat kerja yang penting di mana akan timbul saling pengertian serta kerjasama di antara anggota organisasi.” (hlm. 6)

Aliran informasi dapat membantu menentukan iklim dan moral organisasi, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada aliran informasi. Tantangan dalam komunikasi organisasi adalah bagaimana menyampaikan informasi keseluruh bagian organisasi dan bagaimana menerima informasi dari seluruh bagian organisasi. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 170) Untuk menjalankan dan mencapai tujuan tersebut maka dalam organisasi terdapat empat arah formal aliran informasi dalam organisasi. Keempat aliran informasi itu adalah:

a. Komunikasi ke bawah, yaitu dalam sebuah organisasi bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen. (hlm. 184) Komunikasi ini berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen


(30)

mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah; pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction); penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan (job retionnale); penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices); pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. (Sendjaja, 2002, hlm. 4.5) b. Komunikasi ke atas, dalam sebuah organisasi bahwa informasi

mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). (Pace dan Faules, 2001, hlm. 189) Semua karyawan dalam perusahaan kecuali pimpinan mungkin akan melakukan komunikasi ke atas. Meminta informasi kepada seseorang yang memiliki otoritas lebih tinggi, memberikan permohonan atau komentar merupakan alasan tujuan dari komunikasi ini. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah, penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan; penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan; penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan; penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya. (Sendjaja, 2002, hlm. 4.5)

c. Komunikasi horizontal, komunikasi ini terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. (Pace dan Faules, 2001, hlm. 195) Fungsi arus komunikasi horisontal ini adalah; memperbaiki koordanasi tugas; upaya pemecahan masalah; saling berbagi informasi; upaya memecahkan konflik; dan membina hubungan melalui kegiatan bersama.

d. Komunikasi lintas saluran, komunikasi ini muncul dari keinginan pegawai untuk berbagi informasi melewati batas-batas fungsional


(31)

dengan individu yang tidak menduduki posisi atasan maupun bawahan mereka.

Empat aliran informasi yang telah disebutkan di atas merupakan komunikasi yang terdapat dalam organisasi dan ke empat aliran informasi tersebut juga terdapat dalam kegiatan employee relations.

Secara fungsional kegiatan komunikasi di dalam suatu perusahaan adalah:

• Untuk memepngaruhi setiap tindakan ke arah kemajuan dan kesejahteraan perusahaan (the welfare of the enterprise).

• Komuniksi adalah sesuatu yang penting untuk meningkatkan fungsi manajerial di perusahaan secara internal (internal functioning). (Harold Koontz 1990)

2.1.4 Employee Relations

Lewis, Thornhill, dan Saunders (2003) menjelaskan bahwa pada awalnya employee relations merupakan bidang studi yang lebih dikenal dengan nama Industrial Relations namun telah mengalami perubahan definisi yang dapat dikatakan menjadi lebih luas. Industrial relations menjadi lebih dikenal dengan istilah employment relations atau employee relations menimbang pemakaian istilahnya pada hubungan karyawan non-industri. (hlm.3)

Menurut Kasali (1990), sasaran humas adalah sasaran komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan manajemen secara efektif, salah satunya adalah hubungan dengan karyawan (employee relations) sebagai publik internal. Rhenald Kasali mengatakan bahwa, public relations adalah suatu pendekatan strategis dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi dengan cara membujuk (persuasive). Tugas public relations adalah membina hubungan yang baik dengan berbagai pihak. (hlm. 284)


(32)

Employee relations merupakan kegiatan penting dari internal public relations seperti yang dikemukakan oleh Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations (1992), bahwa publik internal atau employee relations tersebut sama pentingnya dengan external public relations, karena kedua bentuk hubungan masyarakat tersebut diumpamakan sebagai dua sisi mata uang yang mempunyai arti yang sama dan saling terkait erat satu sama lain.

Inti dari kegiatan employee relations dapat kita pahami dari definisi employee relations oleh Yulianita (2005), “Employee relations yaitu kegiatan public relations untuk memelihara hubungan, khususnya antara manajemen dengan para karyawannya.”(hlm. 59)

Berdasarkan ciri khas kegiatan public relations, maka fungsi public relations menurut Cutlip, Centre dan Canfield adalah:

a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan

organisasi.

b. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dengan

menyebarkan informasi dari organisasi ke publiknya dan menyalurkan opini publik pada orgaisasi.

c. Melayani publik dan memberikan sumbangan saran kepada

pimpinan manajemen demi kepentingan umum.

d. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, sebagai khalayak sasarannya. (Kusumawati, 2002, hlm. 23-24)

Studi yang dilakukan Moore pada tahun 2005 menjelaskan bahwa koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi adalah penting. Kegagalan dalam menyajikan informasi kepada karyawan tentang kebijakan dan perkembangan perusahaan yang memengaruhi kepentingannya, akan menimbulkan kesalah pahaman, desas-desus palsu, dan kecaman. Apabila tidak diberikan informasi tentang hal seperti itu, maka karyawan akan


(33)

membuat asumsinya sendiri, yang mungkin salah, atau mereka akan mendengarkan sumber dari luar, yang mungkin memberikan informasi yang tidak tepat. (hlm. 347)

Para karyawan juga ingin menyatakan pendapatnya kepada manajemen tentang pekerjaan, kondisi pekerjaan, dan hal-hal lain yang mempengaruhi kepentingannya. Pelaksanaan komunikasi dua arah yang memberikan kesempatan kepada karyawan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan usulan kepada manajemen adalah penting. (Moore, 1988, hlm. 5)

Cutlip, Center dan Broom (1985) dalam buku Effective Public Relations mengatakan, “No organization relationship are as important as those with employee all levels”. (hlm. 311) Pernyataan tersebut mengatakan bahwa, tidak ada hubungan komunikasi yang lebih penting dari hubungan antar karyawan pada semua tingkatan. Tujuan kegiatan employee relations adalah untuk mengenal, menyusun, dan kemudian memelihara hubungan yang harmonis antara organisasi dengan para karyawannya, yang manfaatnya dapat dirasakan oleh kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.

Sebagaimana bahwa employee relations adalah merupakan salah satu bentuk dari aktivitas internal public relations, maka berkaitan dengan itu Frank Jefkins mengatakan bahwa, “internal public relations is therefore one of the keys to successful management, requiring open management and closing the gap between the two sides.” Dengan demikian berarti bahwa, internal public relations kemudian menjadi salah satu kunci menuju manajemen sukses, menuntut pengelolaan terbuka dan menutup celah antara manajemen dan karyawan. (Jefkins, 1994, hlm. 355)

Jefkins (2005) dalam bukunya menyebutkan ada tiga hal yang sangat memengaruhi tingkat efektifitas humas internal, yaitu:

a. Keterbukaan pihak manajemen.

b. Kesadaran pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan pegawai.


(34)

c. Keberadaan seorang manajer komunikasi (kepala humas) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukung oleh sumber daya teknis. (hlm. 172)

Dengan kata lain, rapat juga merupakan usaha untuk melakukan koordinasi yang erat antara seksi hubungan karyawan dengan seluruh staf serta bagian pelaksanaan organisasi agar tidak muncul kesalah pahaman, desas-desus palsu atau bahkan kecaman yang dapat memengaruhi hubungan publik internal.

2.1.5 Kepuasan Komunikasi Organisasi

Pace dan Faules (2001) menjelaskan kepuasan adalah suatu konsep yang biasanya berkenaan dengan kenyamanan, jadi kepuasan dalam komunikasi berarti anda merasa nyaman dengan pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan dalam organisasi. Kenyamanan memiliki kecenderungan, dalam hal ini kadang-kadang menyebabkan individu lebih menyukai cara-cara pelaksanaan terbaru, yang sering kali gagal menghasilkan peningkatan kinerja tugas. Sedangkan Redding menyebutkan bahwa kepuasan komunikasi adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. (hlm. 162-165)

Arni Muhammad (2002) mendefinisikan, “kepuasan komunikasi karyawan adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan.” (hlm. 88)

Analisis paling komprehensif mengenai kepuasan komunikasi organisasi dilakukan oleh Downs dan Hanzen sebagai bagian dari usaha mereka untuk mengembangkan suatu instrumen untuk mengukur kepuasan komunikasi. Mereka mengidentifikasi delapan dimensi kepuasan komunikasi yang stabil, yaitu:

a. Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi,


(35)

b. Sejauh mana para pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan,

c. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu,

d. Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup.

e. Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi horizontal yang cermat dan mengalir bebas,

f. Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai,

g. Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan memperkirakan kebutuhan pimpinan,

h. Sejauh mana pegawai merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.

Menurut Down, kuesioner kepuasan komunikasi adalah pusaka berharga. Dilandasi suatu proses pengembangan yang kokoh, memiliki orientasi teoritis yang kaya, dan digunakan dalam berbagai situasi organisasi. Kuesioner ini terbukti merupakan sarana berguna, fleksibel, dan efisien untuk meninjau komunikasi organisasi.(Pace dan Faules, 2001, hlm. 164)

2.2 Kerangka Konsep

Menurut Nawawi (1995), kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil yang dicapai dan dapat menghantarkan penelitian pada rumusan hipotesa. (hlm. 40)

Employee relations yang meliputi rapat rutin melibatkan seluruh hubungan komunikasi antar publik internal perusahaan (pihak perusahaan dan karyawan) baik horizontal maupun vertikal. Dengan kata lain kegiatan employee relations


(36)

meliputi bentuk komunikasi downward (dari pihak perusahaan ke karyawan), upward (dari karyawan ke pihak perusahaan), dan linear (sesama karyawan).

Gambar 2.1 Kerangka konsep

2.3 Variabel Penelitian

Dari kerangka konsep yang ada maka dapat ditarik variabel penelitian sebagai berikut:

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

VARIABEL

TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL

Variabel Bebas (X)

Employee Relations

Downward Upward

Linear Variabel Terikat (Y)

Kepuasan Komunikasi

Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para karyawan untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi.

Sejauh mana para pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan menawarkan bimbingan untuk memecahkan

persoalan-KEPUASAN KOMUNIKASI EMPLOYEE

RELATIONS:

1. Downward 2. Upward

3. Linear

KARAKTERISTIK RESPONDEN


(37)

persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu.

Sejauh mana pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup.

Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi linear yang cermat dan mengalir bebas.

Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai suatu keseluruhan memadai.

Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan mempeerkirakan kebutuhan pimpinan.

Sejauh mana karyawan merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Singarimbun dan Effendi (1995) merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai bagaimana cara mengukur suatu variabel. (hlm. 46)

Untuk menggambarkan definisi operasional secara lengkap dan rinci maka akan dibuat ke dalam tabel operasionalisasi konsep sebagai berikut:

Tabel 2.2

Operasionalisasi konsep Pengukuran variabel dan indikator employee relations dan kepuasan komunikasi.

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR SKALA


(38)

Employee

Relations Downward

Atasan bersikap bijaksana dan tidak mempermalukan karyawan di depan publik.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Atasan memberikan

pesan-pesan yang dapat memotivasi karyawan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Atasan terlihat memiliki kepercayaan dan kejujuran dalam menyampaikan pesan-pesan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Atasan memberikan konsultasi dan informasi mengenai kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan pekerjaan karyawannya.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah

Informasi yang disampaikan oleh pimpinan mengenai kebijakan perusahaan, aktivitas dan pengembangan disampaikan

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah


(39)

dengan jelas dan dapat dimengerti.

Upward

Karyawan dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya kepada pimpinannya

dengan terbuka.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Atasan mendengarkan dengan sikap terbuka terhadap saran-saran dan laporan masalah yang disampaikan karyawan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah

Suasana yang terbuka mewarnai hubungan komunikasi dari karyawan ke pimpinan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Setiap informasi

yang diterima dari karyawan

dipandang cukup penting oleh pimpinan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Karyawan dapat

memberikan saran sebagai masukan untuk pengambilan

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali)


(40)

suatu eputusan oleh pimpinan.

1. Tidak pernah

Atasan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menyampaikan saran-saran perbaikan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah

Linear Karyawan mendapatkan kesempatan untuk saling berkomunikasi dengan rekan kerja.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Karyawan dan

rekan kerja dapat saling berkonsultasi membahas masalah mengenai

pekerjaan.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Suasana yang

terbuka mewarnai hubungan

komunikasi antar sesama karyawan

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah Karyawan memperoleh informasi dengan mudah mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan dari

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah


(41)

rekan kerja. Dalam berkomunikasi karyawan merasakan adanya rasa saling pengertian antar sesama rekan sekerja.

5. Sangat sering (7-8 kali) 4. Sering (5-6 kali)

3. Cukup (3-4 kali) 2. Jarang (1-2 kali) 1. Tidak pernah

Variabel Terikat (Y)

Kepuasan Komunikasi Sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para karyawan untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi. Pesan-pesan yang disampaikan oleh pimpinan dapat membantu karyawan dan membuat karyawan merasa telah menjadi bagian penting bagi perusahaan

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Komunikasi antara karyawan dengan pimpinan atau dengan rekan sekerja memiliki pengaruh terhadap komitmen karyawan terhadap tujuan berkinerja tinggi.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Sejauh

mana para

Kesediaan pimpinan

5. Sangat puas 4. Puas


(42)

pimpinan terbuka pada gagasan, mau mendengark an dan menawarka n bimbingan untuk memecahka n persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. mendengarkan secara berkesinambungan dan berwawasan luas mengenai semua saran atau laporan masalah yang disampaikan oleh karyawan.

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Kesediaan pimpinan untuk menawarkan bimbingan kepada karyawan untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Sejauh mana para individu menerima informasi tentang lingkungan kerja saat itu. Karyawan merasa cukup dalam menerima informasi berkaitan dengan pekerjaan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas Karyawan merasa cukup dalam menerima informasi yang berkaitan dengan peraturan atau kebijakan perusahaan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Sejauh mana

Karyawan merasa puas terhadap

5. Sangat puas 4. Puas


(43)

pertemuan-pertemuan diatur dengan baik, pengarahan ditulis singkat dan jelas, dan jumlah komunikasi dalam organisasi cukup. kecukupan komunikasi yang diterima dalam lingkungan komunikasinya.

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Informasi yang disampaikan melalui media penyampaian pesan, dapat dimengerti dengan jelas.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Sejauh mana terjadinya desas desus dan komunikasi linear yang cermat dan mengalir bebas. Karyawan dapat berkomunikasi dengan rekan sekerja mengenai desas desus yang muncul dalam lingkungan kerja.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Komunikasi antara karyawan dengan rekan sekerja selalu mengalir bebas dan terbuka.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas Sejauh mana informasi tentang organisasi sebagai Kemudahan karyawan untuk mendapatkan informasi mengenai perusahaan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas Informasi mengenai 5. Sangat puas


(44)

suatu keseluruhan memadai.

perusahaan disampaikan

dengan cepat dan jelas.

4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas Sejauh mana para karyawan responsif terhadap komunikasi ke bawah dan mempeerkir akan kebutuhan pimpinan. Karyawan dapat memahami setiap informasi yang diberikan oleh pimpinan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Karyawan selalu tertarik terhadap setiap informasi yang di sampaikan oleh pimpinan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Sejauh mana karyawan merasa bahwa mereka mengetahui bagaimana mereka dinilai dan bagaimana kinerja mereka dihargai.

Karyawan puas terhadap sistem penilaian yang digunakan untuk menilai karyawan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas

Karyawan puas atas penilaian pimpinan mengenai kinerja karyawan.

5. Sangat puas 4. Puas

3. Cukup puas 2. Tidak puas 1. Sangat tidak puas


(45)

2.5 Hipotesis

Sebagai asumsi awal penelitian maka diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara pelaksanaan employee relations dalam

bentuk rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT INALUM.

Ha : Terdapat hubungan antara pelaksanaan employee relations dalam bentuk

rapat rutin terhadap kepuasan komunikasi karyawan PT INALUM.

Dalam bentuk statistik dapat dituliskan sebagai berikut:

Ha : �≠ 0


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

PT Indonesia Asahan Alumunium atau disingkat PT INALUM adalah perusahaan yang didirikan pada tanggal 6 Januari 1976. PT INALUM memperoleh Status Badan Hukum sejak tahun didirikan untuk jangka waktu 76 tahun sejak tanggal tersebut.

Pada awal masa pemerintahan Presiden Soeharto, pemerintah mulai memikirkan tentang suatu proyek prioritas yang nantinya diperkirakan akan menjadi sangat penting bagi kehidupan masyarakat, yakni pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pemikiran pemerintah ini bukan tanpa alasan, sebab potensi sungai yang membentang deras mulai dari Danau Toba sampai Pesisir Selat Malaka diketahui mampu memenuhi konsumsi listrik di masa mendatang, bahkan sejak pendudukan Hindia Belanda sudah ada pengerjaan PLTA di sungai ini walaupun mengalami kegagalan. Namun sayang, proyek masa depan ini membutuhkan biaya besar dan pemerintah tidak dapat secara mandiri melaksanakan proyek tersebut. Maka dari itu, pemerintah membuat suatu penawaran investasi kepada pihak asing namun akan menjadi sulit karena kebutuhan listrik pada masa itu belum menjadi kebutuhan utama.

Kesempatan yang sangat langka muncul dari Pemerintah Jepang yang bersedia membantu terlaksananya pembangunan jangka panjang tersebut dengan investasi utama yang pada akhirnya menjadi aset penting bagi negara pada saat ini yakni proyek peleburan alumunium yang mana kebutuhan listriknya mampu dipasok PLTA yang akan dibangun.

Prediksi akan kebutuhan listrik 36 tahun silam terbukti pada saat ini dan jika dibandingkan biaya pembangunan Pembangkit Listrik di masa ini menjadi jauh lebih mahal dari biaya pembangunan pada masa itu. Pasokan listrik yang dihasilkan dari PLTA Asahan yang besar tidak hanya dinikmati oleh masyarakat luas namun juga mampu menggerakkan produksi alumunium batangan sebagai


(47)

bahan baku yang paling berpengaruh bagi sekitar 80 perusahaan domestik maupun asing.

Ruang lingkup PT INALUM adalah pada bidang industri alumunium dan tenaga listrik. Untuk kepentingan tersebut Perseroan dapat melaksanakan kegiatan usaha:

a. Membangun dan mengusahakan Pabrik Peleburan Alumunium di Kuala Tanjung untuk menghasilkan, membuat dan mengelola alumunium, produk karbon dan produk lain yang sehubungan dengan itu untuk memasarkan segala produk dimaksud di dalam negeri serta mengekspornya.

b. Membangun dan mengusahakan Pembangkit Listrik Tenaga Air di

Paritohan untuk membangkitkan tenaga listrik dan menyalurkan ke Pabrik Peleburan Alumunium dan prasarana lainnya yang akan dibangun oleh Perseroan.

PT INALUM terdiri dari:

a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Terletak di Sungai Asahan di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan, Kabupaten Toba Samosir. PLTA Inalum yang terletak di sepanjang Sungai Asahan terdiri dari:

• Bendungan Pengatur (Regulating Dam) yang terletak di Siruar, 14,6km dari Danau Toba. Bendungan ini berfungsi untuk menyediakan persediaan air yang mencukupi di dalam danau dan mengatur air keluar dari Danau Toba ke Sungai Asahan. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 39 m panjang 71 m.

• Bendungan Penadah Air Siguragura (Siguragura Intake Dam) yang terletak di Simorea, 9 km di hilir Bendungan Pengatur. Tipe bendungan ini adalah beton massa dengan ketinggian 46 m,


(48)

panjang 173 m. bendungan ini berfungsi untuk mengatur pasokan air ke stasiun pembangkit listrik Siguragura (Siguragura Power Station) yang berada 200 m di dalam perut bumi dengan empat unit generator. Total kapasitas tetap keempat generator tersebut adalah 203 MW. Pembangkit listrik Siguragura ini merupakan PLTA bawah tanah pertama di Indonesia.

• Bendungan Penadah Air Tangga (Tangga Intake Dam) yang

terletak di Tangga, ± 8 km di hilir Bendungan Siguragura atau 500 m di hulu Air Terjun Tangga. Tipe bendungan ini adalah beton massa berbentuk busur dengan ketinggian 82 m dan panjang 125 m. bendungan ini merupakan bendungan busur pertama di Indonesia. PLTA Tanggayang berada + 1,7 km di hilir Bendungan Tangga berada di atas permukaan tanah dan memilki 4 unit generator. Total kapasitas tetap PLTA Tangga ini adalah 223 MW.

Kemudian tenaga listrik yang dihasilkan stasiun pembangkit listrik Siguragura dan Tangga disalurkan melalui jaringan transmisi sepanjang 120 km dengan jumlah menara 271 buah dengan tegangan 275 KV ke Power Plant di Kuala Tanjung. Melalui gardu induk Kuala Tanjung tegangannya diturunkan menjadi 33 KV untuk didistribusikan ke tiga tungku reduksi dan gedung penunjang lainnya. Masing-masing gedung tungku reduksi mempunyai 2 unit penyearah silikon dengan 37 KA dan 800 V.

Sesuai dengan perjanjian induk kelebihan tenaga listrik dengan batasan max 50 MW diserahkan kepada pemerintah melalui PLN. Kelebihan tenaga listrik tegangan 275 KV ini disalurkan melalui gardu induk Kuala Tanjung ke gardu induk PLN untuk didistribusikan ke masyarakat melaui jaringan transmisi 150 KV.

b. Pabrik Peleburan Aluminium

Terletak di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei Suka, Kabupaten Batu Bara. Pabrik peleburan PT INALUM terdiri dari tiga pabrik utama yaitu:


(49)

• Pabrik Karbon (Carbon Plant) • Pabrik Reduksi (Reduction Plant) • Pabrik Penuangan (Casting Plant)

Pembangunan PT INALUM merupakan suatu prestasi besar pemerintah pada masanya karena pembangunan yang dilakukan PT INALUM membutuhkan teknologi dengan biaya yang besar sehingga tidak semua negara mampu menyelenggarakannya.

Pembangunan dengan teknologi yang rumit pastinya membutuhkan tenaga manusia yang handal dan kompeten sehingga banyak staf dan karyawan Indonesia yang mendapat kesempatan untuk belajar mengenai teknik konstruksi sampai ke negara Jepang demi memenuhi standar tersebut.

Produksi alumunium yang mampu dihasilkan oleh tungku-tungku pabrik saat ini mencapai 249.000 ton alumunium per tahun dengan efisiensi yang meningkat hingga lebih dari 92%, sangat jauh dari angka estimasi desain awal pabrik yang hanya mampu menghasilkan sekitar 225.000 ton alumunium per tahun.

Penelitian ini dilaksanakan di Smelter PT INALUM Kuala Tanjung Kecamatan Sei Suka Kabupaten Batu Bara, P.O. Box 1/ Kuala Tanjung 21257.

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi yang dipilih memiliki konsentrasi populasi dan intensitas rapat rutin satu atau antar divisi yang lebih banyak daripada lokasi lainnya seperti di Medan, Jakarta, maupun di Paritohan.

3.2 Metode Penelitian

Tipe pada penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional digunakan untuk meneliti hubungan di antara variabel-variabel, dan hubungan dari variabel-variabel itu disebut sebagai korelasi. Husein Umar (2002) dalam bukunya Metode Penelitian Organisasi mengataan, “penelitian korelasional adalah dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Perbedaan utama dengan metode lain adalah adanya usaha untuk menaksir hubungan dan bukan


(50)

sekedar deskripsi.” (hlm. 45)Sedangkan Jalaluddin Rakhmat (2001) dalam bukunya Metode Penelitian Komunikasi mengatakan, “metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Bila hanya dua variabel yang dihubungkan, korelasinya disebut korelasi sederhana (simple correlation).” (hlm. 27)

Penelitian ini merupakan korelasi sederhana karena hanya menghubungkan dua variabel, yaitu variabel employee relations dan kepuasan komunikasi.

Sedangkan untuk pengumpulan data penulis menggunaan metode penelitian survei. Metode survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul. Kajiannya tidak perlu mendalam sampai menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada atau sampai menganalisis hubungan-hubungan atas gejala-gejala. Fakta-fakta yang ada lebih digunakan untuk pemecahan masalah daripada digunakan untuk pengujian hipotesis. Survei dapat bermanfaat, misalnya, untuk membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan. Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling. (Umar, 2002, hlm. 44)

Selain itu dasar pemilihan metode survei untuk memperoleh fakta-fakta dan mencari keterangan secara faktual untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini juga diperkuat dengan pernyataan Moekizat (1994) sebagai berikut:

“Riset survei adalah suatu metode ilmiah untuk mengumpulkan dan memeriksa data yang tepat, yang seobjektif-objektifnya mengenai masalah tertentu, dengan cara sistematik, kemudian menganalisis dan menafsirkan data tersebut untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang telah ada. Riset survei sebagian besar berhubungan dengan pembuatan laporan deskriptif secara objektif dan sebagaimana data itu benar-benar tampak. Hal ini menuntut agar peneliti mencatat data seperti yang sesungguhnya ada, tanpa prasangka dan ketidak telitian”. (hlm. 26-27)


(51)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan produksi tetap di smelter PT INALUM Kuala Tanjung. Jumlah total populasi adalah 1.988 orang yang berada dalam tiga pabrik utama, yakni:

• Pabrik Reduksi (Reduction Plant) • Pabrik Karbon (Carbon Plant) • Pabrik Penuangan (Casting Plant)

Dikarenakan Jumlah jumlah populasi yang sangat besar maka penggunaan teknik total sampling tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik sampling dengan rumus Taro Yamane dengan tingkat presisi 10% serta tingat kepercayaan 90%. (Yamane, 1967)

� = �

1 +�(�)2

Keterangan:

� = sampel

� = populasi

� = presisi (pada penelitian ini ditetapkan sebesar 10%) 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan sumber data yang akan digunakan pada penelitian ini maka data dibagi menjadi dua, yakni:

a. Data Primer

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer menggunakan kuesioner. Husein Umar mengatakan bahwa angket (kuesioner) adalah suatu cara pengumpulan data dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka akan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. (Arsyad dan Soeratno, 1995, hlm. 74-75)


(52)

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya. (hlm. 76) Sumber-sumber data sekunder ada berbagai macam antara lain dari surat-surat pribadi, buku harian, notulen rapat, sampai dokumen-dokumen resmi berbagai instansi pemerintah. (hlm. 77) Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, buku-buku, dan literatur-literatur yang berhubungan dengan objek dan permasalahan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Untuk melakukan analisa data mengenai hubungan antara variabel X dan variabel Y pada penelitian ini, penulis menggunakan teknik statistik dengan menggunakan analisa korelasi. Sutrisno Hadi (2004) menjelaskan, “bilamana kenaikan nilai variabel X selalu disertai kenaikan nilai variabel Y, dan sebaliknya, turunnya nilai variabel X selalu diikuti oleh turunnya nilai variabel Y, maka hubungan seperti itu disebut hubungan yang positif. Akan tetapi sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang tinggi selalu disertai oleh variabel Y yang rendah nilainya, dan sebaliknya, bilamana nilai variabel X yang rendah selalu diikuti oleh nilai variabel Y yang tinggi, hubungan antara kedua variabel itu disebut hubungan negatif.” (hlm. 233)

Teknik statistik yang digunakan dalam analisa korelasi pada penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yaitu salah satu teknik yang dikembangkan oleh Karl Pearson untuk menghitung koefisien korelasi. Riduwan (2004) menjelaskan bahwa kegunaan uji Pearson Product Moment atau analisis korelasi adalah untuk mencari hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y) dan data berbentuk interval dan ratio.Rumus yang dikemukakan adalah sebagai berikut:

�= �(∑ ��)−(∑ �). (∑ �)

��� ∑ �2− (∑ �)2�. {� ∑ �2− (∑ �)2} Keterangan:


(53)

� = Koefisien korelasi �

� = Nilai dalam distribusi variabel �

� = Nilai dalam distribusi variabel �

� = Banyaknya pasangan nilai �dan nilai � (banyaknya subjek)

Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan �, dengan ketentuan nilai

� tidak lebih dari harga ( -1 ≤ � ≤ +1 ). Apabila � = -1 artinya korelasi negatif sempurna, � = 0 artinya tidak ada korelasi, dan � = 1 berarti korelasinya sempurna positif (sangat kuat). (Riduwan, 2004) Atau dengan kata lain, koefisien korelasi itu bergerak antara 0,000 sampai +1,000 atau diantara 0,000 sampai -1,000, tergantung kepada arah korelasi, nihil, positif, atau negatif. Koefisien yang bertanda positif menunjukan arah korelasi yang positif. Koefisien yang bertanda negatif menunjukan arah korelasi yang negatif. Sedang koefisien yang bernilai 0,000 menunjukan tidak adanya korelasi antara � dan �. (Sutrisno, 2004)Sedangkan nilai � akan dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai � sebagai berikut:

Tabel 3.1 Interpretasi Nilai �

Interval

Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,339 Rendah

0,40 – 0,599 Cukup

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Untuk mendapatkan nilai koefisien korelasi pada penelitian ini akan menggunakan alat bantu software SPSS 15.0.

Sedangkan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel � terhadap variabel �, ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:


(54)

��= �2. 100%

Keterangan:

�� = Besarnya koefisien penentu (determinan)

� = Koefisien korelasi (Riduwan, 2004, hlm. 218)

Sedangkan untuk menguji tingkat signifikansi dari nilai � yang didapat terhadap hipotesa dapat dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah dengan menggunakan rumus ttest atau thitung dan dengan ketentuan tingkat kesalahan (α) 0,1 dengan rumus derajat bebas (df) = � −2:

thitung = √� − 2

√1− �2 Kaidah pengujian:

Jika thitung≥ dari ttabel maka signifikan.

Jika thitung≤ dari ttabel maka tidak signifikan.

Sedangkan cara yang kedua dapat dilakukan dengan menggunakan nilai probabilitas. Santosa dan Anshari (2005) menerangkan, “apabila suatu korelasi memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,1 atau �< 0,1 maka hubungan korelasi tersebut adalah signifikan.” (hlm. 92)

Untuk mendapatkan hasil uji signifikansi digunakan nilai probabilitas, yang didapat dengan menggunakan alat bantu software SPSS 15.0.

(3,3)


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen-instrumen dalam kuesioner yang terdapat pada setiap variabel dalam penelitian ini akan diukur tingkat validitas dan reliabilitasnya. Sesuai dengan penjelasan Santosa dan Ashari (2005), “validitas adalah ukuran yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur.” (hlm. 248) Untuk memperoleh hasil korelasi dalam uji validitas yaitu dengan menggunakan alat bantu software SPSS 15.0, dengan menggunakan nilai

� dari hasil corrected item total correlation.

Singarimbun dan Sofian (1995) menerangkan, “apabila suatu alat pengukuran telah dinyatakan valid, maka tahap berikutnya adalah mengukur reliabilitas. Reliabilitas adalah istilah yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengujian diulang dua kali atau lebih.” (hlm. 111) Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan metode Alpha Cronbach (Cronbach Alpha).

Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara nilai � hitung dengan

� tabel pada taraf kepercayaan 90% atau tingkat signifikansi 10%. Apabila dilakukan pengujian reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach, maka nilai � hitung diwakili oleh nilai alpha. Cara yang akan digunakan untuk mendapatkan nilai alpha pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan alat bantu software SPSS 15.0 melalui sub menu Analyze-Scale-Reliability Analysis.


(56)

Tabel 4.1

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 95 100.0

Excluded

(a) 0 .0

Total 95 100.0

a

Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Tabel 4.2 Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.949 32

Tabel 4.3 Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

Q1 108.73684 315.217 .566 .948

Q2 108.54737 314.123 .572 .948

Q3 108.32632 314.031 .583 .948

Q4 108.54737 313.484 .597 .948

Q5 108.86316 310.353 .611 .948

Q6 108.28421 312.567 .632 .948

Q7 107.38947 321.176 .490 .949

Q8 107.52632 320.848 .528 .948

Q9 107.62105 319.089 .492 .949

Q10 107.75789 320.547 .495 .949

Q11 108.00000 317.106 .590 .948


(57)

Q13 108.05263 312.221 .693 .947

Q14 108.12632 313.346 .674 .947

Q15 108.18947 313.411 .666 .947

Q16 108.22105 314.940 .615 .948

Q17 108.41053 315.457 .656 .947

Q18 108.21053 317.742 .701 .947

Q19 108.42105 315.289 .699 .947

Q20 108.29474 314.168 .623 .948

Q21 108.05263 316.838 .617 .948

Q22 108.26316 315.536 .613 .948

Q23 107.98947 316.308 .630 .948

Q24 108.44211 315.717 .595 .948

Q25 108.45263 313.080 .646 .947

Q26 108.22105 315.387 .577 .948

Q27 108.25263 317.340 .600 .948

Q28 108.52632 318.337 .589 .948

Q29 108.26316 319.409 .537 .948

Q30 108.20000 314.077 .610 .948

Q31 108.81053 312.432 .585 .948

Q32 108.85263 310.744 .647 .947

Rainsch (2004) di dalam bukunya menjelaskan, “jika nilai alpha >0,7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient reliability) sementara jika alpha >0,80 ini mennyugestikan seluruh item reliabel dan seluruh tes secara konsisten secara internal karena memiliki reliabilitas yang kuat.” (hlm. 167) Atau, ada pula yang memaknainya sebagai berikut:

• Jika alpha >0,90 maka reliabilitas sempurna • Jika alpha antara 0,70–0,90 maka reliabilitas tinggi • Jika alpha antara 0,50–0,70 maka reliabilitas moderat


(58)

Pada bagian Item-total statistics, nilai r tabel untuk uji dua sisi pada tarafkepercayaan 90% atau signifikansi 10% (p= 0,1) dapat dicari berdasarkan jumlah 95 responden atau N. Oleh karena N=95 maka derajat bebasnya adalah N– 2 yaitu 93. Nilai r tabel dua sisi pada derajat bebas (df)=93 dan p=0,1 adalah 0,93 Bagian Corrected Item-Total Correlations, menunjukan bahwa semua butir pertanyaan dalam instrumen kuesioner penelitian memiliki nilai r > r tabel (0,1). Maka dengan demikian semua butir pertanyaan pada instrumen kuesioner penelitian dapat dinyatakan valid.

Pada bagian Case Processing Summary menunjukkan bahwa N yang diproses adalah sebanyak 95=100%. Ini menunjukkan bahwa dalam proses pengolahan data tidak terjadi pengurangan ataupun penambahan sampel yang mana akan mempengaruhi hasil uji statistik pada program SPSS 15.0.

Sedangkan pada bagian Reliability Coefficients terlihat bahwa nilai alpha adalah 0.949 dengan jumlah butir pertanyaan (N of Items) 32. Nilai r tabel untuk uji dua sisi pada taraf kepercayaan 90% atau signifikansi 10% (p=0,1) dapat dicari berdasarkan jumlah responden atau N. oleh karena N=95 maka derajat bebasnya adalah N–2 yaitu 93. Nilai r tabel dua sisi pada derajat bebas (df)=93 dan p=0,1 adalah 0,93. Karena nilai Alpha cronbach 0,949 ternyata lebih besar dari nilai r tabel 0,93 maka dapat dinyatakan bahwa instrumen kuesioner penelitian terbukti reliabel, dan berdasarkan tabel interpretasi nilai alpha, nilai alpha 0,949 adalah sangat reliabel.

4.2 Analisis Tabel Tunggal

Berikut ini adalah hasil-hasil tabulasi frekuensi jawaban responden terhadap setiap pertanyaan di dalam kuesioner. Pertanyaan di dalam kuesioner terbagi atas karakteristik responden, employee relations, dan kepuasan komunikasi. Tabulasi dihasilkan dengan menggunakan alat bantu software SPSS 10.0 melalui menu Analyze-Descriptive Statistics-Frequencies pada pilihan frequencies. Tabulasi akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.


(1)

Q6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 2 2.1 2.1 2.1

2.00 13 13.7 13.7 15.8

3.00 33 34.7 34.7 50.5

4.00 32 33.7 33.7 84.2

5.00 15 15.8 15.8 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 1 1.1 1.1 1.1

3.00 15 15.8 15.8 16.8

4.00 27 28.4 28.4 45.3

5.00 52 54.7 54.7 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 1 1.1 1.1 1.1

3.00 15 15.8 15.8 16.8

4.00 40 42.1 42.1 58.9

5.00 39 41.1 41.1 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.1 1.1 1.1

2.00 3 3.2 3.2 4.2

3.00 17 17.9 17.9 22.1

4.00 35 36.8 36.8 58.9

5.00 39 41.1 41.1 100.0

Total 95 100.0 100.0


(2)

Q11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 6 6.3 6.3 6.3

3.00 30 31.6 31.6 37.9

4.00 40 42.1 42.1 80.0

5.00 19 20.0 20.0 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 15 15.8 15.8 15.8

2.00 11 11.6 11.6 27.4

3.00 30 31.6 31.6 58.9

4.00 26 27.4 27.4 86.3

5.00 13 13.7 13.7 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 8 8.4 8.4 8.4

3.00 34 35.8 35.8 44.2

4.00 31 32.6 32.6 76.8

5.00 22 23.2 23.2 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 9 9.5 9.5 9.5

3.00 35 36.8 36.8 46.3

4.00 33 34.7 34.7 81.1

5.00 18 18.9 18.9 100.0


(3)

Q15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 12 12.6 12.6 12.6

3.00 32 33.7 33.7 46.3

4.00 36 37.9 37.9 84.2

5.00 15 15.8 15.8 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 10 10.5 10.5 10.5

3.00 41 43.2 43.2 53.7

4.00 27 28.4 28.4 82.1

5.00 17 17.9 17.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.1 1.1 1.1

2.00 13 13.7 13.7 14.7

3.00 39 41.1 41.1 55.8

4.00 36 37.9 37.9 93.7

5.00 6 6.3 6.3 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 6 6.3 6.3 6.3

3.00 36 37.9 37.9 44.2

4.00 48 50.5 50.5 94.7

5.00 5 5.3 5.3 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q19


(4)

Q20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.1 1.1 1.1

2.00 14 14.7 14.7 15.8

3.00 32 33.7 33.7 49.5

4.00 36 37.9 37.9 87.4

5.00 12 12.6 12.6 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 9 9.5 9.5 9.5

3.00 23 24.2 24.2 33.7

4.00 50 52.6 52.6 86.3

5.00 13 13.7 13.7 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 14 14.7 14.7 14.7

3.00 31 32.6 32.6 47.4

4.00 39 41.1 41.1 88.4

5.00 11 11.6 11.6 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 4 4.2 4.2 4.2

3.00 34 35.8 35.8 40.0

4.00 37 38.9 38.9 78.9

5.00 20 21.1 21.1 100.0


(5)

Q24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.1 1.1 1.1

2.00 18 18.9 18.9 20.0

3.00 33 34.7 34.7 54.7

4.00 36 37.9 37.9 92.6

5.00 7 7.4 7.4 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 21 22.1 22.1 22.1

3.00 35 36.8 36.8 58.9

4.00 28 29.5 29.5 88.4

5.00 11 11.6 11.6 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 1 1.1 1.1 1.1

2.00 11 11.6 11.6 12.6

3.00 35 36.8 36.8 49.5

4.00 32 33.7 33.7 83.2

5.00 16 16.8 16.8 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.000 10 10.5 10.5 10.5

3.000 37 38.9 38.9 49.5

4.000 38 40.0 40.0 89.5

5.000 10 10.5 10.5 100.0

Total 95 100.0 100.0


(6)

Total 95 100.0 100.0

Q29

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2.00 11 11.6 11.6 11.6

3.00 34 35.8 35.8 47.4

4.00 42 44.2 44.2 91.6

5.00 8 8.4 8.4 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q30

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 2 2.1 2.1 2.1

2.00 8 8.4 8.4 10.5

3.00 37 38.9 38.9 49.5

4.00 31 32.6 32.6 82.1

5.00 17 17.9 17.9 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q31

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 7 7.4 7.4 7.4

2.00 29 30.5 30.5 37.9

3.00 27 28.4 28.4 66.3

4.00 26 27.4 27.4 93.7

5.00 6 6.3 6.3 100.0

Total 95 100.0 100.0

Q32

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1.00 6 6.3 6.3 6.3

2.00 31 32.6 32.6 38.9

3.00 31 32.6 32.6 71.6

4.00 20 21.1 21.1 92.6

5.00 7 7.4 7.4 100.0


Dokumen yang terkait

Employee Relations Terhadap Kepuasan Komunikasi Pegawai (Studi Korelasional Tentang Employee Relations terhadap Kepuasan Komunikasi Pegawai pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provivinsi Sumatera Utara)

1 81 108

Kegiatan Employee Relations Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Tentang Kegiatan Employee Relations dan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. CIMB NIAGA Tbk Jl. Pemuda No. 14 Medan)

3 48 87

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja pegawai tetap DI Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun 2013

0 12 209

Hubungan antara Tingkat Keterlibatan Employee Relations denganKepuasan Kerja Karyawan di Grand Quality Hotel Yogyakarta Hubungan antara Tingkat Keterlibatan Employee Relations dengan Kepuasan Kerja Karyawan di Grand Quality Hotel Yogyakarta.

0 2 13

PENDAHULUAN Hubungan antara Tingkat Keterlibatan Employee Relations dengan Kepuasan Kerja Karyawan di Grand Quality Hotel Yogyakarta.

1 5 51

PENUTUP Hubungan antara Tingkat Keterlibatan Employee Relations dengan Kepuasan Kerja Karyawan di Grand Quality Hotel Yogyakarta.

0 2 47

STRATEGI EMPLOYEE RELATIONS DALAM MENINGKATKAN LOYALITAS DAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN Strategi Employee Relations Dalam Meningkatkan Loyalitas Dan Motivasi Kerja Karyawan (Studi Kasus Strategi Employee Relations Di Pt. Baja Kurnia Klaten Tahun 2011).

0 0 16

BAB II URAIAN TORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi - Employee Relations dan Kepuasan Kerja

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - Employee Relations dan Kepuasan Kerja

0 0 6

EMPLOYEE RELATIONS DAN KEPUASAN KOMUNIKASI (Studi Korelasional Kegiatan Employee Relations dalam Bentuk Rapat Rutin dan Kepuasan Komunikasi Karyawan PT INALUM di Kuala Tanjung)

0 0 15