17
2.6.1. Proses Terjadinya Bridging Loop dan Broadcast Storm
Gambar 2.6. Contoh topologi yang memungkinkan terjadi broadcast storm. Sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya, broadcast storm terjadi
pada saat salah satu host mengirimkan paket broadcast. Gambar 2.4. menunjukkan sebuah topologi jaringan switch dengan redundansi pada
Switch A dan B. Berikut adalah proses terjadinya bridging loop dimana lebih
sederhana daripada broadcast storm: 1.
Pada saat PC-1 akan mengirim paket unicast ke PC-4, paket dari PC-1 akan melalui Segmen A.
2. Kedua switch A dan B menerima paket pada masing-masing
port 11. Karena MAC address dari PC-1 masih belum dicatat, maka masing-masing switch mencatat MAC address dari PC1
sesuai dengan port yang menerima yaitu port 11. Dari informasi saat ini, kedua switch memiliki informasi bahwa PC-1 berada
pada Segmen A.
18 3.
Karena lokasi dari PC-4 masih belum diketahui, maka kedua switch memutuskan akan melakukan flooding paket pada
seluruh port. Proses ini merupakan cara dari switch untuk memastikan bahwa frame dapat mencapai tujuan.
4. Masing-masing switch melakukan flooding pada port 21 di
Segmen B. PC-4 yang berada pada Segmen B menerima dua paket yang ditujukan untuk PC-4. Selain itu di Segmen B,
switch A menerima paket dari switch B, dan switch B menerima paket yang dikirim oleh switch A.
5. Switch
A menerima frame ”baru” dari PC-1 ke PC-4. Berdasarkan
address table,
sebelumnya switch
telah mempelajari bahwa PC-1 berada pada port 11 di Segmen A.
Namun alamat dari PC-1 juga diterima oleh port 21, atau Segmen B. Secara definitif, switch harus mencatat kembali
lokasi dari PC-1, dimana switch melakukan kesalahan asumsi pada Segmen B. Begitu pula dengan switch B setelah menerima
paket baru dari switch A. 6.
Saat ini baik switch A maupun B belum mengetahui lokasi PC-4 karena masih belum ada paket yang diterima dengan alamat
sumber dari PC- 4. Paket “baru” dari PC-1 masih harus
diteruskan dengan cara flooding melalui seluruh port yang tersedia untuk mencari dimana PC-4. Paket tersebut dikirim oleh
switch A dan B melalui port 11 menuju ke Segmen A. 7.
Sekarang kedua switch mempelajari kembali bahwa lokasi dari PC-1 berada di Segmen A dan kembali melakukan forward
paket “baru” kembali ke Segmen B, dan begitu seterusnya.
19 Gambar 2.7. Simulasi dari keadaan bridging loop.
Proses melakukan forward sebuah paket berputar dan berputar antara dua switch atau lebih dikenal dengan nama bridging loop. Tidak ada
switch yang menyadari bahwa terdapat switch lain pada jaringan tersebut sehingga paket dapat terus menerus berputar dari satu segmen ke segmen
yang lain. Ada satu hal lain yang perlu diberi garis bawah, karena kedua switch berada dalam jaringan dimana terdapat looping, maka paket asli
telah diduplikasi dan dikirimkan berulang-ulang di dalam dua buah segmen. Apakah yang dapat menghentikan paket yang berputar-putar
tersebut? Tidak ada, karena PC-4 baru menerima paket sama cepatnya dengan switch tersebut dapat melakukan forwarding.
Kedua switch tersebut terus melakukan entry dari lokasi PC-1 yang terus berubah sejalan dengan paket yang berputar tersebut. Walaupun
sebuah paket unicast, dapat menimbulkan bridging loop, dan setiap bridge table dari switch selalu berubah dengan data yang salah.
Apa yang akan terjadi bila PC-1 mengirim paket broadcast? Bridging loop akan terjadi kembali dengan wujud yang berbeda. Paket
broadcast akan mulai bersirkulasi selamanya. Masing-masing device pada Segmen A dan B menerima dan memproses setiap paket broadcast. Tipe
broadcast seperti ini akan dengan mudah memenuhi setiap segmen pada
20 jaringan dan dapat membuat seluruh host pada setiap segment berhenti
beroperasi. Sau-satunya jalan untuk menghentikan bridging loop adalah dengan
cara menghilangkan looping pada jaringan baik secara fisik, maupun secara logikal dengan cara melakukan disconnect pada port switch atau
melakukan shutdown pada port sebuah switch atau dengan cara lain yang lebih efisien bernama Spanning Tree Protocol.
2.7. IEEE Spanning Tree Protocol Standard 802.1D