Pengukuran Initial Convergence Dengan Network Diameter

69 Gambar 4.10. Pengukuran Pengaruh Maximum Age Terhadap Kecepatan Konvergensi. Pada Gambar 4.10 diatas diketahui bahwa kecepatan konvergensi pada skenario Initial Convergence, Failover Convergence, dan Recovery Convergence antara default maximum age dengan minimum maximum age tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Dari hasil pengukuran diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa besarnya nilai max age default bila dibandingkan dengan nilai max age lower limit tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

4.2.2. Pengukuran Initial Convergence Dengan Network Diameter

Initial Convergence adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah jaringan computer untuk siap melakukan data forwarding pada saat awal jaringan tersebut dihidupkan. Initial Convergence dapat diukur dengan cara debug spanning-tree switch state. Pengukuran Initial Convergence dapat dilakukan dengan mengamati perubahan port status pada switch dari Blocking hingga Forwarding. Berikut adalah hasil output perubahan port status tersebut. Waktu kecepatan Initial Convergence dihitung pada saat switch tersebut memulai Blocking state hingga switch tersebut siap, atau Line protocol telah up. Dari gambar diatas, maka dapat dihitung bahwa Initial Convergence pada switch tersebut adalah 33.985 dikurangi 2.964 maka hasilnya adalah 31.021 milisecond. Berikut adalah grafik dari lamanya Initial Convergence berdasarkan besarnya network diameter. 70 Gambar 4.11. Grafik hasil pengukuran Initial Convergence. Dari Gambar 4.11 diatas dapat dijelaskan bahwa pada setting default STP timers, antara masing-masing network diameter dari network diameter sebesar 2, hingga network diameter sebesar 7, tidak terdapat perbedaan kecepatan konvergensi yang signifikan. Seluruh kecepatan Initial Convergence adalah sekitar 31 detik. Begitu pula pada saat STP timers diturunkan secara bertahap, kecepatan Initial Convergence pada masing-masing network diameter memiliki nilai yang hampir sama. Perbedaan mulai terlihat pada saat pengukuran dengan nilai hello time 2, forward delay 5, dan max age 7, dimana pada network diameter sebesar 7, terjadi kegagalan konvergensi. Kegagalan konvergensi juga terjadi pada saat pengukuran STP timers bernilai hello time 2, forward delay 4, dan maximum age 6. Kegagalan konvergensi kembali terjadi pada network diameter sebesar 7. Kegagalan konvergensi diketahui berdasarkan output pada saat menggunakan debug. Output yang menunjukkan kegagalan konvergensi tersebut dapat terlihat dari hasil Gambar 4.4 Perubahan Port status yang terjadi secara terus menerus. Pada Gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa telah terjadi perubahan port status tanpa henti. Bila mengacu pada dasar teori, perubahan port status yang tanpa henti tersebut dinamakan clapping. 71 Selain clapping, atau perubahan port status yang berputar tanpa henti, juga terdapat hasil output lain yang ditangkap dengan printscreen pada gambar 4.5. Dari Gambar 4.5, terlihat bahwa terdapat notifikasi atau pemberitahuan yang berisi bahwa terdapat port flapping. Berdasarkan dari dasar teori, munculnya flapping dan ”MACFLAP NOTIF” mengindikasikan bahwa jaringan tersebut gagal konvergen. 4.2.3. Analisis Failover Convergence Failover Convergence adalah waktu yang dibutuhkan oleh switch untuk kembali konvergen setelah mengalami kegagalan perubahan topologi. Sama seperti Initial Convergence, pengukuran Failover Convergence juga mengamati perubahan port status. Untuk mengamati perubahan port status pada Failover Convergence, dapat dilakukan dengan debug spanning-tree switch state. Pada saat terjadi perubahan topologi, makan akan muncul output sebagai berikut. Gambar diatas merupakan hasil output pada saat jaringan mengalami perubahan topologi dan terdapat link jaringan yang dimatikan. Berdasarkan dasar teori, Failover Convergence dapat dihitung milai dari saat terdapat port dengan Blocking state hingga terdapat port selesai Forwarding state. Dalam gambar diatas diketahui bahwa Failover Convergence nya adalah 30.015 milisecond. Berikut adalah grafik dari Failover Convergence berdasarkan besarnya network diameter. 72 Gambar 4.12. Grafik pengukuran Failover Convergence. Dari Gambar 4.12 diatas, perbedaan kecepatan Failover Convergence antara network diameter masih tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Kecepatan Failover Convergence antara network diameter masih sama bila dibandingkan antara maximum network diameter dan minimum network diameter. Sama seperti pada Initial Convergence, pada STP timers dengan hello time 2, forward delay 5, dan max age 7 serta hello time 2, forward delay 4, dan max age 6, pada network diameter 7, kegagalan yang terjadi pada Initial Convergence masih berjanjut. Sehingga kedua STP timers tersebut kembali gagal konvergen pada network diameter 7. 4.2.4. Analisis Recovery Convergence Recovery Convergence adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah jaringan yang telah mengalami link putus atau perubahan topologi, namun kemudian link yang putus tersebut hidup kembali, dan switch harus melakukan kalkulasi ulang Spanning Tree Protocol. Recovery Convergence diukur pada saat terdapat port pada switch yang mengalami Listening State, hingga port tersebut menjadi Forwarding State. Masih 73 sama seperti pada Initial Convergence, dan Failover Convergence, pengukuran tetap menggunakan debug spanning-tree switch state. Berikut adalah grafik hasil dari besarnya Recovery Convergence berdasarkan network diameter. Gambar 4.13. Grafik pengukuran Recovery Convergence. Dari grafik diatas dapat diamati bahwa pola konvergensi masih sama seperti pada saat proses Initial Convergence dan Failover Convergence. Masing-masing switched network dapat konvergen dengan selisih waktu antar network diameter yang masih dalam satuan milisecond. Selain itu dapat dilihat bahwa pada network diameter 7 dengan STP timers minimum, masih terjadi kegagalan konvergensi.

4.2.5. Analisis Hubungan Convergence Time Forward Delay