Hasil Determinasi Tanaman Hasil Penimbangan Bobot Ekstrak Etanol-Air Daun M. tanarius
Gambar 5. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT sel hati tikus setelah pemberian CCl
4
dosis 2 mlkg BB pada jam ke-0, 24, dan 48 Tabel III. Aktivitas serum AST sel hati tikus setelah pemberian CCl
4
dosis 2 mlkg BB pada jam ke-0, 24, dan 48
Jam ke-
Purata Aktivitas Serum AST ± SE UL
Kebermaknaan terhadap jam ke- 24
48 151,2 ± 14,3
- BB
BTB 24
596,2 ± 25,3 BB
- BB
48 188,6 ± 3,2
BTB BB
- Keterangan
: BB = berbeda bermakna; BTB = berbeda tidak bermakna p0,05; SE = Standar error
Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST sel hati tikus setelah pemberian CCl
4
dosis 2 mlkg BB pada jam ke-0, 24, dan 48
Berdasarkan tabel II dan gambar 5 terlihat bahwa aktivitas serum ALT pada jam ke-0, 24 dan 48 berturut-turut adalah 73,2 ± 12,9; 246,4 ± 17,0; dan 102,0 ± 14,6
UL sedangkan aktivitas serum AST berturut-turut adalah 151,2 ± 14,3; 596,2 ± 25,3; dan 188,6 ± 3,2 UL. Berdasarkan hasil ini terlihat bahwa aktivitas serum ALT
tertinggi terjadi pada pemberian CCl
4
dosis 2 mlkg BB pada jam ke-24 yaitu sebesar 246,4 ± 17,0 UL. Begitu pula kenaikan tertinggi aktivitas serum AST pada
pemberian CCl
4
2 mlkg BB yang dapat dilihat pada tabel III dan gambar 6 terjadi pada jam ke-24 yaitu sebesar 596,2 ± 25,3UL. Hal ini sesuai dengan penelitian
Janakat dan Al-Marie 2002 dimana aktivitas serum ALT-AST akan mengalami kenaikan tertinggi pada jam ke-24 setelah pemberian injeksi intraperitoneal. Setelah
jam ke-48 terjadi penurunan aktivitas serum ALT-AST yang signifikan p0,05. Hasil serum ALT yang diuji secara statistik menggunakan uji LSD tabel II
menunjukkan perbedaan bermakna pada pencuplikan darah jam ke-24 dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48 p0,05. Pada hasil statistik serum AST terlihat distribusi
yang tidak normal sehingga dilanjutkan ke analisis Kruskal Wallis. Dari uji tersebut diketahui terdapat perbedaan antar kelompok dengan signifikasi 0,03 0,05.
Selanjutnya dilakukan uji dengan Mann Whitney untuk melihat perbedaan antar kelompok Tabel III. Hasilnya terlihat perbedaan bermakna pada pencuplikan darah
jam ke-24 dibandingkan dengan jam ke-0 dan 48 p0,05 seperti pada data serum ALT. Maka dapat disimpulkan bahwa waktu kehepatotoksikan CCl
4
2 mlkg BB pada tikus mencapai maksimal pada jam ke-24. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dosis
hepatotoksik CCl
4
yang digunakan pada tikus jantan adalah 2 mlkg BB dengan selang waktu pengambilan cuplikan darah adalah 24 jam setelah pemberian
hepatotoksin CCl
4
.