Kontribusi Partisipasi terhadap Tingkat Keberhasilan Pemberdayaan

2. Kontribusi Partisipasi terhadap Tingkat Keberhasilan Pemberdayaan

Ekonomi dalam Program CSR Sarihusada Hasil pengujian hipotesis kedua mengenai kontribusi partisipasi terhadap tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada menunjukkan bahwa partisipasi tidak ada kontribusi secara signifikan terhadap tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada. Kesimpulan ini didukung hasil perhitungan yang menunjukkan nilai sig. probabilitas sebesar 0.545 lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu H diterima dan H a ditolak yang artinya tidak ada kontribusi secara signifikan antara partisipasi anggota terhadap tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada. Walaupun partisipasi tidak berkontribusi secara signifikan terhadap tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada. Namun variabel tersebut berkontribusi memiliki kontribusi sebesar 35,35. Berdasarkan analisis deskripsi data responden yang menunjukkan sebagian responden memiliki partisipasi sedang. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki partisipasi sedang berjumlah 24 responden atau setara dengan 60 dari keseluruhan responden. Sedangkan analisis deskripsi data tentang tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori berhasil. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang masuk dalam kategori berhasil berjumlah 33 responden atau sebesar 82,5 dari total kesuluruhan responden. Responden yang menyatakan bahwa program tidak berhasil hanya berjumlah 7 responden atau setara dengan 17,5 dari total keseluruhan responden. Sehingga dapat dikatakan jumlah tersebut sedikit apabila dibandingkan dengan responden yang menyatakan berhasil. Dengan demikian, pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada dapat dikatakan berhasil. Pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada dapat dikatakan berhasil karena dapat meningkatkan pendapatan anggota dalam program tersebut. Peningkatan pendapatan tersebut disebabkan adanya pemberian pinjaman yang dilakukan oleh program tersebut. Oleh karena itu anggota yang memanfaatkan pinjaman merasa pendapatannya meningkat sehingga program dianggap berhasil. Sedangkan anggota yang tidak memanfaatkan pinjaman tersebut merasa pendapatannya tidak meningkat sehingga menganggap program tidak berhasil. Apabila dilihat dari tabel V.11 mengenai pemanfaatan fasilitas pinjaman oleh responden terdapat 7 responden atau setara dengan 17,5 dari total keseluruhan responden. Melihat jumlah responden yang menyatakan program tidak berhasil berjumlah 7 responden atau setara dengan 17,5 dari total keseluruhan responden. Apabila dibandingkan dari kedua data tersebut, terdapat kemungkinan 7 responden tersebut adalah sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa respoden yang tidak memanfaatkan pinjaman, mereka juga menganggap program tersebut tidak berhasil. Hal tersebut disebabkan mereka tidak mendapatkan peningkatan pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan pinjaman. Pemanfaatan tabungan merupakan salah satu indikator dalam partisipasi anggota di program pemberdayaan ekonomi tersebut. Indikator lain dalam penentuan tingkat partisipasi anggota yaitu frekuensi anggota mengikuti rapat atau pertemuan, frekuensi anggota dalam memberikan saran atau usulan, frekuensi anggota dalam memanfaatkan fasilitas tabungan dan frekuensi anggota dalam memanfaatkan fasilitas pinjaman. Indikator-indikator di atas tentu dapat menjadi pertimbangan dalam pemberian pinjaman kepada anggota. Misalnya saja, apabila seorang anggota memiliki frekuensi menabung yang tinggi dapat dijadikan pertimbangan untuk mendapatkan pinjaman lebih apabila ia meminta pinjaman. Dan apabila ada anggota yang kurang tertib dalam memberi angsuran maka dapat menjadi pertimbangan untuk mengurangi jumlah pinjaman atau bahkan tidak memberi pinjaman untuk kedepannya jika ia meminta pinjaman. Hal tersebut dapat dilakukan jika suatu lembaga sudah memiliki data atau riwayat anggotanya mengenai sikap atau partisipasi mereka di dalam program tersebut. Dengan berpegang pada riwayat anggota tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk kedepannya. Namun bagi lembaga yang masih baru dalam pendiriannya, misalnya mereka masih di tahun- tahun pertama pendirian. Mereka cenderung belum memiliki riwayat para anggotanya. Oleh karena itu, mereka tidak memiliki pegangan atau dasar pertimbangan untuk melepaskan pinjaman. Pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada di Kampung Badran RW XI pun baru menginjak tahun kedua dalam pendiriannya. Serta dalam pemberian pinjaman baru memasuki putaran pertama sehingga program tersebut belum memiliki riwayat anggota dalam berpartisipasi. Dalam program tersebut, seluruh anggota mendapatankan jumlah pinjaman yang sama tanpa ada pembeda seperti berbedaan frekuensi partisipasi mereka. Namun setiap anggota dibebaskan untuk mengambil keputusan untuk memanfaatkan pinjaman tersebut atau tidak. Menurut pengelola pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada tersebut untuk saat ini masih masuk dalam masa penjajakan partisipasi anggota. Apabila dalam putaran pertama pemberian pinjaman ini anggota memiliki tingkat partisipasi yang baik untuk peminjaman berikutnya akan diberikan prioritas dalam pemberian pinjaman. Sebaliknya jika ada anggota yang kurang berpartisipasi dan dalam pengembalian angsuran kurang lancar akan dikurangi bahkan ada kemungkinan tidak akan diberikan pinjaman pada pemberian pinjaman berikutnya. Oleh karena itu saat ini, belum ada kontribusi positif antara partisipasi anggota terhadap tingkat keberhasilan pemberdayaan ekonomi dalam program CSR Sarihusada. Namun tidak menutup kemungkinan akan terjadi kontribusi pada tahun-tahun kedepannya mengingat terdapat pertimbangan-pertimbangan dalam pemberian pinjaman yang didasarkan pada tingkat partisipasi anggota.

3. Kontribusi