7 yang tidak terstuktur, seperti bentuk bangunan yang relatif sederhana dengan
suasana relatif kurang menyenangkan ruang tempat usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai dan kurang menjaga kebersihan pasar dan penerangan yang
kurang baik. Barang-barang yang diperdagangkannya merupakan barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu yang kurang diperhatikan, harga barang relatif
murah serta cara pembeliannya dengan sistem tawar-menawar. Selain itu, para pedagangnya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dengan cara
berdagang yang kurang profesional. Contoh pasar tradisional tersebut adalah pasar Inpres.
Sebaliknya, pasar modern adalah pasar yang terstruktur, dimana berada dalam bangunan, dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan oleh
pembeli. Barang-barang yang dijualnya, selain bahan makanan seperti buah, sayuran, daging, juga barang-barang yang dapat bertahan lama.
1
Menurut Maruf 2005, geraipasar modern mulai beroperasi awal tahun 1960-an di Jakarta. Arti
modern di sini adalah penataan barang menurut keperluan yang sama atau dikelompokkan di bagian yang sama sehingga dapat dilihat dan diambil langsung
oleh pembeli. Selain itu, terdapat penggunaan alat pendingin udara serta adanya pramuniaga profesional.
Pada tahun 2004, macam-macam geraipasar modern di Indonesia adalah: □
Minimarket, dengan pertumbuhan sebanyak 1.800 buah selama 10 tahun hingga tahun 2002. Luas minimarket antara 50 - 200 m
2
;
1
http:id.wikipedia.orgvvikiPasar
8
Convenience store, gerai ini mirip minimarket dalam hal produk yang dijual, tetapi berbeda dalam harga, jam buka, luas ruang dan lokasi. Convenience
store ada yang buka 24 jam, dengan luas ruang antara 200 - 450 m
2
dan berlokasi di tempat yang strategis. Sebagian produknya sedikit lebih mahal
daripada yang dijual minimarket;
Specialty store, sebagian masyarakat lebih menyukai belanja di toko dimana pilihan produk tersedia lengkap sehingga tidak hams mencari lagi di toko lain.
Keragaman produk disertai harga yang bervariasi dari yang terjangkau hingga premium membuat specialty store lebih unggul;
Factory outlet;
Distro atau distribution outlet;
Supermarket, pertumbuhannya sebanyak 700 buah dalam kurun 10 tahun
hingga tahun 2003. Supermarket kecil mempunyai luas ruang antara 300 -1.100 m
2
, sedangkan supermarket besar mempunyai luas 1.100-2.300 m
2
;
Departement store atau toserba toko serba ada, gerai jenis ini mempunyai ukuran luas ruang yang beragam, mulai dari beberapa ratus meter persegi,
hingga 2.000 -3.000 m
2
;
Superstore, luasnya mulai dari 2.300 - 4.700 m
2
;
Perkulakan atau gudang rabat;
Hypermarket, dengan luas ruang 5.000 m
2
.
9
2.2. Pertumbuhan Pasar Modern dan Tradisional
Perkembangan pasar di setiap kotakabupaten di Jawa Barat dalam kurun waktu 2002-2005 menunjukkan peningkatan, meskipun dengan jumlah dan lokasi
yang tidak merata. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Barat 2002 dan 2005, pada tahun 2005 jumlah pasar di Jawa Barat mencapai
911, terdiri dari 530 pasar tradisional dan 381 pasar modem, termasuk swalayan. Hal tersebut menunjukkan kenaikan yang signifikan dibandingkan kan dengan
tahun 2002 mencapai 147 pasar. Pada tahun 2002, pasar di Jawa Barat tercatat
sebanyak 764, terdiri dari 506 pasar tradisional dan 258 pasar modern. Peningkatan jumlah pasar terbesar terjadi di Kabupaten Majalengka, yakni 33 pasar 17
tradisional dan 16 modem. Daerah lain yang peningkatan jumlah pasarnya cukup
besar adalah Kabupaten Bandung 19 modem, Kota Bekasi 1 8 modem dan
Kota Bandung 10 modern. Secara umum, peningkatan jumlah pasar, khususnya modem terjadi di
aicotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketatnya persaingan di kalanganan pedagang eceran. Meskipun jumlah pasar tradisonal masih lebih besar
dibandingkan pasar modem, tetapi pertumbuhannya sangat pesat. Berdasarkan hasil studi Nielsen 2005, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4 persen per
tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8 persen per tahun. Selama tahun 2002-2005, pasar tradisional di Jawa Barat tumbuh sekitar 5 persen, sedangkan
pasar modern tumbuh signifikan mencapai 66 persen. Kondisi tersebut mengkhawatirkan, terutama bagi pelaku usaha di pasar tradisional karena di
beberapa kabupatenkota, jumlah pasar modern lebih banyak dibandingkan pasar
10 tradisional seperti di kabupaten Bandung 42 pasar modern, 29 pasar tradisional,
kota Sukabumi, kota Bogor, kota Depok, dan kota Cimahi. Akibat dari perkembangan pasar modern tersebut, pasar-pasar tradisional
yang lokasinya berdekatan dengan mallsupermarkethypermarket mulai kehilangan pembeli sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu perkembangan
atau bahkan mematikan usaha pelaku perdagangan eceran di pasar tradisional yang umumnya merupakan pelaku usaha mikro. Sebagai contoh, semenjak kehadiran
hypermarket di Jakarta, pasar tradisional di kota tersebut disinyalir merasakan penurunan pendapatan dan keuntungan yang drastis, seperti yang dikemukakan
APPSI, bahwa 151 pasar tradisional di Jakarta terancam oleh keberadaan supermarket, sembilan diantaranya sudah tutup.
Namun, seharusnya kondisinya tidak demikian mengingat banyak kekhasan yang dimiliki pasar tradisional bila dibandingkan dengan pasar modern, seperti
jual-beli dengan tawar-menawar harga dan suasana yang memungkinkan penjual dan pembeli menjalin kedekatan. Selain itu, pasar tradisional mempunyai
keuntungan non ekonomi dari sudut pandang kepentingan ekonomi makro, yaitu penyediaan pilihan kesempatan usaha, penyediaan lapangan kerja, dimana pada
tahun 2006, di Indonesia terdapat 13.450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil beserta kontribusi outputnya.
Sulitnya pasar tradisional bersaing menghadapi pasar modern disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1. kondisi fisik pasar tradisional secara umum tertinggal dibandingkan pasar modern yang bersih dan nyaman sehingga konsumen lebih tertarik untuk
berbelanja di pasar modern. Sebagai contoh, di Jakarta berdasarkan catatan PD