Pendidikan petani Karakteristik petani Sayuran 1. Umur petani
32 diperoleh dari bangku sekolah mulai dari SD sampai perguruan tinggi sedangkan
pendidikan non
formal diperoleh
seperti dari
kursus-kursus atau
pelatihan-pelatihan. Para petani responden masih jarang menerima pendidikan nonformal, karena akses mereka terhadap sumber informasi cukup sulit apalagi
untuk mendapat penyuluhan dari instansi pemerintah. Kebanyakan dari responden mendapatkan pendidikan nonformal dari perusahaan-perusahaan pestisida ataupun
dari lembaga lain nonpemerintah yang terkait dengan sektor pertanian. Selain itu pengetahuan usahatani para responden dalam penelitian ini mereka peroleh dari
pengalamannya pribadi, baik yang mereka peroleh dari tempat kerja sebelumnya ataupun dari keluarganya sebagai warisan turun-temurun. Meskipun demikian para
petani sebenernya berharap ada perhatian dari pihak pemerintah untuk dapat memfasilitasi mereka dalam hal yang terkait dengan usahatani misalnya dengan
menyediakan penyuluh pertanian yang memiliki ilmu praktis terkait pertanian yang mumpuni.
Kondisi petani yang menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Kebanyakkan dari petani responden ini
hanya sekolah sampai tingkat sekolah dasar, sedangkan yang sekolah sampai SMP sebanyak 3 orang, SMA sebanyak 2 orang, tidak tamat perguruan tinggi 3 orang
dan perguruan tinggi sebanyak 3 orang. Tingkat pendidikan petani sayuran dapat di lihat pada Tabel 3.
33
Tabel 3. Komposisi Responden Petani Sayuran Berdasarkan Tingkat Pendidikan No
Pendidikan Formal Jumlah orang
Persentase 1
Perguruan Tinggi SI S2 3
20 2
Tidak Tamat Perguruan Tinggi 3
20 3
SMA 2
13,33 4
SMP 3
20 5
SD 4
26,67
Meskipun tingkat pendidikan petani tersebut masih rendah namun mereka tetap berusaha untuk dapat meningkatkan usahataninya seoptimal mungkin. Hal itu
ditunjukkan dengan adanya keinginan petani untuk terus meningkatkan pengetahuannya dengan mengakses berbagai pelatihan.