Perubahan Perilaku Belajar sebagai Proses Perubahan Perilaku

Faktor eksternal yang terakhir adalah faktor lingkungan masyarakat atau dapat disebut juga lingkungan di mana pelajar tinggal. Sebagai contoh adalah teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat Slameto, 2010. Interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan lingkungan akan memberikan berbagai pengaruh tertentu. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh pula terhadap proses belajar yang sedang dijalani.

2. Perubahan Perilaku

Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan pada unsur kejiwaan yang mempengaruhi perilaku. Individu yang perilakunya berubah akibat adanya kesan atau pengalaman baru karena interaksinya dengan lingkungan merupakan individu yang sudah belajar Djamarah, 2011. Dalam hal ini, hasil pembelajaran yang dicapai dapat disesuaikan dengan perubahan yang dikehendaki, antara lain: a. Perubahan Terjadi Secara Sadar Perubahan ini berarti bahwa individu merasakan adanya perubahan setelah melakukan pembelajaran. Misalnya, seseorang merasa pengetahuannya bertambah setelah setelah mengikuti kursus. b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional Perubahan ini merupakan perubahan dari hasil belajar yang akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan lainnya. Sebagai contoh, seseorang yang belajar bicara. Setelah pandai, ia akan belajar untuk bercerita bahkan berpidato. c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif Perubahan ini merupakan perubahan yang diusahakan untuk memperoleh sesuatu yang baik dari sebelumnya. Dengan demikian, semakin banyak usaha untuk belajar, maka semakin meningkatlah perubahan yang diharapkan. d. Perubahan dalam Belajar Bertujuan dan Terarah Hal ini berarti bahwa dalam melakukan usaha belajar, seseorang sudah menghendaki perubahan yang terjadi ke depannya. Perubahan tersebut sudah terarah dan disadari oleh individu yang melakukan proses belajar. e. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku Perubahan ini merupakan perubahan yang meliputi seluruh aspek individu. Artinya, dalam belajar sesuatu, maka seseorang tidak hanya mengalami perubahan ada satu hal, akan tetapi hal-hal lain yang berkaitan dengan apa yang dipelajari. Misalnya, seseorang yang belajar mengendarai motor. Dengan mempelajari hal itu, maka ia juga dapat mengerti tentang cara kerja motor, peraturan lalu lintas, cara merawat motor, dan lain sebagainya. Dalam perubahan perilaku, penting untuk mempertimbangkan teori-teori yang digunakan di dalamnya. Teori merupakan serangkaian prinsip yang secara ilmiah dapat diterima dan ditawarkan untuk menjelaskan suatu fenomena Schunk, 2012. Dalam program ini, teori yang digunakan adalah Teori Kognitif Sosial Bandura. Menurut Schunk, teori ini beranggapan bahwa pembelajaran manusia terjadi dalam lingkungan social. Schunk juga menambahkan bahwa teori ini memberikan kesimpulan bahwa seseorang dapat belajar hal-hal baru dari pengamatannya terhadap orang lain. Dengan menjadi pengamat, seseorang dapat memperoleh pengetahuan, aturan-aturan, strategi- strategi, keterampilan, sikap, dan lain-lain. Dalam proses tersebut, seseorang nantinya dapat mempelajari perilaku-perilaku yang dimodelkan, untuk kemudian diterapkan sesuai dengan keyakinan dan hasil yang diharapkan dari peristiwa serupa. E. Efektivitas Program Anti Bullying dalam Mengurangi Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto Yogyakarta Perilaku bullying merupakan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat, khususnya pada remaja. Dampak dari bullying itu sendiri terbukti telah merugikan berbagai macam pihak. Dalam hal ini, remaja memiliki peran sebagai pelaku, korban, maupun penonton bullying. Remaja cenderung mendapat pengaruh yang lebih besar dari teman sebaya dalam berperilaku. Terdapat penelitian yang memberikan bukti bahwa remaja laki-laki memiliki potensi yang tinggi untuk terlibat dalam praktik bullying daripada remaja perempuan. Di samping itu, sekolah merupakan tempat di mana praktik bullying dilakukan. Di sekolah, remaja mengalami proses sosialisasi terutama dengan teman sebaya. Mereka seakan memiliki area di mana mereka dapat berekspresi sesuai dengan keinginannya. Terlebih pada remaja di sekolah homogen. Di sekolah homogen, para siswa lebih mendapatkan kebebasan untuk bertingkah laku tanpa mempedulikan adanya lawan jenis. Dengan demikian, perilaku remaja berpotensi mengarah pada kekerasan yang dikenal dengan nama bullying. Menyikapi hal ini, sekolah-sekolah khususnya sekolah homogen laki- laki dirasa perlu untuk memperhatikan perilaku para siswa agar tidak terjerumus dalam praktik bullying. Suatu program diperlukan dengan tujuan mencegah maupun menanggulangi adanya perilaku bullying di sekolah. Program tersebut diperlukan agar lingkungan sekolah yang bertujuan untuk membantu siswa berkembang akan tetap berada pada jalurnya, bukan justru menciptakan keadaan yang menjerumuskan para siswa dengan adanya perilaku bullying. SMA Kolese De Britto merupakan sekolah homogen laki-laki yang memiliki potensi menjadi tempat praktik bullying di sekolah. Berkaitan dengan bullying, sekolah tersebut sudah memiliki pogram untuk mengatasi bullying . Program Anti Bullying yang dimiliki sekolah bertujuan untuk merubah perilaku siswa secara positif dan aktif serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Akan tetapi, perlu dilakukan pengukuran terhadap program tersebut mengenai keberhasilan dan kesesuaian dengan tujuan dari program itu sendiri. Penelitian ini dilakukan agar pihak sekolah mengetahui apakah program yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan, atau justru sebaliknya. Program yang dilakukan meliputi beberapa langkah-langkah tertentu. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan hingga pada akhirnya dapat mengurangi kecenderungan bullying pada siswa. Program ini juga menggunakan beberapa metode yaitu: a Case Study, b Dramatic Presentation , dan c Discussion. Bukan tanpa alasan, penggunaan metode ini memiliki peran masing-masing dan saling mendukung dalam penyampaian materi dari guru kepada para siswa.

F. Hipotesis Penelitian