4. Memeriksa Kembali Proses dan Hasil
Pada  tahap  terakhir,  siswa  memeriksa  kembali  proses  yang  telah dilakukan untuk menemukan hasil tersebut. Pemeriksaan ini berguna agar
siswa dapat  meneliti kembali  apakah langkah-langkah  yang dilakukannya sudah benar dan sesuai.
C. Kesulitan Belajar Matematika
Sulit,  itulah  kata  yang  sering  kita  dengar  jika  siswa  ditanya  apa  yang ada  dalam  benaknya  ketika  mendengar  kata  matematika  Mubiar  Agustin,
2011: 45. Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini  pulalah  yang  menyebabkan  perbedaan  tingkah  laku  belajar  di  kalangan
siswa.  Dalam  keadaan  dimana  siswa  tidak  dapat  belajar  sebagaimana mestinya,  itulah  yang  disebut  dengan  kesulitan  belajar  Abu  Ahmad
Widodo  Supriyono,  2013:  77.  Kesulitan  belajar  memiliki  banyak  tipe  yang masing-masing  memerlukan  diagnosis  dan  program  pembekalan  peran  yang
berbeda-beda Mulyono  Abdurrahman, 2012:  6.  Secara  garis besar kesulitan belajar  dapat  diklasifikasikan  ke  dalam  dua  kelompok,  yaitu  1  kesulitan
belajar  yang  berhubungan  dengan  perkembangan  developmental  learning disabilities
dan  2  kesulitan  belajar  akademik  academic  learning disabilities
.  Kesulitan  belajar  yang  berhubungan  dengan  perkembangan mencakup  gangguan  motorik  dan  persepsi,  kesulitan  belajar  bahasa  dan
komunikasi,  dan  kesulitan  belajar  dalam  penyesuaian  perilaku  sosial. Kesulitan  belajar  yang  berhubungan  dengan  perkembangan  sering  terlihat
sebagai  kesulitan  belajar  yang  disebabkan  karena  siswa  tidak  menguasai keterampilan  yang  seharusnya  dikuasai  lebih  dulu  agar  dapat  menguasai
keterampilan  berikutnya.  Sebagai  contoh,  untuk  menyelesaikan  soal  cerita, terlebih  dahulu  siswa  harus  menguasai  keterampilan  membaca  agar  dapat
memahami  setiap  soal  dengan  baik.  Sedangkan  Kesulitan  belajar  akademik menunjuk  pada  adanya  kegagalan-kegagalan  pencapaian  prestasi  akademik
yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut mencakup  penguasaan  keterampilan  dalam  membaca,  menulis,  dan  atau
matematika  Mulyono  Abdurrahman,  2012:  7.  Sebagai  contoh,  siswa kesulitan dalam melakukan penjumlahan bilangan bulat negatif dengan positif.
Hal ini yang dapat menyebabkan prestasi akademik siswa menjadi tidak baik. Siswa  yang  mengalami  kesulitan  belajar  seperti  tergolong  dalam
pengertian  yang  telah  diungkapkan  sebelumnya,  akan  tampak  dari  berbagai gejala  yang  dimanifestasikan  dalam  perilakunya,  baik  aspek  psikomotorik,
kognitif,  maupun  afektif.  Menurut  Akhmad  Sudrajat  2011:  6  beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1. Menunjukkan  hasil  belajar  yang  rendah  di  bawah  rata-rata  nilai  yang
dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. 2.
Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin  ada  siswa  yang  sudah  berusaha  giat  belajar,  tapi  nilai  yang
diperolehnya selalu rendah. 3.
Lambat  dalam  melakukan  tugas-tugas  kegiatan  belajarnya  dan  selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan  sikap-sikap  yang  tidak  wajar,  seperti:  acuh  tak  acuh,
menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. 5.
Menunjukkan  perilaku  yang  berlainan,  seperti  membolos,  datang terlambat,  tidak  mengerjakan  pekerjaan  rumah  PR,  mengganggu  di
dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan  gejala  emosional  yang  kurang  wajar,  seperti:  pemurung,
mudah  tersinggung,  pemarah,  tidak  atau  kurang  gembira  dalam menghadapi  situasi  tertentu.  Misalnya  dalam  menghadapi  nilai  rendah,
tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Selain dari  yang telah dijelaskan pada uraian di  atas, menurut Entang
1984:  6,  ada  tiga  jenis  siswa  yang  dipandang  mempunyai  kesulitan  belajar, yaitu:
1. Ada  sejumlah  siswa  yang  belum  dapat  mencapai  tingkat  ketuntasan
tertentu akan tetapi hampir mencapai ketuntasan tersebut. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam memantapkan penguasaan bagian-bagian yang
sukar dari seluruh bahan yang harus dipelajari. 2.
Sekelompok  atau  beberapa  siswa  lain  mungkin  belum  dapat  mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada konsep dasar yang belum
dikuasai  atau mungkin  juga karena proses belajar  yang sudah ditempuh tidak  cukup  menarik  atau  tidak  cocok  dengan  karakteristik  siswa  yang
bersangkutan.
3. Ada sejumlah siswa yang tidak menguasai bahan yang dipelajari secara
keseluruhan. Tingkat penguasaan bahan ketuntasan sangat rendah. Timbulnya  kesulitan  dalam  belajar  itu  berkaitan  dengan  aspek
motivasi,  minat,  sikap,  kebiasaan  belajar,  dan  pola-pola  pendidikan  yang diterima  dari  keluarganya.  Dari  uraian  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa
kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan- hambatan  tertentu  untuk  mencapai  hasil  belajar  Abu  Ahmad    Widodo
Supriyono, 2013: 93.
D. Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar