Region III yang berkedudukan di Jakarta meliputi Jakarta dan Jawa Barat; Region IV yang berkedudukan di Semarang meliputi Jawa Tengah Solo, Jogya,
Cilacap; Region V berkedudukan di Surabaya meliputi Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Lorosae; Region VI
berkedudukan di Balikpapan meliputi seluruh Kalimantan; Region VII berkedudukan di Makasar meliputi seluruh Sulawesi; Region VIII
berkedudukan di Irian Jaya dan Maluku. Peneliti mengambil PT. Pertamina Region V Surabaya atau yang dikenal dengan nama PT. Pertamina UPms V
sebagai lokasi penelitiannya.
4.1.2 PT. Pertamina UPMS V Surabaya 4.1.2.1
Lokasi
Letak lokasi PT. Pertamina Upms V ini memang cukup strategis yaitu terletak di Jl. Jagir Wonokromo No. 88 Surabaya. Penentuan lokasi tersebut
sangat penting bagi perusahaan, karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan sejenis dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut,
sehingga harus diperhatikan secara sungguh-sungguh demi kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.
4.1.2.2 Visi dan Misi
Berdasarkan Surat Keputusan GM UPms V No. Kpts.055E250002004-S0, visi dan misi PT. PERTAMINA PERSERO
UPms V adalah :
1. Visi Pertamina Upms V
Menjadi Unit Pemasaran yang unggul, maju dan terpandang. 2.
Misi Pertamina Upms V
Melakukan usaha dalam bidang BBM dan Non BBm yang menunjang bisnis perusahaan.
Merupakan unit pemasaran yang dikelola secara profesional,
kompetitif dan berdasarkan tata nilai unggulan dan berorientasi laba.
Memberikan nilai tambah bagi perusahaan, pelanggan, pekerja dan masyarakat serta mendukung pertumbuhan ekonomi regional wilayah
JATIM, BALI, NTT, NTB
4.1.2.3 Struktur Organisasi
PT. PERTAMINA PERSERO UPms V dipimpin oleh seorang General manager yang membawahi beberapa manajer antara lain Manajer
divisi PKBL, Penjualan, Suplai dan Distribusi, Layanan Jasa Teknik, Keuangan, LK3, Marine, SDM dan Umum, Cab. Denpasar dan Kupang serta
Pemasaran Timor Lorosae. Secara diagram, struktur organisasi dapat dilihat pada diagram di bawah ini :
4.1.3 Unit PKBL PT. Pertamina UPMS V Surabaya 4.1.3.1 Latar Belakang
Dalam rangka mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi dan terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
kesempatan berusaha, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Perjan, Perum dan Persero,
BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Dengan berkembangnya usaha kecil
yang dibina BUMN diharapkan dapat memberikan efek berupa meningkatnya
taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN dengan usaha kecil.
Adapun dana pembinaan dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara, disamping melakukan pembinaan usaha kecil, BUMN dapat pula menyisihkan sebagian labanya untuk keperluan pembinaan
masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan PKBL. Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program
Bina Lingkungan disebut BUMN Pembina wajib membentuk unit organisasi yang khusus mengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
Unit organisasi ini disebut Unit PKBL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada di bawah pengawasan seorang
direksi. Di samping membentuk unit yang khusus menangani Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini,
pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas cash basis single entry. Di
samping itu, terdapat beberapa BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntansi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktek
akuntansi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi berbeda- beda sesuai dengan kebijakan masing-masing BUMN Pembina.
Sesuai dengan perkembangan kondisi dan tuntutan untuk meningkatkan akuntabilitas dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik
good corporate governance, GCG pada suatu entitas ekonomi, basis pencatatan akuntansi diarahkan untuk menggunakan tata buku ganda berbasis
akrual accrual basis double entry. Memperhatikan kondisi yang berlaku di unit PKBL serta tuntutan untuk menerapkan GCG, maka sudah seharusnya
dalam pelaksanaan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan BUMN Pembina memiliki Pedoman Akuntansi guna mengakomodasi
ketentuan-ketentuan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip dan praktik akuntansi yang diterima secara umum di Indonesia, dalam hal ini
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK dan Peraturan-peraturan yang terkait dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.
4.1.3.2 Gambaran Umum
Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil, yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan
Usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN.
Program Bina Lingkungan yang selanjutnya disebut Program BL adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui
pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program ini terdiri dari Program
BL BUMN Pembina dan Program BL BUMN Peduli. Program BL BUMN Pembina adalah Program BL yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh BUMN
Pembina di wilayah usaha BUMN yang bersangkutan. Sedangkan Program BL Peduli adalah Program BL yang dilakukan secara bersama-sama oleh
BUMN Pembina dan pelaksanaannya ditetapkan serta dikoordinir oleh Menteri Negara BUMN.
4.1.3.3 Struktur Organisasi
Unit PKBL PT. Pertamina UPms V Surabaya dipimpin oleh seorang koordinator yang membawahi 3 tiga asisten Program Kemitraan,
Administrasi Keuangan, Asisten Pembendaharaan, Asisten Bina Lingkungan, Pemberdayaan Lingkungan, dan Pemberdayaan Masyarakat. Bagan struktur
organisasinya dapat dilihat seperti di bawah ini:
Sumber: Unit PKBL PT. Pertamina Surabaya
4.1.3.4 Tugas dan Fungsi Pokok PKBL
Adapun tugas dan fungsi pokok unit PKBL dalam melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, seperti berikut:
1. Membentuk unit Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan; 2. Menyusun Standart Operating Procedure SOP untuk pelaksanaan
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang dituangkan dalam Surat Keputusan Direksi;
3. Menyusun Rencana Kerja Anggaran RKA Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan;
4. Melakukan evaluasi dan seleksi atas kelayakan usaha dan menetapkan calon Mitra Binaan;
ASISTEN PK BAMBANG S
ASISTEN PK IPONG S
AST. BL VACANT
ASISTEN PK VACANT
STRUKTUR ORGANISASI
KOORDINATOR DASIH HAYATNO
ADM. KEU VACANT
AST. PBD PRAWITO
PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN
VACANT PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT VACANT
5. Menyiapkan dan menyalurkan dana Program Kemitraan kepada calon Mitra Binaan dan Program BL kepada masyarakat;
6. Melakukan pemantauan dan pembinaan terhadap Mitra Binaan; 7. Mengadministrasikan kegiatan pembinaan;
8. Melakukan pembukuan atas Program Kemitraan dan Program BL; 9. Menyampaikan laporan pelaksanaan Program Kemitraan dan Program BL
yang meliputi laporan berkala baik triwulan maupun tahunan kepada Menteri dengan tembusan kepada Koordinator BUMN Pembina di wilayah masing-
masing;
4.2 Dreskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Penerapan dan Pelaksanaaan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan 4.2.1.1 Penerapan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan
Dalam rangka meningkatkan kegiatan dan pertumbuhan ekonomi kerakyatan serta terciptanya pemerataan pembangunan melalui perluasan
kerja, kesempatan berusaha dan pemberdayaan masyarakat maka Pemerintah mewajibkan setiap BUMN berpartisipasi mendukung program Pemerintah
tersebut melalui penerapan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PKBL. Unit PKBL merupakan suatu organisasi khusus yang mengelola
Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan yang merupakan bagian dari organisasi perusahaan serta bertanggungjawab langsung kepada Direksi
Perusahaan.