Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Kulit Buah Petai Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai

C. Penetapan Susut Pengeringan Serbuk Kulit Buah Petai

Pada penelitian ini, tidak dilakukan dengan penetapan kadar air, karena belum diketahui apakah serbuk kulit buah petai hanya mengandung air dalam bentuk serapan atau tidak. Oleh karena itu, dilakukan susut pengeringan karena susut pengeringan dapat digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu pada proses pengeringan, serta kadar air yang terdapat dalam serbuk Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Serbuk kulit buah petai dipanaskan menggunakan alat moisture balance pada suhu 105 O C selama 15 menit, karena diasumsikan bahwa air telah menguap semua dan digunakan suhu 105 O C agar air menguap di atas titik didih air. Setelah serbuk dipanaskan, dilakukan perhitungan susut pengeringan dengan teliti. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2009, secara umum, susut pengeringan dinyatakan sebagai nilai persen terhadap bobot awal, dengan nilai tidak melebihi 10. Pada penelitian ini, susut pengeringan dilakukan tiga kali replikasi dan diperoleh rata-rata susut pengeringan serbuk kulit buah petai sebesar 6,83. Hal ini menunjukkan bahwa serbuk kulit buah petai yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan yaitu tidak lebih dari 10.

D. Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai

Pembuatan ekstrak etanol kulit buah petai menggunakan metode maserasi. Metode maserasi digunakan karena mempunyai beberapa keuntungan seperti cara yang sederhana, peralatannya sederhana dan mudah dilakukan. Selain itu, dengan metode maserasi dapat menghindari perubahan kimia pada senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan Pratiwi, 2008. Proses pembuatan ekstrak etanol kulit buah petai menggunakan etanol 70 yang bertujuan untuk menarik semua komponen kimia di dalam kulit buah petai, karena pelarut etanol merupakan pelarut universal yang dapat menarik senyawa- senyawa yang larut dalam pelarut non polar hingga polar Padmasari, Astuti, dan Warditiani, 2013. Selain itu, etanol digunakan karena etanol lebih selektif, tidak mudah ditumbuhi kapang dan jamur Hargono, 1986. Hal ini dibuktikan bahwa pada ekstrak etanol kulit buah petai tidak terdapat kapang atau pun jamur selama ekstrak ini disimpan dan digunakan untuk penelitian. Proses maserasi dilakukan dengan penggojogan menggunakan shaker, tujuannya agar seluruh serbuk dapat kontak dengan pelarut dan senyawa dapat terekstrak. Penggojoggan dengan shaker dapat mempercepat waktu ekstraksi sehingga waktu ekstraksi lebih singkat dibandingkan dengan ekstraksi yang direndam. Ekstraksi dengan penggojogan menggunakan shaker disebut sebagai ekstraksi mekanik. Setelah dilakukan penggojogan, ekstrak yang diperoleh disaring dengan menggunakan corong buncher, kertas saring dan pompa vakum. Kemudian, hasil sarinya diremaserasi menggunakan pelarut etanol sebesar 125 mL dan didapatkan maserat II, lalu maserat I dan II dapat digabung. Maserat yang diperoleh dapat dipekatkan menggunakan rotary vacum evaporator dengan suhu 70 o C sampai terbentuk cairan kental. Prinsip kerja rotary vacum evaporator adalah destilasi, yaitu memisahkan cairan penyari dan zat tersari dengan cara penurunan tekanan pada labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat sehingga pelarut dapat menguap lebih cepat di bawah titik didih. Selanjutnya, zat tersari yang telah terpisahkan dari cairan penyari disimpan pada cawan porselin dan dilakukan pemekatan menggunakan penangas air dengan suhu antara 50-60 o C sampai diperoleh ekstrak kental dengan bobot tetap Tabel I. Bobot tetap adalah selisih antara 2 kali penimbangan berturut-turut berbeda tidak lebih dari 0,5 mg tiap gram sisa yang ditimbang. Penimbangan dilakukan setelah ekstrak diuapkan lagi selama 1 jam Depkes RI, 1995. Tabel I. Penimbangan Bobot Tetap Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai Keterangan Bobot g Selisih bobot mg Penimbangan awal 13.33 - - 1 jam pemanasan 13.33 2 jam pemanasan 13.33 Ekstrak yang telah diperoleh Gambar 3 dihitung rendemennya dengan tujuan untuk mengukur keefektifan jenis pelarut yang digunakan untuk mengekstrak senyawa kimia yang terdapat dalam kulit buah petai. Semakin besar rendemen yang diperoleh, maka semakin efekif pelarut yang digunakan untuk mengekstrak. Pada penelitian ini, rendemen yang diperoleh adalah 26,66. Gambar 3. Ekstrak Etanol Kulit Buah Petai

E. Identifikasi Kandungan Senyawa Kimia Kulit Buah Petai dengan Uji Tabung

Dokumen yang terkait

Pola Kromatografi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Sebagai Antidiare

16 131 112

Pengaruh Pemberian Salep Ekstrak Etanol Kulit Buah Dari Tumbuhan Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Terhadap Penyembuhan Luka Sayat Pada Kelinci

6 140 92

Uji Aktivitas AntiBakteri Ekstrak n-Heksan Dan Etilasetat Serta Etanol Dari Talus Kappaphycus alvarezii (Doty) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

4 78 71

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Binara Dan Ekstrak Etanol Daun Ulam-Ulam Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli

8 82 96

Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa Hassk.) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

5 26 64

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Bunga Petai (Parkia speciosa) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

2 24 145

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit batang pohon Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

2 16 148

Uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol Daun Petai (Parkia speciosa Hassk.) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922.

2 18 141

Pola Kromatografi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Sebagai Antidiare

0 0 34

Pola Kromatografi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Petai (Parkia Speciosa Hassk.) Sebagai Antidiare

0 0 28