positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.6. Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa kebijakan leverage, kebijakan
dividen dan price earning ratio mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian secara simultan antara kebijakan leverage, kebijakan dividen dan price earning ratio
terhadap nilai perusahaan dengan menggunakan Uji F yang menghasilkan nilai signifikansi 0,007 kurang dari tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel kebijakan leverage, kebijakan dividen dan price earning ratio bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hasil analisis ini juga menunjukkan bahwa model regresi ini cocok dan mampu menjelaskan perubahan variabel nilai perusahaan,
dimana pengaruhnya hanya sebesar 33,1 sedang sisanya 66,9 masih dipengaruhi oleh variabel lain, maka penelitian selanjutnya dapat
menambahkan variabel lain seperti kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Sesuai hasil pengujian secara parsial hanya variabel kebijakan leverage dan kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan sedangkan variabel price earning ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan juga diperoleh hasil bahwa Kebijakan leverage yaitu Debt Ratio yang
diukur dengan membandingkan antara total hutang dengan total aktiva mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kesimpulan ini didasarkan pada hasil pengujian secara parsial dengan menggunakan Uji t
dimana Kebijakan Leverage memiliki nilai signifikan sebesar 0,048 kurang dari tingkat signifikan 0,05. Hal ini berarti apabila kemampuan
perusahaan LQ45 dalam menggunakan hutang untuk membelanjai kebutuhan dana perusahaan mengalami peningkatan atau penurunan, maka
nilai perusahaan tersebut akan mengalami perubahan secara signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan dari penelitian sebelumnya
oleh Jensen 1986 dalam Soliha dan Taswan 2002: 6 yang menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan
penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia, dengan demikian akan
meningkatkan nilai perusahaan. Kebijakan Dividen secara parsial juga memiliki pengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini di tunjukkan dari hasil Uji t dengan nilai signifikan sebesar 0,009 kurang dari tingkat signifikan 0,05.
Hal ini membuktikan bahwa jika perusahaan membagikan keuntungan
berupa dividen kepada para pemegang saham, maka akan meningkatkan nilai perusahaan di mata investor. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Gultom dan Syarif 2008 yang menyatakan bahwa pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan tidak signifikan. Tetapi hasil
penelitian ini sesuai dengan Sujoko dan Soebiantoro 2007 yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara kebijakan dividen
dengan nilai perusahaan. Dari segi teori, hasil penelitian ini sesuai dari Signaling Theory yang menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan
suatu “sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan mendatang.
Sebaliknya, suatu penurunan deviden atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal diyakini oleh investor sebagai suatu sinyal bahwa
perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang. Price Earning Ratio secara parsial tidak berpengaruh nilai
perusahaan. Hal ini di tunjukkan dari hasil Uji t dengan nilai signifikan sebesar 0,125 lebih besar dari tingkat signifikan 0,05. Hasil ini sesuai
dengan penelitian Saptadi 2007 bahwa PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham mungkin disebabkan karena PER lebih
banyak berhubungan dengan faktor lain di luar harga saham seperti tindakan Profit Taking ambil untung yang dilakukan investor ketika
harga saham mengalami kenaikan atau penurunan, karena ketidakpastian kondisi ekonomi dan politik, serta karena sentimen dari pasar bursa itu
sendiri, karena Price Earning Ratio PER merupakan harapan investor
terhadap kinerja suatu perusahaan yang dinyatakan dalam rasio. Kesediaan investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung kepada prospek
perusahaan. PER tidak mempunyai makna apabila perusahaan mempunyai laba yang sangat rendah atau menderita kerugian, dalam keadaan ini PER
perusahaan akan begitu tinggi atau bahkan negatif. Selain itu, hal ini mungkin terjadi disebabkan karena para investor kurang memperhatikan
variabel PER dalam memperhitungkan harga saham yang dimiliki perusahaan.
4.7. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu