PENGARUH KEBIJAKAN LEVERAGE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh : ENY CAHYANINGSIH

0613010195/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

PENGARUH KEBIJAKAN LEVERAGE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan

ENY CAHYANINGSIH 0613010195 / FE / EA

Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh :

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi Tanggal : ………

Mengetahui, Ketua Progdi Akuntansi

Dr. Sri Trisnaningsih, MSi NIP. 030 217 167


(3)

PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Yang diajukan

ENY CAHYANINGSIH 0613010195 / FE / EA disetujui untuk ujian lisan oleh :

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Endah Susilowati, MSi Tanggal : ………

Mengetahui,

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi NIP. 030 194 437


(4)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penulisan Skripsi ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas sebagai mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

4. Ibu Dra. Ec. Endah Susilowati, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan penulisan ini.

5. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah mendidik penulis selama menjadi mahasiswi. 6. Bapak dan Ibu yang telah memberi semangat dan doa serta kasih sayang,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan Rahmat-Nya yang berlipat ganda, Amin.


(5)

ii

umumnya, serta bagi mahasiswa Program Studi Akuntansi khususnya.

Surabaya, 20 April 2010


(6)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ……… i

DAFTAR ISI... ……… iii

DAFTAR TABEL ... ……… viii

DAFTAR GAMBAR... ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ……… x

ABSTRAK ... ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL ... 13

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 13

2.2. Kajian Teori ... 15

2.2.1...Pasar Modal ... 15

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal ... 15

2.2.1.2. Manfaat Pasar Modal ... 16


(7)

iv

Akuntansi Keuangan ... 17

2.2.2.3. ...Hasil Akuntansi Keuangan ... 18

2.2.3. Laporan Keuangan ... 19

2.2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 19

2.2.3.2. Arti Penting Laporan Keuangan ... 20

2.2.3.3. Tujuan Laporan Keuangan ... 22

2.2.3.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan . 24 2.2.3.5. Asumsi Dasar Laporan Keuangan ... 25

2.2.3.6. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 26

2.2.3.7. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan ... 27

2.2.4. Saham ... 30

2.2.4.1. Pengertian Saham ... 30

2.2.4.2. Jenis-Jenis Saham ... 30

2.2.4.3. Kelebihan dan Kelemahan Saham ... 32

2.2.4.4. Karakteristik Saham ... .... 33

2.2.4.5. Indeks LQ 45 ... 33

2.2.5. Rasio Keuangan ... 34


(8)

v

2.2.5.2. Pengertian Analisis Rasio Keuangan ... 35

2.2.5.3. Pemakai Rasio Keuangan ... 35

2.2.5.4. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 36

2.2.6. Kebijakan Leverage ... 43

2.2.7. Kebijakan Dividen ... 47

2.2.8. Price Earning Ratio (PER) ... 51

2.2.9. Nilai Perusahaan ... 51

2.3...Kerang ka Pikir ... 53

2.3.1. Kebijakan Leverage terhadap Nilai Perusahaan ... 53

2.3.2. Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan ... 54

2.3.3. Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan ... 56

2.4. Diagram Hipotesis ... 57

2.5. Hipotesis ... 58

BAB III METODE PENELITIAN ... 59

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 59

3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 62

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.3.1. Sumber dan Jenis Data ... 64

3.3.2. Pengumpulan Data ... 64


(9)

vi

3.6.1 Teknik Analisis ... 67

3.6.2. Uji Hipotesis ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 70

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 70

4.1.1. Sejarah Umum PT. Astra Agro Lestari Tbk ... 70

4.1.2. Sejarah Umum PT. Astra International Tbk ... 71

4.1.3. Sejarah Umum PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk ... 71

4.1.4. Sejarah Umum PT. Berlian Laju Tanker Tbk ... 72

4.1.5. Sejarah Umum PT. Bumi Resources Tbk ... 73

4.1.6. Sejarah Umum PT. Indofood Sukses Makmur Tbk ... 74

4.1.7. Sejarah Umum PT. International Nicker Indonesia Tbk ... 75

4.1.8. Sejarah Umum PT. Medco Energi International Tbk ... 75

4.1.9. Sejarah Umum PT. PP Londo Sumatra Indonesia Tbk ... 76

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 77

4.2.1. Variabel Kebijakan Leverage ... 77


(10)

vii

4.2.3. Variabel Price Earning Ratio ... 82

4.2.4. Variabel Nilai Perusahaan ... 83

4.3. Uji Kualitas Data ... 85

4.3.1. Uji Normalitas ... 85

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 87

4.5. Analisis dan Uji Hipotesis ... 89

4.5.1. Persamaan Regresi... 90

4.5.2. Koefisien Determinasin (R Square) ... 92

4.5.3. Hasil Pengujian Hipotesis... 92

4.5.3.1. Uji Kecocokan Model ... 92

4.5.3.2. Uji t ... 93

4.6. Analisis Hasil Penelitian ... 96

4.7. Perbedaan Hasil Penelitian Sekarang Dengan Penelitian Terdahulu ... 99

4.8. Keterbatasan Penelitian ... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1. Kesimpulan... 102

5.2. Saran ... 102


(11)

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Neraca Perusahaan Manufaktur ... 27

Gambar 2.2. Bentuk Laporan Laba Rugi ... 28

Gambar 2.3. Bentuk Laporan Ekuitas Pemilik ... 29

Gambar 2.4. Bentuk Laporan Arus Kas ... 29


(13)

x

Lampiran 3 : Perhitungan Price Earning Ratio Periode 2005-2008 Lampiran 4A : Perhitungan Nilai Perusahaan Periode 2005-2008 Lampiran 4B : Perhitungan dengan menggunakan 36 Data Lampiran 4C : Perhitungan dengan menggunakan 34 Data Lampiran 5 : Uji Normalitas dan Uji Outlier

Lampiran 6 : Asumsi Klasik Lampiran 7 : Koefisien Regresi Lampiran 8 : Uji Hipotesis


(14)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel:

1.1. : Data Nilai Perusahaan (PBV) pada perusahaan LQ45... 4

1.2. : Data Kebijakan Leverage (Debt Ratio) pada perusahaan LQ45... 6

1.3. : Data Kebijakan Dividen (Dividend Yield Ratio) pada perusahaan LQ45... 8

1.4. : Data Price Earning Ratio pada perusahaan LQ45... 9

4.1. : Deskripsi variabel Kebijakan Leverage pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 ... 78

4.2. : Deskripsi variabel Kebijakan Dividen pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 ... 80

4.3. : Deskripsi variabel Price Earning Ratio pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 ... 82

4.4. : Deskripsi variabel Nilai Perusahaan pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di BEI Tahun 2005-2008 ... 84

4.5 : Hasil Uji Normalitas Putaran Pertama ... 85

4.6. : Hasil Uji Normalitas Putaran Kedua ... 86

4.7. : Hasil Uji Autokorelasi ... 88

4.8. : Hasil Uji Mulitikolinieritas ... 88

4.9. : Hasil Uji Heteroskedastisitas... 89

4.10. : Koefisien Regresi ... 90

4.11. : Koefisien Determinasi ... 92

4.12. : Uji F... 93


(15)

xi Oleh :

ENY CAHYANINGSIH

Abstrak

Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam mengelola keuangan dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan adalah dengan melihat nilai perusahaan. Nilai perusahaan tercemin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Dalam hal ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan leverage, kebijakan dividen, dan price earning ratio.

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik dokumentasi. Untuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan leverage, kebijakan dividen, dan price earning ratio. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 9 perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005 – 2008. Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, dan untuk menguji hipótesis digunakan teknik análisis regresi linier berganda.

Hasil pengujian yang diperoleh bahwa kebijakan leverage secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan telah terbukti kebenarannya dan kebijakan dividen secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan juga teruji kebenarannya, sedangkan price earning ratio tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak teruji kebenarannya.

Keyword : Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen, Price Earning Ratio dan Nilai Perusahaan


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia usaha membawa perubahan pasar yang semakin meningkatkan persaingan. Memasuki pasar bebas, persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan yang ada semakin ketat. Kondisi demikian menuntut perusahaan untuk selalu mengembangkan strategi yang tepat agar perusahaan dapat terus bertahan dan mampu bersaing dengan perusahaan yang lain. Keadaan ini membuat banyak perusahaan yang tidak mempunyai kekuatan akan mengalami kebangkrutan karena kalah dalam persaingan (www.google.co.id).

Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam mengelola keuangan dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan adalah dengan melihat nilai perusahaan (Husnan, 1994: 6).

Tujuan yang diperhitungkan oleh perusahaan adalah untuk memaksimalkan kemakmuran (kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham atau maximization wealth of stockholders dengan cara


(17)

memaksimalkan nilai perusahaan yang dapat ditempuh dengan memaksimalkan nilai sekarang atau present value semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh di masa depannya (Sartono, 2001: 8).

Nilai perusahaan diartikan sebagai harga yang tersedia dibayar oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual. Nilai perusahaan tercemin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan (Nirawati, 2003: 105). Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran (kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai.

Memasuki pekan kedua Maret 2010, emiten yang memiliki basis pasar dalam negeri mengalami kenaikan tertinggi di antara emiten LQ 45. Hingga saat ini ekspektasi investor masih tertuju pada pertumbuhan ekonomi nasional, yang diperkirakan masih akan ditopang konsumsi domestik. Sementara ekspor nasional masih agak sulit untuk bertumbuh secara signifikan, karena negara- negara tujuan utama seperti AS dan Eropa belum pulih dari dampak resesi ekonomi. Kondisi tersebut menyiratkan terjadinya perubahan, yakni mulai ditinggalkannya saham-saham komoditas


(18)

3

yang selama ini menjadi pilihan investor. Investor sudah melihat hal tersebut dan mereka mulai melakukan akumulasi beli terhadap saham LQ 45 yang memiliki pangsa pasar domestik,” kata Kepala Riset Paramitra Alfa Securities di Jakarta, Selasa, 9 Maret 2010. “Saham dari emiten yang selama ini berorientasi ekspor mulai drop, dan agak sedikit sulit meningkatkan pasar mereka, karena pasar utama mereka seperti AS dan Eropa masih belum pulih,” ujar Pardomuan selaku Kepala Riset Paramitra Alfa Securities (http://bataviase.co.id/node/125522).

Penulis dalam penelitian ini memilih perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian karena perusahaan yang termasuk dalam perusahaan LQ 45 merupakan perusahaan terpilih berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pihak Bursa Efek Indonesia. Pemilihan perusahaan LQ 45 dikarenakan perusahaan ini juga mempunyai kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan yang bagus serta merupakan saham yang paling likuid di Bursa Efek Indonesia (http://kontan.co.id/investasipemula).

Selama tahun 2005 sampai dengan 2008, sebagian nilai perusahaan LQ 45 dalam penelitian ini mengalami penurunan dan sebagian lagi mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :


(19)

Tabel 1.1. : Nilai perusahaan (PBV) Perusahaan LQ 45 dengan satuan kali

Nama Perusahaan Tahun PriceValue Book    Keterangan 

2005 2,94 -

2006 7,22 Naik

2007 10,86 Naik

PT. Astra Agro Lestari, Tbk

2008 2,99 Turun

2005 2,02 -

2006 2,84 Naik

2007 4,10 Naik

PT. Astra Internasional, Tbk

2008 1,29 Turun

2005 1,97 -

2006 3,51 Naik

2007 4,33 Naik

PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk

2008 0,40 Turun

2005 2,15 -

2006 2,31 Naik

2007 3,32 Naik

PT. Berlian Laju Tanker, Tbk

2008 0,45 Turun

2005 6,39 -

2006 5,39 Turun

2007 11,01 Naik

PT. Bumi Resources, Tbk

2008 1,02 Turun

2005 2,00 -

2006 2,59 Naik

2007 3,38 Naik

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

2008 0,96 Turun

2005 10,39 -

2006 20,29 Naik

2007 73,25 Naik

PT Internasional Nikel Indonesia, Tbk

2008 1,15 Turun

2005 2,20 -

2006 2,28 Naik

2007 3,40 Naik

PT. Medco Energi Indonesia, Tbk

2008 0,77 Turun

2005 2,87 -

2006 5,37 Naik

2007 6,28 Naik

PT. PP London Sumatra, Tbk

2008 1,25 Turun


(20)

5

Berdasarkan Tabel 1.1, semua price book value perusahaan LQ 45 pada tahun 2008 mengalami penurunan. Perusahaan yang mengalami penurunan paling tinggi pada tahun 2008 adalah PT. Internasional Nickel Indonesia, Tbk sebesar 1,15 dan yang paling rendah pada tahun 2008 adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar 0,96. Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah perusahaan yang mengalami penurunan nilai perusahaan. Bila nilai perusahaan yang mengalami penurunan ini tidak diperbaiki, maka akan menurunkan kredibilitas perusahaan di mata investor (www.google.co.id).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kebijakan leverage, kebijakan dividen dan price earning ratio, digunakan ketiga variabel dalam penelitian ini karena ketiga variabel tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan.

Menurut Sutrisno (2001: 248), kebijakan leverage adalah kebijakan yang menentukan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibiayai oleh hutang. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan.

Hutang adalah instumen yang sangat sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Semakin tinggi proporsi hutang akan meningkatkan harga saham perusahaan. Dengan semakin tinggi harga saham perusahaan berarti nilai perusahaan akan meningkat. Namun bila mempertimbangkan kemungkinan munculnya biaya kepailitan atau manfaat yang diperoleh dari


(21)

penggunaan hutang lebih kecil dari biaya yang ditimbulkannya, maka peningkatan hutang akan menyebabkan turunnya nilai perusahaan (Soliha dan Taswan, 2002: 1).

Selama tahun 2005 sampai dengan 2008, sebagian kebijakan leverage yang diwakili debt ratio pada perusahaan LQ 45 dalam penelitian ini mengalami penurunan dan sebagian lagi mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2. : Kebijakan Leverage (Debt Ratio) Perusahaan LQ 45 Debt Ratio (%)

No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 1 PT. Astra Argo Lestari, Tbk 15,30 18,81 21,49 18,15 2 PT. Astro Internasional, Tbk 37,20 54,37 49,61 49,74 3 PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 60,58 63,97 44,64 47,43 4 PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 74,61 61,84 83,96 76,39 5 PT. Bumi Resources, Tbk 85,67 85,27 50,28 59,73 6 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 67,90 65,29 63,26 66,76 7 PT. Internasional Nikel Indonesia, Tbk 22,49 20,73 26,53 17,46 8 PT. Medco Energi Indonesia, Tbk 59,07 64,29 70,28 62,36 9 PT. PP London Sumatra, Tbk 56,77 54,91 41,22 35,04 Sumber : www.idx.co.id, diolah

Berdasarkan tabel 1.2, kebijakan leverage tertinggi tahun 2005 dan 2006 adalah rasio hutang PT. Bumi Resources, Tbk sebesar 85,67% dan 85,27%. Sedangkan rasio hutang tertinggi tahun 2007 dan 2008 adalah rasio hutang PT. Berlian Laju Tanker,Tbk sebesar 83,96% dan 76,39 %. Menurut Sutrisno (2001: 248-249) rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Semakin besar tingkat leverage perusahaan menunjukkan semakin besar jumlah hutang yang digunakan dan semakin besar pula resiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan terutama apabila kondisi perekonomian memburuk. Pada


(22)

7

dasarnya kreditor lebih menyukai debt ratio yang rendah sebab tingkat keamanan dananya lebih baik (Sutrisno, 2001: 248-249), tetapi rasio hutang perusahaan LQ 45 cenderung meningkat dan berfluktuasi. Kondisi debt ratio perusahaan LQ45 tersebut tidak sesuai dengan pendapat Sutrisno. Hal ini yang menjadi perhatian bagi penulis, sehingga penulis tertarik untuk meneliti variabel debt ratio sebagai variabel dalam penelitian ini.

Menurut Sartono (2001: 281), kebijakan dividen adalah kebijakan yang memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang. Dalam kebijakan dividen ini perlu diperhatikan harapan hasil dari para investor, akan tetapi harus mempertimbangkan juga adanya kebutuhan dana untuk membelanjai rencana-rencana investasi demi perkembangan perusahaan.

Pembayaran dividen yang lebih besar kepada pemegang saham akan meningkatkan harga saham perusahaan. Semakin meningkat harga saham perusahaan berarti semakin meningkat pula nilai perusahaan. Namun pada titik tertentu pembayaran dividen yang semakin besar akan mengurangi kemampuan perusahaan berinvestasi sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan dan menurunkan harga saham. Menurunnya harga saham merupakan menurunnya nilai perusahaan (Sartono, 2001: 281).


(23)

Selama tahun 2005 sampai dengan 2008, sebagian kebijakan dividen yang diwakili dividend yield ratio pada perusahaan LQ 45 dalam penelitian ini mengalami penurunan dan sebagian lagi mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.3. : Kebijakan Dividen (Dividend Yield Ratio) Perusahaan LQ 45 Dividend Yield Ratio (%)

No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 1 PT. Astra Argo Lestari, Tbk 6,63 1,83 n.a n.a 2 PT. Astro Internasional, Tbk 4,31 1,85 n.a n.a 3 PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 2,17 1,55 0,73 3,46 4 PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 1,92 2,30 1,89 0,86 5 PT. Bumi Resources, Tbk 1,32 3,67 n.a 5,60 6 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 0,55 2,59 n.a n.a 7 PT. Internasional Nikel Indonesia, Tbk 5,67 14,66 0,22 n.a 8 PT. Medco Energi Indonesia, Tbk 3,26 0,15 n.a 8,78 9 PT. PP London Sumatra, Tbk 2,54 n.a n.a n.a Sumber : www.idx.co.id, diolah

Berdasarkan Tabel 1.3, kebijakan dividen tertinggi pada tahun 2005 adalah PT. Astra Argo Lestari, Tbk sebesar 6,63 %, tahun 2006 adalah PT. Internasional Nikel Indonesia, Tbk sebesar 14,66%, tahun 2007 adalah PT. Berlian Laju Tanker, Tbk sebesar 1,89%, tahun 2008 adalah PT. Medco Energi Indonesia, Tbk sebesar 8,78%. Sedangkan PT. PP London Sumatra, Tbk sebagai perusahaan yang tidak membagikan dividen (n.a) selama tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2006, tahun 2007 dan tahun 2008. Pembayaran dividen yang lebih besar kepada pemegang saham akan meningkatkan harga saham perusahaan. Semakin meningkat harga saham perusahaan berarti semakin meningkat pula nilai perusahaan.

Menurut Moin (2004: 210), Price earning ratio merupakan rasio yang membandingkan antara harga per lembar saham dengan laba per


(24)

9

saham yang diperoleh pemilik perusahaan. Price earning ratio memberi indikasi terhadap tingkat pertumbuhan perusahaan di masa akan datang. Semakin tinggi price earning ratio semakin tinggi harapan tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin prospektif perusahaan.

Selama tahun 2005 sampai dengan 2008, price earning ratio pada perusahaan LQ 45 dalam penelitian ini cenderung mengalami peningkatan seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.4. : Price Earning Ratio Perusahaan LQ 45

Price Earning Ratio

No Nama Perusahaan

2005 2006 2007 2008 1 PT. Astra Argo Lestari, Tbk 9,76 25,20 22,35 5,86 2 PT. Astro Internasional, Tbk 7,57 17,12 16,96 4,65 3 PT. Bakrie Sumatra Plantations, Tbk 8,30 13,86 32,50 5,65 4 PT. Berlian Laju Tanker, Tbk 6,71 6,00 14,56 1,71 5 PT. Bumi Resources, Tbk 12,06 8,70 15,67 2,50 6 PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk 70,00 19,29 24,76 7,88 7 PT. Internasional Nikel Indonesia, Tbk 4,96 6,64 86,56 4,89 8 PT. Medco Energi Indonesia, Tbk 14,30 31,98 271,05 2,03 9 PT. PP London Sumatra, Tbk 9,08 29,73 25,79 4,30 Sumber : www.idx.co.id, diolah

Berdasarkan tabel 1.4, price earning ratio tertinggi pada tahun 2005 adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar 70,00, tahun 2006 dan 2007 adalah PT. Medco Energi Indonesia sebesar 31,98 dan 271,05, sedangkan tahun 2008 adalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk sebesar 7,88. Hal ini menujukkan bahwa tingkat pertumbuhan perusahaan di masa datang sangat bagus. Semakin tinggi price earning ratio semakin tinggi harapan tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin prospektif perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang tumbuh lebih cepat atau mempunyai risiko yang lebih kecil akan memiliki rasio harga laba yang


(25)

lebih tinggi daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat atau perusahaan dengan resiko lebih besar (Moin, 2004: 140).

Berbagai penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan telah dilakukan dan menunjukkan hasil yang beragam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Soliha dan Taswan (2002) menunjukkan bahwa kebijakan leverage berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut tidak sesuai dengan penelitian Sujoko dan Soebiantoro (2007) yang membuktikan bahwa kebijakan leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian yang dilakukan Taswan (2003) membuktikan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Gultom dan Syarif yang membuktikan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Price Earning Ratio Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.


(26)

11

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut: Apakah kebijakan leverage, kebijakan dividen dan price earning ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris serta menganalisis dan mengetahui Apakah kebijakan leverage, kebijakan dividen dan price earning ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis berharap supaya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada:

1. Perusahaan

Saran dan kesimpulan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pada pihak manajer dalam penetapan kebijakan leverage, kebijakan deviden dan price earning ratio terhadap nilai perusahaan.


(27)

2. Peneliti

Sebagai suatu karya ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan serta untuk mengembangkan dan menerapkan teori yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi dan juga untuk memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan materi.

3. Akademisi

Digunakan referensi bagi penelitian lain dengan materi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti oleh penulis.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN MODEL

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak-pihak lain yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dan bahan kajian berkaitan dengan penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Gultom dan Syarif (2008) mengenai “Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividend dan Earning Per Share terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan variabel Leverage Ratio, Dividend Payout Ratio dan Earning Per Share sebagai variabel bebas dan nilai perusahaan sebagai variabel terikat. Tujuan penelitian yaitu untuk menguji apakah Leverage Ratio, Dividend Payout Ratio dan Earning Per Share berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel Leverage Ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel Dividend Payout Ratio dan Earning Per Share tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Euis Soliha dan Taswan (2002) melakukan penelitan mengenai “Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Penelitian ini menggunakan variabel kepemilikan manajerial, tingkat profitabilitas perusahaan,


(29)

ukuran perusahaan dan kebijakan hutang sebagai variabel bebas, sedangkan nilai perusahaan sebagai variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kebijakan hutang, kepemilikan manajerial, tingkat profitabilitas dan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa variabel kebijakan hutang mempunyai pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, variabel kepemilikan manajerial mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga dengan variabel tingkat profitabilitas dan ukuran perusahaan yang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Taswan (2003) mengenai “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Penelitian ini meggunakan variabel insider ownership, kebijakan hutang, kebijakan dividen, dan risiko bisnis sebagai variabel bebas, sedangkan nilai perusahaan sebagai variabel terikat. Berdasarkan hasil analisi menunjukkan bahwa kebijakan diveden berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan hutang dan insider ownership berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan risiko bisnis tidak signifikan mempengaruhi kebijakan hutang.

Penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan sekarang ini terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaan penelitian ini dengan


(30)

15

penelitian terdahulu yaitu terletak pada jenis perusahaan dan dimensi waktu penelitian.

Persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah menggunakan variabel-variabel yang mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Penelitian terdahulu hanya dipakai sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang mendukung penelitian ini.

2.2. Kajian Teori 2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal

Menurut Sunariyah (2003: 4) pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantar di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Sedangkan menurut Tandelilin (2003: 13) pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memilik kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat terjadinya jual-beli sekuritas disebut bursa efek.


(31)

Jadi bursa efek dalam arti sebenarya adalah suatu sistem yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan pembeli sekuritas secara langsung atau melalui wakil-wakilnya.

2.2.1.2. Manfaat Pasar Modal

Manfaat pasar modal menurut Sunariyah (2003: 7) antara lain:

a. Menyediakan sumber pembiayaan (jangka panjang) bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal.

b. Penyebaran kepemilikan badan usaha sampai lapanagn masyarakat menengah.

c. Memberikan kesempatan memiliki badan usaha yang sehat dan mempunyai prospek.

d. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan risiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas , dan diversifikasi investasi.

2.2.2. Akuntansi Keuangan

2.2.2.1. Pengertian Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan adalah sistem pengakumulasian, pemrosesan, dan pengkomunikasian yang didisain untuk informasi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan investasi dan kredit oleh pemakai eksternal. Informasi akuntansi keuangan dikomunikasikan melalui


(32)

17

laporan keuangan yang dipublikasikan dan dibatasi oleh beberapa ketentuan Standar Akuntansi Keuangan (Hanafi, 2003: 29).

Sedangkan menurut Anggawirya, (2000: 8), Akuntansi Keuangan adalah akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan untuk memenuhi kepentingan pihak luar perusahaan, seperti pemegang saham / pemilik, pemberi pinjaman pihak luar perusahaan lainnya. Informasi keuangan disajikan dalam laporan keuangan. Penyelenggaraan akuntansi keuangan harus sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku Umum di Indonesia.

Menurut Yadiati dan Wahyudi (2006: 10) Akuntansi keuangan merupakan bidang akuntansi yang berkaitan dengan bagaimana pencatatan dan penyusunan laporan keuangan dari satu kesatuan unit usaha yang berpedoman pada prinsip – prinsip akuntansi yang umum (GAAP) dan disebut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) di Indonesia.

2.2.2.2. Tujuan Akuntansi Keuangan

Tujuan akuntansi keuangan adalah memberikan informasi kuantitatif tentang suatu perusahaan yang berguna bagi pemakai khususnya pemilik dan kreditur dalam proses pengambilan keputusan. Tujuan ini termasuk memberikan informasi yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas manajemen dalam memenuhi tanggungjawab manajemen (Harahap, 2002: 139).


(33)

Menurut Mardiasmo (2000: 6) akuntansi keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak ekstern perusahaan. Selanjutnya, Mulyadi (2007: 2) mengemukakan bahwa pihak ekstern perusahaan dapat meliputi pemegang saham, kreditur, pelanggan, para analisis keuangan, karyawan, dan berbagai instansi pemerintah. Sebagai contoh adalah seorang pemegang saham menghadapi dua alternatif apakah ia akan membeli saham dalam perusahaan tertentu dalam perusahaan lain, sedangkan instansi pemerintah memerlukan informasi laba yang diperoleh perusahaan untuk menetapkan jumlah pajak penghasilan yang menjadi kewajiban perusahaan. Dengan demikian jelas bahwa informasi keuangan diperlukan oleh pihak luar sebagai petunjuk dalam mengambil keputusan berdasarkan hubungan mereka dengan perusahaan yang bersangkutan.

2.2.2.3. Hasil Akuntansi Keuangan

Menurut Mulyadi (2007: 5 – 6) akuntansi keuangan menghasilkan laporan keuangan periodik yang pada umumnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba yang ditahan, dan laporan perubahan posisi keuangan. Laporan ini berisi informasi ringkas posisi keuangan pada tanggal tertentu, hasil usaha, perubahan laba yang ditahan, dan perubahan posisi keuangan untuk periode tertentu, karena laporan tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar maka informasi


(34)

19

yang disajikan didalamnya bersifat ringkas dan mengenai kondisi perusahaan secara keseluruhan.

2.2.3. Laporan Keuangan

2.2.3.1. Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009, hal 1-2, paragraph 7) adalah: ”Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, seperti laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”.

Menurut Djarwanto (2004: 5), laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkas dengan cara yang setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan penafsiran untuk berbagai tujuan. Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan informasi keuangan dari suatu perusahaan


(35)

yang telah dicatat, digolongkan, dan diringkas secara tepat yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan.

2.2.3.2. Arti Penting Laporan Keuangan

Laporan keuangan pada mulanya bagi suatu perusahaan, hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002: 1).

Laporan keuangan memberikan input atau info yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009, hal 3, paragraf 14), Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pengguna yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi. Pengguna laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009, hal 2, paragraf 9) meliputi:


(36)

21

a. Investor

Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

b. Karyawan

Mereka tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan kreditor usaha lainnya

Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau tergantung pada perusahaan.


(37)

f. Pemerintah

Pemerintah membutuhkan informasi untuk mengukur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijaksanaan pajak, dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, misalnya perusahaan memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya jangka pendek, struktur modal perusahaan, distribusi daripada aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar serta nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan (Munawir, 2002: 5).

2.2.3.3. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Kieso (2006: 6), tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan :

a. Informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit. b. Informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan.


(38)

23

c. Informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya.

Menurut Munawir (2002: 6), laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara periodik yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan.

Tujuan umum laporan keuangan menurut Suwaldiman (2005: 48) terdiri dari lima tujuan, antara lain:

1. Untuk memberikan informasi laporan keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan.


(39)

2.2.3.4. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna laporan keuangan. Dalam SAK (2009, hal 5-8, paragraf 24), ada empat karakteristik kualitatif laporan keuangan:

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu. c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.


(40)

25

d. Dapat diperbandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (tren) posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.2.3.5. Asumsi Dasar Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009, hal 5, paragraf 22), penyusunan dan penyajian laporan keuangan mendasarkan diri pada dua asumsi dasar, yaitu dasar akrual dan kelangsungan usaha.

a. Dasar Akrual

Dasar akrual ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau diabayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalm laporan keuangan pada periode yang bersangkutan.

b. Kelangsungan Usaha

Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan, yang berarti perusahaan akan tetap melanjutkan usahanya di masa depan.


(41)

2.2.3.6. Jenis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2008: 8-9), pada dasarnya laporan keuangan dibagi menjadi :

1. Neraca

Neraca adalah laporan yang menunjukkan jumlah aktiva, kewajiban dan modal perusahaan pada periode tertentu.

2. Laporan Laba-Rugi

Laporan laba rugi adalah laporan yang menunjukkan jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang dikeluarkan dalam suatu periode tertentu.

3. Laporan Perubahan Modal

Laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya.


(42)

27

2.2.3.7. Bentuk Laporan Keuangan

Sumber : Carter dan Usry, 2006: 101

Gambar 2.1.

Neraca perusahaan manufaktur

NEW HOPE MANUFACTURING COMPANY Neraca

31 Desember 20… Aktiva Aktiva lancar :

Kas xxx

Surat-surat berharga xxx

Piutang usaha xxx

Persediaan :

Barang jadi xxx

Barang dalam proses xxx

Bahan baku xxx xxx

Beban dibayar di muka xxx

Total aktiva lancar xxx

Aktiva tetap :

Tanah xxx

Bangunan xxx

Mesin dan peralatan xxx xxx

Dikurangi akumulasi penyusutan xxx

Sumber : Carter dan Usry, 2004: 106

Gambar 2.1

Neraca perusahaan manufaktur

xxx

Total aktiva tetap xxx

Total aktiva xxx

Kewajiban Kewajiban lancar :

Utang usaha xxx

Estimasi uatng pajak penghasilan xxx Utang jangka panjang jatuh tempo xxx

Total kewajiban lancar xxx

xxx

Utang jangka panjang

Total kewajiban xxx

Ekuitas Pemegang Saham

Saham biasa xxx

Laba ditahan xxx

Total ekuitas pemegang saham xxx


(43)

NEW HOPE MANUFACTURING COMPANY Laporan Laba Rugi

Untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 20…

Penjualan xxx

Dikurangi harga pokok penjualan:

Bahan baku, 1 Des 20.. xxx

Pembelian xxx

Bahan baku tersedia untuk digunakan xxx Dikurangi:

Bahan baku tidak langsung xxx xxx

Sumber : Carter dan Usry, 2004: 104

Gambar 2.2

Bentuk Laporan Laba rugi

Bahan baku, 31 Des 20.. (xxx)

Bahan baku yang digunakan xxx

Tenaga kerja langsung xxx

Overhead pabrik xxx

Persediaan barang dlm proses, 1 Des 20.. xxx xxx

Persediaan barang dlm proses, 31 Des 20.. (xxx)

Harga Pokok Produksi xxx

Persediaan barang jadi, 1 Des 20.. xxx

Barang tersedia dijual xxx

Persediaan barang jadi, 31 Des 20.. (xxx)

Harga pokok penjualan (xxx)

Laba Kotor xxx

Dikurang beban komersial :

Beban pemasaran xxx

xxx

Beban administratif (xxx)

Laba operasi xxx

Dikurangi porsi pajak penghasilan (xxx)


(44)

29

NEW HOPE MANUFACTURING COMPANY Laporan Ekuitas Pemilik

Untuk Bulan yang berakhir 31 Desember 20… Modal New Hope, 1 Desember 20...xxx Investasi pada 1 Desember 20…...xxx

Laba bersih bulan Desember...xxx

xxx

Dikurang penarikan...(xxx)

Kenaikan New Hope, 31 Desember 20...xxx Modal New Hope, 31 Desember 20...xxx        

Sumber : Niswonger, 1999: 20 

Gambar 2.3

Bentuk Laporan Ekuitas Pemilik

NEW HOPE MANUFACTURING COMPANY Laporan Arus Kas

Untuk Bulan yang berakhir 31 Desember 20…

Arus kas dari aktivitas operasi :

Kas yang diterima dari pelanggan...xxx Dikurangi pembayaran kas untuk

Beban dan pembayaran kepada debitur...xxx Arus bersih dari aktivitas operasi...xxx Arus kas dari aktivitas investasi :

Pembayaran untuk akuisisi tanah...(xxx) Arus kas dari aktivitas pendanaan :

Kas yang diterima sebagai investasi pemilik...xxx Dikurangi penarikan oleh pemilik...xxx Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan...xxx Arus kas bersih dan saldo kas 31 Desember 2000...xxx  

Sumber : Niswonger, 1999: 20

Gambar 2.4 Bentuk Laporan Arus kas


(45)

2.2.4. Saham

2.2.4.1. Pengertian Saham

Menurut Fakhruddin (2001: 6), saham didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut Riyanto (1997: 240), saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) (Sunariyah, 2006: 127).

2.2.4.2. Jenis-Jenis Saham

Menurut Riyanto (1997: 240-242), jenis-jenis dari saham dibedakan tiga bentuk yaitu :

1. Saham Biasa (Common Stock)

Pemegang saham biasa akan mendapat dividen pada akhir tahun pembukuan, hanya kalau perusahaan tersebut mendapatkan keuntungan. Apabila perusahan tersebut tidak mendapatkan keuntungan atau kalau mendapat kerugian, maka pemegang saham tidak akan mendapat dividen, dan mengenai ini ada ketentuan hukumnya, yaitu bahwa suatu perusahaan yang menderita kerugian, selama kerugian ini belum dapat ditutup, maka selama ini perusahaan tidak diperbolehkan membayar dividen.


(46)

31

2. Saham Preferen (Preferred Stock)

Pemegang saham jenis ini mempunyai beberapa “preferensi” tertentu di atas pemegang saham biasa, yaitu terutama dalam hal:

a. Pembagian dividen

Dividen dari saham preferen diambilkan lebih dahulu, kemudian sisanya barulah disediakan untuk saham biasa (common stock). Dividen saham preferen dinyatakan dalam persentase tertentu dari nilai nominalnya.

b. Pembagian kekayaan

Apabila kekayaan dilikuidasi, maka dalam pembagian kekayaan, saham preferen didahulukan daripada saham biasa.

3. Saham Preferen Kumulatif (Cummulative Preferred-Stock)

Jenis saham jenis ini pada dasarnya adalah sama dengan saham preferen. Perbedaannya hanya terletak pada adanya hak kumulatif pada saham preferen kumulatif. Apabila tidak menerima dividen selama beberapa waktu karena besarnya laba tidak mengijinkan atau karena adanya kerugian, pemegang jenis saham ini di kemudian hari apabila perusahaan mendapatkan keuntungan berhak menuntut dividen-dividen yang tidak dibayarkan di waktu yang terdahulu.


(47)

2.2.4.3. Kelebihan dan Kelemahan Saham

Menurut Fakhruddin (2001: 9) kelemahan berinvestasi dengan sahan, antara lain :

1. Tidak Mendapat Dividen

Pemegang saham tidak akan mendapat pembagian dividen jika perusahaan mengalami kerugian atau tidak mendapat persetujuan pembagian dividen dalam rapat umum pemegang saham.

2. Capital Loss

Kerugian akibat selisih harga beli dan harga jual saham.

Keuntungan bagi pemilik saham meliputi (Fakhruddin, 2001: 7) : 1. Dividen yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan

penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.

2. Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual saham.

3. Saham Bonus (jika ada) merupakan saham yang dibagikan perusahaan kepada para pemegang saham yang diambil dari agio saham. Agio sahan adalah selisih harga jual terhadap harga nominal saham pada saat perusahaan menawarkan di pasar perdana.


(48)

33

2.2.4.4. Karakteristik Saham

Menurut Fakhruddin (2001: 7) saham memiliki beberapa karakteristik, antara lain :

1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham.

3. Memiliki hak terakhir (yunior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi setelah semua kewajibannya dilunasi.

4. Memiliki tanggungjawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya.

5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya.

2.2.4.5. Indeks LQ 45

Indeks harga saham merupakan indikator atau alat ukur paling penting yang menggambarkan pergerakan saham di bursa efek. Bursa efek memiliki lima, yaitu: indeks individual, indeks sektoral, indeks harga saham gabungan, indeks LQ 45, jakarta islamic indeks (www.kontanonline.com).

Indeks LQ 45 terdiri dari 45 saham dengan likuiditas tinggi, yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan, yaitu (www.kontanonline.com) :

1. Tercatat dalam Bursa Efek Indonesia slama 3 bulan.


(49)

terbesar di pasar reguler.

3. Rata-rata kapitalisasi pasar dalam 12 bulan terakhir harus masuk 45 saham tertinggi.

2.2.5. Rasio Keuangan

2.2.5.1. Pengertian Rasio Keuangan

Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2002: 64).

Menurut Harahap (2001: 297), pengertian rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Misalnya antara hutang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya. Rasio keuangan sangat penting dalam melakukan analisa terhadap kondisi keuangan perusahaan.


(50)

35

2.2.5.2. Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau kombinasi dari kedua laporan tersebut (Munawir, 2002: 37).

Menurut Riyanto (2001: 329), analisis rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “Arithmatical Terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.

2.2.5.3. Pemakai Rasio Keuangan

Menurut Syamsudin (1998: 38), pada umumnya ada tiga kelompok yang paling berkepentingan dengan rasio keuangan, yaitu:

a. Para Pemegang Saham dan Calon Pemegang Saham

Mereka menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. Hal ini sangat penting bagi mereka karena tingkat keuntungan ini akan mempengaruhi harga-harga saham yang mereka miliki.

b. Para Kreditor dan Calon Kreditor

Para kreditor umumnya merasa berkepentingan terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditor yang saat ini sudah memberikan pinjaman kepada perusahaan ingin


(51)

mendapatkan suatu jaminan bahwa perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya akan mampu membayar bunga dan pinjaman pokok tepat pada waktunya. Sedangkan calon kreditor lebih menekankan pada struktur finansial dan struktur modal perusahaan. c. Manajemen Perusahaan

Manajemen perusahaan berkepentingan dengan seluruh keadaan keuangan perusahaan karena mereka menyadari bahwa keadaan tersebutlah yang akan dinilai oleh para pemilik perusahaan maupun para kreditor.

2.2.5.4. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Riyanto (1995: 330) penggolongan ratio berdasarkan tujuan analis dalam melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan antara lain sebagai berikut:

1. Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahan untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek. Rasio likuiditas antara lain (Fakhruddin, 2001: 59-60): a. Current ratio

(Fakhruddin, 2001: 59) Current ratio digunakan untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan

Aktiva Lancar Current Ratio =


(52)

37

aktiva lancar yang tersedia. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.

b. Cash Ratio

Utang Lancar

(Fakhruddin, 2001: 60) Cash ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas yang tersedia dan efek yang segera dapat diuangkan.

Kas + Efek Cash Ratio =

c. Quick Ratio

(Fakhruddin, 2001: 60) Quick ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang lebih likuid atau mudah dicairkan.

Aktiva Lancar - Persediaan Cash Ratio =

Utang Lancar

d. Net Working Capital

Net Working Capital = Aktiva Lancar – Utang Lancar

(Fakhruddi, 2001: 60)

Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar di atas utang lancar.


(53)

2. Rasio leverage (leverage ratio) adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansir oleh pihak luar atau dengan kata lain financial leverage menunjukkan proporsi atau penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan. Rasio leverage antara lain (Fakhruddin, 2001: 61) :

a. Debt Ratio

Total Utang

(Sutrisno, 2003: 249) Mengukur jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. Semakin besar debt ratio semakin besar pula risiko yang dihadapi (Fakhruddin, 2001: 61).

Debt Ratio = x 100% Total Aktiva

b. Debt to Equity Ratio

(Sutrisno, 2003: 250) Rasio utang yang diukur dari perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri). Tingkat debt to equity ratio yang aman biasanya kurang dari 50 persen. Semakin kecil debt to equity ratio semakin baik bagi perusahaan (Fakhruddin, 2001: 61).

Total Utang

Debt to Equity Ratio = x 100% Modal


(54)

39

c. Time Interest Earned Ratio

(Sutrisno, 2003: 250) Rasio ini menunjukkan hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dengan beban bunga utang jangka panjang. Time interest earned ratio menggambarkan besarnya jaminan keuntungan untuk membayar bunga utang jangka panjang atau dengan kata lain rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga (Fakhruddin, 2001: 61-61).

Laba sebelum bunga dan pajak Time Interest Earned Ratio =

Beban bunga

d. Fixed Charge Coverage Ratio

(Sutrisno, 2003: 250) EBIT + Bunga + Angsuran Lease Fixed Charge Coverage Ratio =

Bunga + Angsuran Lease

Fixed Charge Coverage Ratio mengukur berapa besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa (Fakhruddin, 2001: 62).

e. Debt Service Ratio

Debt Service Ratio = _____Laba sebelum bunga & pajak_____ Bunga + sewa + Angsuran pokok pinjaman

(1-tarif pajak) (Sutrisno, 2003: 251)


(55)

Debt Sevice Ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman.

3. Rasio aktivitas (activity ratio) adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva. Artinya sejauhmana sumber daya organisasi telah dimanfaatkan secara optimal. Rasio aktivitas antara lain (Fakhruddin, 2001: 62). a. Periode Pengumpulan Piuang

Piutang x 360

(Fakhruddin, 2001: 63) Rasio ini menunjukkan rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan membagi piutang dengan rata-rata penjualan harian.

Periode Pengumpulan Piutang = Penjualan kredit

b. Perputaran Piutang

Penjualan kredit

(Fakhruddin, 2001: 63) Perputaran piutang digunakan untuk menghitung berapa kali dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam setahun.

Perputaran Piutang = Piutang


(56)

41

c. Perputaran Persediaan

(Fakhruddin, 2001: 63) Harga Pokok Penjualan

Perputaran Persediaan =

Rata-rata Persediaan

d. Perputaran Aktiva Tetap

(Fakhruddin, 2001: 63) Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.

Penjualan Perputaran Aktiva Tetap = Aktiva Tetap

e. Perputaran Total Aktiva

(Fakhruddin, 2001: 64) Perputaran aktiva menunjukkan bagaimana efektivitas perusahaan menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba.

Penjualan Perputaran Total Aktiva = Total Aktiva

4. Profitability Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio ini sangat diperhatikan


(57)

oleh calon maupun pemegang saham serta dividen yang akan diterima. Rasio profitabilitas antara lain (Fakhruddin, 2001: 64-66) : a. Gross Profit Margin

Laba kotor Gross Profit Margin = Penjualan

(Fakhruddin, 2001: 64) Mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan.

b. Operating Profit Margin

(Fakhruddin, 2001: 64) Mengukur tingkat laba operasi disbanding dengan volume penjualan.

Laba Operasi Operating Profit Margin = Penjualan

c. Net Profit Margin

(Fakhruddin, 2001: 65) Mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.

Laba setelah pajak Net Profit Margin =

Penjualan

d. Return on Investment (ROI)

Laba setelah pajak Return on Investment = Total Aktiva


(58)

43

Return on Investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktia yang digunakan.

e. Return on Equity (ROE)

Laba setelah pajak Return on Equity =

Modal Sendiri

(Fakhruddin, 2001: 65)

Return on Equity mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Semakin besar proporsi utang maka return on equity juga makin besar.

f. Earning Power

Laba setelah pajak Earning Power =

(Fakhruddin, 2001: 65) Total Aktiva

2.2.6. Kebijakan Leverage

Kebijakan Leverage adalah suatu tindakan yang diambil dalam menentukan sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi yang sudah dianggap layak (Moeljadi, 2006: 235). Kebijakan leverage dihitung dengan menggunakan rasio leverage. Rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang (Riyanto, 1995: 331).

Sutrisno (2003: 227) mengartikan leverage sebagai penggunaan aktiva (asset) atau sumber dana, dan sebagai akibat dari penggunaan


(59)

sumber dana tersebut perusahaan harus membayar biaya tetap. Perusahaan menggunakan leverage dengan tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya asset dan sumber dananya, dengan demikian akan meningkatkan keuntungan pemegang saham. Istilah leverage digunakan untuk menggambarkan kemampuan perusahaan menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan. Dengan memperbesar tingkat leverage berarti tingkat ketidak pastian dari return yang akan diperoleh pemilik perusahaan akan semakin tinggi pula, tetapi pada saat yang bersamaan hal tersebut juga akan memperbesar jumlah return yang akan diperoleh.

Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Semakin besar tingkat leverage perusahaan menunjukkan semakin besar jumlah hutang yang digunakan dan semakin besar pula resiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan terutama apabila kondisi perekonomian memburuk (Sutrisno, 2003: 248-249).

Menurut Sutrisno (2003: 249-251), terdapat lima rasio leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan, yaitu total debt to total asset ratio, debt to equity ratio, time interest earned ratio, fixed charge coverage ratio dan debt service ratio.


(60)

45

1. Total Debt Ratio

Debt ratio merupakan rasio yang mengukur berapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur. Semakin tinggi debt ratio semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan (Syamsuddin, 1998: 54). Kreditor lebih menyukai debt ratio rendah sebab tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik (Sutrisno, 2003: 249).

Rumus yang digunakan untuk menghitung debt ratio yaitu (Sutrisno, 2003: 249) :

Total Hutang

Debt Ratio = x 100% Total Aktiva

2. Debt to Equity Ratio

Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan atau untuk mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan total modal sendiri yang digunakan dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti jumlah modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan jumlah hutangnya. Bagi perusahaan sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi (Sutrisno, 2003: 249).

Rumus yang digunakan untuk menghitung debt to equity ratio yaitu (Sutrisno, 2003: 249-250) :


(61)

Total Hutang

Debt to Equity Ratio = x 100% Total Modal

3. Time Interest Earned Ratio

Time interest earned juga sering disebut “the total interest coverage ratio“ yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban-kewajiban tetap yang berupa bunga. Semakin tinggi rasio ini semakin baik atau dapat dikatakan suatu perusahaan mampu di dalam membayar bunga-bunga atau segala hutang-hutang perusahaan (Syamsuddin, 1998: 56).

Perhitungan time interest earned menggunakan rumus sebagai berikut (Sutrisno, 2003: 250) :

Laba sebelum bunga dan pajak Time Interest Earned =

Beban bunga 4. Fixed Charge Coverage Ratio

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa. Bunga yang dihitung dalam rasio ini adalah beban bunga (Sutrisno, 2003: 250).

Perhitungan fixed charge coverage ratio menggunakan rumus sebagi berikut (Sutrisno, 2003: 250) :

EBIT + Bunga + Angsuran Lease Fixed Charge Coverage Ratio =


(62)

47

5. Debt Service Ratio

Debt service ratio merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhui beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Bunga dan sewa yang dihitung dalam rasio ini adalah beban bunga dan beban sewa (Sutrisno, 2003: 251).

Perhitungan fixed charge coverage ratio menggunakan rumus sebagi berikut (Sutrisno, 2003: 250) :

Debt Service Ratio = _____Laba sebelum bunga & pajak_____ Bunga + sewa + Angsuran pokok pinjaman

(1-tarif pajak) 2.2.7. Kebijakan Dividen

Keputusan dividen merupakan keputusan keuangan yang berkaitan dengan penentuan berapa besarnya laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa yang dibagikan kepada para pemegang saham biasa sebagai dividen dan berapa banyak jumlah yang ditahan. Keputusan keuangan dalam perusahaan akan menghasilkan kebijakan dividen (Warsono, 2003: 271).

Menurut Husnan (1994: 377), kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham, dan berapa banyak yang akan ditahan.

Sutrisno (2003: 303) berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah kebijakan yang memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan


(63)

selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan. Perusahaan yang memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana internal yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Bila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen maka akan memperbesar sumber dana intern dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.

Sartono (2001: 281) mengartikan kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa mendatang.

Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai suatu keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Setiap perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibanding naiknya keuntungan. Artinya dividen baru akan naik jika keuntungan meningkat dengan stabil. Bila dividen sudah naik maka akan diupayakan agar tingkatan itu dapat bertahan. Jika keuntungan merosot, tingkat dividen yang baru itu untuk sementara akan tetap dipertahankan sampai


(64)

49

keuntungan yang diperoleh memang tidak mungkin kembali (Brigham dan Huston, 2006: 69).

Menurut Atmaja (2003: 290), hampir setiap perusahaan cenderung memberikan dividen dengan jumlah yang relatif stabil atau meningkat secara teratur. Kebijakan ini karena: 1) Investor melihat kenaikan dividen sebagai suatu tanda baik bahwa perusahaan memiliki prospek yang cerah di masa mendatang, demikian pula sebaliknya. Hal ini membuat perusahaan lebih senang mengambil jalan aman yaitu tidak menurunkan pembayaran dividen, 2) Investor cenderung menyukai dividen yang tidak berfluktuasi atau dividen yang stabil karena dividen yang berfluktuasi terlalu banyak mengandung risiko.

Perusahaan pada umumnya akan menaikkan dividen hingga suatu tingkatan sampai mereka yakin dapat mempertahankannya di masa mendatang. Artinya jika terjadi kondisi yang buruk sekalipun, perusahaan masih dapat memepertahankan pembayaran dividennya. Kenaikan dividen seringkali menyebabkan kenaikan harga saham, sementara penurunan dividen umumnya menyebabkan penurunan harga saham. Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih menyukai dividen dari pada keuntungan modal (Brigham dan Huston, 2006: 71).

Menurut Warsono (2003: 275), terdapat dua indikator untuk mengukur kebijakan dividen yaitu dengan dividen yield ratio dan dividen payout ratio.


(65)

1. Deviden Yield Ratio

Deviden yield ratio adalah rasio yang menghubungkan dividen yang dibayarkan dengan harga saham biasa (Warsono, 2003: 275). Deviden yield menunjukkan tingkat penghasilan berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan (Fakhruddin, 2001: 67).

Perhitungan Dividen Yield Ratio mengguanakan rumus sebagai berikut (Wild, 2005: 43) :

Dividen per lembar saham

Deviden Yield Ratio = x 100% Harga per lembar saham

2. Deviden Payout Ratio

Deviden payout ratio adalah rasio hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa (Warsono, 2003: 275). Deviden payout ratio menunjukkan besarnya laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Fakhruddin, 2001: 67).

Perhitungan Deviden Payout Ratio mengguanakan rumus sebagai berikut (Wild, 2005: 43) :

Dividen per lembar saham

Deviden Payout Ratio = x 100% Earning per share


(66)

51

2.2.8. Price Earning Ratio

Price earning ratio merupakan rasio yang membandingkan antara harga per lembar saham dengan laba per saham yang diperoleh pemilik perusahaan. Price earning ratio memberi indikasi terhadap tingkat pertumbuhan perusahaan di masa akan datang. Semakin tinggi price earning ratio semakin tinggi harapan tingkat pertumbuhan perusahaan, maka semakin prospektif perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang tumbuh lebih cepat atau mempunyai risiko yang lebih kecil akan memiliki rasio harga laba yang lebih tinggi daripada perusahaan yang pertumbuhannya lambat atau perusahaan dengan risiko lebih besar (Moin, 2004: 140).

Rumus yang digunakan untuk mengukur besarya price earning ratio adalah sebagai berikut (Wild, 2005: 43) :

Harga pasar per lembar saham Price Earning Ratio =

Laba per Saham

2.2.9. Nilai Perusahaan

Husnan (1994: 6) mengartikan nilai perusahaan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon investor seandainya suatu perusahaan akan dijual.

Bagi perusahaan yang menjual sahamnya ke masyarakat (go public), nilai perusahaan adalah harga saham yang diperjualbelikan tersebut. Apabila harga saham meningkat maka nilai perusahaan akan


(67)

semakin tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham atau pemilik perusahaan juga tinggi. Keputusan keuangan yang diambil oleh manajemen perusahaan dikatakan benar apabila bisa meningkatkan nilai perusahaan, karena rahasia keberhasilan dalam manajemen keuangan adalah peningkatan nilai perusahaan (Husnan, 1994: 7).

Nilai perusahaan dapat diukur dengan Price book value (PBV). Price book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku saham. Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham, 1999: 92). Menurut Husnan (2000: 278) semakin tinggi price book value semakin tinggi pula perusahaan dinilai oleh para investor.

Rumus yang digunakan untuk mengukur besarya price book value adalah sebagai berikut (Wild, 2005: 43) :

Harga pasar per lembar saham Price book value =


(68)

53

2.3. Kerangka Pikir

2.3.1. Kebijakan Leverage terhadap Nilai Perusahaan

Sutrisno (2003: 248-249) rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Semakin besar tingkat leverage perusahaan menunjukkan semakin besar jumlah hutang yang digunakan dan semakin besar pula resiko bisnis yang dihadapi oleh perusahaan terutama apabila kondisi perekonomian memburuk.

Menurut Jensen (1986) dalam Soliha dan Taswan (2002: 6) menyatakan bahwa adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, dengan demikian dapat menghindari investasi yang sia-sia. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai tersebut dikaitkan dengan harga saham dan penurunan hutang akan menurunkan harga saham.

Pecking order theory menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal, tetapi jika pendanan eksternal diperlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru (Arifin, 2005: 94).

Sesuai dengan Pecking Order Theory penggunaan hutang sebagai keputusan pendanaan manajer akan sangat mempengaruhi perkembangan


(69)

perusahaan di masa datang. Hal tersebut digunakan untuk memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan.

2.3.2. Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan

Sutrisno (2003: 303) berpendapat bahwa kebijakan dividen adalah kebijakan yang memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau dibagi sebagian untuk dividen dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan.

Perusahaan yang memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba yang ditahan yang akhirnya juga mengurangi sumber dana internal yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Bila perusahaan tidak membagikan labanya sebagai dividen maka akan memperbesar sumber dana intern dan akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan perusahaan.

Teori Signaling menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan


(70)

55

mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Wolk et al., 2000).

Teori signaling mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Dalam hal ini kenaikan dividen merupakan suatu “sinyal” kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan deviden atau kenaikan dividen yang dibawah kenaikan normal diyakini oleh investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diwaktu mendatang (Atmaja, 1999 : 285-288).

Soliha dan Taswan (2002: 14) menyatakan bahwa dividen adalah laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan kepada pemegang saham apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham


(71)

adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham akan semakin meningkatkan nilai suatu perusahaan.

2.3.3. Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan

Price Earning Ratio (PER) digunakan oleh para investor untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Investor dapat mempertimbangkan rasio ini untuk memilih saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar dimasa mendatang. PER menunjukkan hubungan antara harga pasar saham biasa dengan earning per share. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER yang tinggi, demikian pula dengan tingkat pertumbuhan yang rendah mempunyai PER yang rendah pula (Saptadi, 2007: 31-32)

Keinginanan investor untuk melakukan analisis suatu saham melalui rasio-rasio keuangan seperti PER disebabkan adanya keinginan investor atau calon investor akan saham perusahaan tersebut. Menurut Husnan dalam Saptadi (2007: 32) secara fundamental rasio ini diperhatikan oleh investor dalam memilih saham karena perusahaan yang mempunyai nilai PER yang tinggi menunjukkan nilai pasar yang tinggi pula atas saham tersebut, sehingga saham tersebut akan diminati oleh


(72)

57

investor dan hal ini pada akhirnya akan berdampak pada kenaikan harga saham.

Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Soliha dan Taswan, 2002: 1).

2.4. Diagram Kerangka Pikir

Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disusun dalam diagram kerangka pikir sebagai berikut:

Kebijakan Leverage

(X ) 1

Nilai Perusahaan

Gambar 2.5

Diagram Kerangka Pikir Kebijakan

Dividen (X2)

(Y)

Price Earning Ratio

(X ) 3

Uji Regresi Linier Berganda


(73)

2.5. Hipotesis

Hipotesis yang penulis kemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : bahwa kebijakan leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahan, sedangkan kebijakan dividen dan price earning ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(1)

LAMPIRAN 6A UJI ASUMSI KLASIK

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summ aryb

.576a .331 .265 3.46189 .331 4.956 3 30 .007 1.647

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

Change Statistics

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Price Earning Ratio (X3), Kebijakan Leverage (X1), Kebijakan Dividen (X2) a.

Dependent Variable: Nilai Perusahaan b.

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

4.754 1.960 2.425 .022

-.061 .030 -.313 -2.057 .048 -.379 -.352 -.307 .960 1.042

.591 .210 .453 2.816 .009 .431 .457 .420 .860 1.162

.076 .048 .250 1.579 .125 .068 .277 .236 .887 1.128

(Constant)

Kebijakan Leverage (X1) Kebijakan Dividen (X2) Price Earning Ratio (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Nilai Perusahaan a.


(2)

LAMPIRAN 6B UJI ASUMSI KLASIK

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Cor relations

1.000 .110 -.257 .261

. .269 .071 .068

34 34 34 34

.110 1.000 .064 .088

.269 . .359 .311

34 34 34 34

-.257 .064 1.000 -.324*

.071 .359 . .031

34 34 34 34

.261 .088 -.324* 1.000

.068 .311 .031 .

34 34 34 34

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N

Unstandardized Residual

Kebijakan Leverage (X1)

Kebijakan Dividen (X2)

Price Earning Ratio (X3) Spearman's rho

Unstandardiz ed Residual

Kebijakan Leverage (X1)

Kebijakan Dividen (X2)

Price Earning Ratio (X3)

Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.


(3)

LAMPIRAN 7 KOEFISIEN REGRESI

Coefficientsa

4.754 1.960 2.425 .022

-.061 .030 -.313 -2.057 .048 -.379 -.352 -.307 .960 1.042

.591 .210 .453 2.816 .009 .431 .457 .420 .860 1.162

.076 .048 .250 1.579 .125 .068 .277 .236 .887 1.128

(Constant)

Kebijakan Leverage (X1) Kebijakan Dividen (X2) Price Earning Ratio (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Nilai Perusahaan a.


(4)

LAMPIRAN 8A UJI HIPOTESIS

Model Summ aryb

.576a .331 .265 3.46189 .331 4.956 3 30 .007 1.647

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change Change Statistics

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), Price Earning Ratio (X3), Kebijakan Leverage (X1), Kebijakan Dividen (X2) a.

Dependent Variable: Nilai Perusahaan b.

ANOV Ab

178.201 3 59.400 4.956 .007a

359.540 30 11.985

537.740 33

Regression Residual Total Model 1

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Price Earning Ratio (X3), Kebijakan Lev erage (X1), Kebijakan Div iden (X2)

a.

Dependent Variable: Nilai Perus ahaan b.


(5)

LAMPIRAN 8B UJI HIPOTESIS

Coefficientsa

4.754 1.960 2.425 .022

-.061 .030 -.313 -2.057 .048 -.379 -.352 -.307 .960 1.042

.591 .210 .453 2.816 .009 .431 .457 .420 .860 1.162

.076 .048 .250 1.579 .125 .068 .277 .236 .887 1.128

(Constant)

Kebijakan Leverage (X1) Kebijakan Dividen (X2) Price Earning Ratio (X3) Model

1

B Std. Error Unstandardized

Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent Variable: Nilai Perusahaan a.


(6)

2005 15,30 6,63 9,76 2,94

2006 18,81 1,83 25,20 7,22

2007 21,49 0,00 22,35 10,86

2008 18,15 0,00 5,86 2,99

2005 37,20 4,31 7,57 2,02

2006 54,37 1,85 17,12 2,84

2007 49,61 0,00 16,96 4,10

2008 49,74 0,00 4,65 1,29

2005 60,58 2,17 8,30 1,97

2006 63,97 1,55 13,86 3,51

2007 44,64 0,75 32,50 4,33

2008 47,43 3,46 5,65 0,40

2005 74,61 1,92 6,71 2,15

2006 61,84 2,30 6,00 2,31

2007 83,96 1,89 14,56 3,32

2008 76,39 0,86 1,71 0,45

2005 85,67 1,32 12,06 6,39

2006 85,27 3,67 8,70 5,39

2007 50,28 0,00 15,67 11,01

2008 59,73 5,60 2,50 1,02

2005 67,90 0,55 70,00 2,00

2006 65,29 2,59 19,29 2,59

2007 63,26 0,00 24,76 3,38

2008 66,76 0,00 7,88 0,96

2005 22,49 5,67 4,96 10,39

2006 20,73 14,66 6,64 20,29

2008 17,46 0,00 4,89 1,15

2005 59,07 3,26 14,30 2,00

2006 64,29 0,15 31,98 2,28

2008 62,36 8,78 2,03 0,77

2005 56,77 2,54 9,08 2,87

2006 54,91 0,00 29,73 5,37

2007 41,22 0,00 25,79 6,28

2008 35,04 0,00 4,30 1,25

Sumber : Bursa Efek Indonesia (Diolah penulis)

Kebijakan Leverage (X1)

Kebijakan Dividen (X2)

Price Earning Ratio (X3) Lampiran 4C

Menggunakan 34 Data Periode 2005 - 2008

Nilai Perusahaan (Y)

No Nama Perusahaan Tahun

1 PT Astra Agro Lestari Tbk

2 PT Astra Internasional Tbk

3 PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk

4 PT Berlian Laju Tanker Tbk

5 PT Bumi Resources Tbk

6 PT Indofood Sukses Makmur Tbk

7 PT Internasional Nikel Indonesia Tbk

8 PT Medco Energi Indonesia Tbk


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kebijakan Leverage, Kebijakan Dividen dan Earnings Per Share terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 33 92

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN LEVERAGE DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PADA TAHUN 20

0 2 14

PENGARUH PRICE EARNING RATIO, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN Pengaruh Price Earning Ratio, Leverage, dan Profitabilitas terhadap nilai perusahaan Food & Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2015.

0 2 16

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, LEVERAGE, PRICE EARNINGS RATIO, DAN KEBIJAKAN Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen, Leverage, Price Earnings Ratio, dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan (St

0 12 18

PENGARUH PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, LEVERAGE, PRICE EARNINGS RATIO, DAN KEBIJAKAN Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen, Leverage, Price Earnings Ratio, dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan (St

0 3 15

PENDAHULUAN Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen, Leverage, Price Earnings Ratio, dan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 3 7

Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 26

PENGARUH PRICE EARNING RATIO, DEBT TO EQUITY RATIO, DAN DIVIDEN PAYOUT RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 29

PENGARUH KEBIJAKAN LEVERAGE, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN PRICE EARNING RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN LQ45 YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

0 0 27

PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 25