Kelas-Kelas dalam Masyarajat PELAPISAN MASYARAKAT

240 Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang bersangkutan. Walaupun gelar tersebut tidak memi- sahkan golongan-golongan secara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan santun pergaulan. Disamping itu hukum adat juga menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda, perhiasan-perhiasan, pakaian tertentu dan lain-lain. Kehidupan sistem kasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seseorang gadis suatu kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikan seseorang dari kasta yang lebih rendah.

2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat

Social Classes Di dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas social class. Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas, juga tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya menunjukkan sistem kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyara- kat disebut class system Freedman, 1952. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah kekuasaan atau dasar lainnya. Adapula yang menggunakan istilah kelas hanya untuk lapisan berdasarkan atas unsur ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan status group. Selan- jutnya dikatakan bahwa harus diadakan pembedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan. Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibagi- nya lagi ke dalam sub-kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi berdasarkan kecakapannya. Di samping itu, Max Weber masih menye- butkan adanya golongan yang mendapatkan kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan stand dalam Soekanto, 1990. Joseph Schumpeter dalam Horton, 1993 mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya. Pada beberapa masyaakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali. Karena orang-orang dari kelas tersebut memperoleh sejum- lah hak dan kewajiban yang dilindungi oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu seringkali mem- punyai kesadaran dan konsepsi yang jelas tentang seluruh susunan lapisan dalam masyarakat. Misalnya Inggris, ada istilah-istilah tertentu seperti commoners bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan. Di unduh dari : Bukupaket.com 241 Sebagian besar warga masyarakat Inggris menyadari bahwa orang-orang nobility berada di atas commoners sesuai dengan adat istiadat. Apabila pengertian kelas ditinjau secara lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai beberapa kriteria yang tradisional, yaitu: 1 besar jumlah anggota-anggotanya; 2 kebudayaan yang sama, yang menentu- kan hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya; 3 kelanggengan; 4 tandalambang-lambang yang merupakan ciri khas; 5 batas-batas yang tegas bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain; dan 6 antagonisme. Sehubungan dengan kriteria tersebut di atas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup tertentu life chances bagi anggotanya. Misalnya, keselamatan atas hidup dan harta benda, kebebasan, standar hidup yang tinggi dan sebagainya, yang dalam arti-arti tertentu tidak dipunyai oleh para warga kelas-kelas lainnya. Kecuali itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tingkah laku hidup warganya life style. Karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesempatan memperoleh pendidikan atau rekreasi. Misalnya, ada perbedaan dalam apa yang telah dipelajari warga negara, perilaku, dan sebagainya.

3. Dasar Lapisan Masyarakat

Dokumen yang terkait

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Identifikasi Jenis Kayu Yang Dimanfaatkan Untuk Pembuatan Perahu Tradisional Nelayan Muncar Kabupaten Banyuwangi dan Pemanfaatanya Sebagai Buku Nonteks.

26 327 121

Analisis keterampilan proses sains siswa kelas XI pada pembelajaran titrasi asam basa menggunakan metode problem solving

21 184 159

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Sistem Informasi Penjualan Buku Secara Online Pada Toko Buku Bungsu Bandung

4 96 1

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89