308
kelangsungan hubungan dengan orang lain. Mereka memandang konflik sebagai masalah yang harus dipecahkan dan solusi terha-
dap konflik haruslah mencapai tujuan pribadinya sendiri maupun tujuan orang lain. Konflik dipandang dapat meningkatkan
hubungan dengan menurunkan ketegangan antara dua pihak yang terlibat. Dengan solusi yang memuaskan kedua belah pihak,
mereka mencoba mempertahankan kelangsungan hubungan dengan orang lain. Kepuasan mereka jika solusi yang ditemukan
dapat memuaskan baik mereka sendiri maupun orang lain. Sebaliknya, mereka tidak puas jika solusi tidak mencapai tujuan
pribadi dan tujuan orang lain, serta ketegangan dan perasaan- perasaan negatif belum diselesaikan.
Klasifikasi-klasifikasi yang diajukan beberapa ahli di atas, jika
diperhatikan tidak benar-benar berbeda. Perbedaan yang ada hanya pada istilah yang dipakai namun memiliki pengertian yang hampir sama.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Penyelesaian Konflik
Johnson Johnson 1991 menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan bilamana seseorang terlibat dalam suatu konflik, dan
akibatnya menentukan bagaimana seseorang menyelesaikan konflik, sebagai berikut: 1 tercapainya persetujuan yang dapat memuaskan
kebutuhan serta tujuannya. Tiap orang memiliki tujuan pribadi yang ingin dicapai. Konflik bisa terjadi karena tujuan dan kepentingan individu
menghalangi tujuan dan kepentingan individu lain; 2 seberapa penting hubungan atau interaksi itu untuk dipertahankan. Dalam situasi sosial,
yang di dalamnya terdapat keterikatan interaksi, individu harus hidup bersama dengan orang lain dalam periode tertentu. Oleh karena itu
diperlukan interaksi yang efektif selama beberapa waktu.
Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pengelolaan konflik, seperti dirangkum sebagai berikut.
1. Kepribadian Individu Yang Terlibat Konflik Stenberg dan Soriano dalam Farida, 1996 berpendapat
bahwa gaya pengelolaan konflik seorang individu dapat diprediksi dari karakteristik-karakteristik intelektual dan kepribadiannya.
Mereka menemukan bahwa subyek dengan skor intelektual yang rendah cenderung menggunakan aksi fisik dalam mengatasi
konflik. Sebaliknya subyek dengan skor intelektual yang tinggi
Di unduh dari : Bukupaket.com
309
lebih cenderung untuk menggunakan gaya-gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik melunak.
Dari karakteristik kepribadian dapat diprediksi bahwa subyek dengan skor tinggi pada need for deference kebutuhan
untuk mengikuti dan mendukung seseorang, need for abasement kebutuhan untuk menyerah atau tunduk dan need for order ke-
butuhan untuk membuat teratur cenderung untuk memilih gaya- gaya pengelolaan konflik yang membuat konflik melunak. Sebalik-
nya subyek dengan skor tinggi pada need for autonomy kebutuh- an untuk bebas dan lepas dari tekanan dan need for change
kebutuhan untuk membuat perubahan memiliki kecenderungan untuk memilih paling tidak satu gaya pengelolaan konflik yang
membuat konflik semakin intensif.
Menurut Broadman dan Horowitz dalam Farida, 1996 karakteristik kepribadian yang terutama berpengaruh terhadap
gaya pengelolaan konflik adalah kecenderungan agresifitas, ke- cenderungan untuk mengontrol dan menguasai, orientasi koope-
ratif dan kompetitif, kemampuan untuk berempati, dan kemampu- an untuk menemukan pola penyelesaian konflik.
2. Situasional Aspek situasi yang penting antara lain adalah perbedaan
struktur kekuasaan, riwayat hubungan, lingkungan sosial dan pihak ketiga. Apabila satu pihak memiliki kekuasaan lebih besar
terhadap situasi konflik, maka besar kemungkinan konflik akan diselesaikan dengan cara dominasi oleh pihak yang lebih kuat
posisinya.
Riwayat hubungan menunjuk pada pengalaman sebe- lumnya dengan pihak lain, sikap dan keyakinan terhadap pihak
lain tersebut. Termasuk dalam aspek lingkungan sosial adalah norma-norma sosial dalam menghadapi konflik dan iklim sosial
yang mendukung melunaknya konflik atau justru mempertajam konflik. Sedangkan campur tangan pihak ketiga yang memiliki
hubungan buruk dengan salah satu pihak yang berselisih dapat menyebabkan membesarnya konflik. Sebaliknya, hubungan baik
pihak ketiga dengan pihak-pihak yang berselisih dapat melunak- kan konflik karena pihak ketiga dapat berperan sebagai mediator.
3. Interaksi
Di unduh dari : Bukupaket.com
310
Digunakannya pendekatan disposisional saja dalam men- cari pemahaman akan perilaku sosial dianggap mempunyai
manfaat yang terbatas. Pendekatan yang lebih dominan dalam menerangkan perilaku sosial adalah interaksi dan saling mem-
pengaruhinya determinan situasional dan disposisional.
4. Isu Konflik
Tipe isu tertentu kurang mendukung resolusi konflik yang konstruktif dibandingkan dengan isu yang lain. Tipe isu seperti ini
mengarahkan partisipan konflik untuk memandang konflik sebagai permainan kalah-menang. Isu yang berhubungan dengan
kekuasaan, status, kemenangan, dan kekalahan, pemilikan akan sesuatu yang tidak tersedia substitusinya, adalah termasuk tipe-
tipe isu yang cenderung diselesaikan dengan hasil menang-kalah. Tipe yang lain yang tidak berhubungan dengan hal-hal di atas
dapat dipandang sebagai suatu permainan yang memungkinkan setiap pihak yang terlibat untuk menang.
Pada umumnya, konflik kecil lebih mudah diselesaikan secara
konstruktif daripada konflik besar. Akan tetapi pada konflik yang destruktif, konflik yang sebenarnya kecil cenderung untuk membesar dan
meluas. Perluasan ini dapat terjadi bila konflik antara dua individu yang berbeda dianggap sebagai konflik rasial. Selain itu bisa juga jika konflik
tentang masalah biasa dipandang sebagai konflik yang bersifat substantif atau dipandang menyangkut harga diri dan kekuasaan.
Robbins 1996 mengungkapkan ada beberapa teknik yang bisa dijadikan acuan dalam pemecahan konflik dan perangsangan konflik,
seperti berikut. Pemecahan Konflik
Kegiatan
Pemecahan Masalah
Pertemuan tatap muka dari pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud mengidentifikasi ma-
salah dan memecahkannya lewat pembahasan yang terbuka;
Tujuan Bersama Menciptakan suatu tujuan bersama yang tidak
dapat dicapai tanpa kerjasama dari masing- masing pihak yang berkonflik;
Pemuaian Sumber Daya
Bila konflik disebabkan oleh kelangkaan sumber daya, seperti uang, kesempatan promosi,
ruangan kantor, perluasan sumber daya dapat menciptakan win-win solution;
Di unduh dari : Bukupaket.com
311
Penghindaran Menarik diri, atau menekan, dari konflik; misalnya
mengurangi kesempatan untuk bertemu perataan
Mengecilkan arti perbedaan sementara menekankan kepentingan bersama antara pihak-
pihak yang berkonflik;
Kompromi Tiap pihak pada konflik itu melepaskan
mengorbankan sesuatu yang berharga; Komando Otoritatif
Manajemen menggunakan otoritas formal untuk memecahkan masalah konflik dan kemudian
mengkomunikasikan keinginannya kepada pihak- pihak yang terlibat konflik;
Mengubah Variabel Menggunakan teknik pengubahan perilaku
manusia misalnya pelatihan hubungan manusia untuk mengubah sikap dan perilaku yang
menyebabkan konflik;
Mengubah struktur organisasi formal dan pola struktural interaksi dari pihak-pihak yang
berkonflik lewat desain ulang pekerjaan, pemindahan, penciptaan posisi koordinasi.
Perangsangan Konflik
Komunikasi Menggunakan pesan-pesan yang dwi-arti
ataumengancam untuk meningkatkan tingkat konflik;
Memasukkan orang Menambahkan karyawan ke suatu kelompok
yang lata belakang, nilai, sikap, atau gaya kerjanya berbeda dari anggota yang ada;
Menstruktur ulang organisasi
Mengatur ulang kelompok-kelompok kerja, mengubah aturan dan pengaturan, meningkatkan
kesalingbergantungan, dan membuat perubahan struktural yang serupa untuk mengacaukan
status quo;
Mengangkat Pembela Kejahatan
Menunjuk seorang pengkritik untuk dengan sengaja berargumen menentang pendirian
mayoritas yang dipegang oleh kelompok.
Di unduh dari : Bukupaket.com
312
Tugas 6.5
F. RINGKASAN
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan sesama manusia. Ketika berinteraksi dengan sesama manusia, selalu
diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Dengan demikian konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua
pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik
menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan violent, bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan
non-violent.
Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara pihak-
pihak yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan di atas dasar kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling
berbeda atau berlawanan.
Konflik pada dasarnya merupakan bagian dari kehidupan sosial, karena itu tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Konflik
dan konsensus, integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda, merupakan bagian
dari setiap sistem sosial yang dapat dimengerti. Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka dapat dikatakan konflik sosial
merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat ditawar. Empat postulat yang menunjukkan keniscayaan itu, adalah: 1 setiap masyara-
kat tunduk pada proses perubahan, perubahan sosial terdapat di mana- mana; 2 setiap masyarakat memperlihatkan konflik dan pertentangan,
konflik terdapat di mana-mana; 3 setiap unsur dalam masyarakat memeberikan kontribusi terhadap desintegrasi dan perubahan; 4 setiap
masyarakat dicirikan oleh adanya penguasaan sejumlah kecil orang terhadap sejumlah besar lainnya.
Bilamana terjadi konflik diantara temanmu atau dengan gurumu, bagaimana cara penyelesaiannya?
Apakah cara penyelesaian tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas?
Di unduh dari : Bukupaket.com
313
Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar
manusia, sehingga sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan ter- perinci sumber dari konflik. Hal ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya
bisa menjadi sumber konflik, tetapi pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian halnya sebaliknya.
Kadang sesuatu yang sifatnya sederhana bisa menjadi sumber konflik bagi kelompok manusia. sumber konflik sebagaimana dikemukakan oleh
beberapa ahli, dapat ditegaskan bahwa sumber konflik dapat berasal dari dalam dan luar diri individu. Dari dalam diri individu misalnya adanya
perbedaan tujuan, nilai, kebutuhan serta perasaan yang terlalu sensitif. Dari luar diri individu misalnya adanya tekanan dari lingkungan,
persaingan, serta langkanya sumber daya yang ada.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi . perbedaan-perbedaan tersebut diantara-
nya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap
masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang individu, antar individu, kelom-
pok, organisasi maupun antar negara.
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut: 1 meningkat- kan solidaritas sesama anggota kelompok in-group yang mengalami
konflik dengan kelompok lain; 2 keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai; 3 perubahan kepribadian pada individu, misalnya
timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dan lain-lain; 4 kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia; dan 5 dominasi bahkan
penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Pengelolaan konflik merupakan cara yang digunakan individu dalam mengontrol, mengarahkan, dan menyelesaikan konflik, dalam hal
ini adalah konflik interpersonal. Strategi yang dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik meliputi: 1 koesistensi damai, yaitu
mengendalikan konflik dengan cara tidak saling mengganggu dan saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang mengacu pada
perdamaian serta diterapkan secara ketat dan konsekuen; 2 dengan mediasi perantaraan. Jika penyelesaian konflik menemui jalan buntu,
masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara yang berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak.
Di unduh dari : Bukupaket.com
314
Sedangkan strategi yang dipandang paling efektif, antara lain: 1 tujuan sekutu besar, yaitu dengan melibatkan pihak-pihak yang berkonflik ke
arah tujuan yang lebih besar dan kompleks. Misalnya dengan cara membangun sebuah kesadaran nasional yang lebih mantap; 2 tawar-
menawar integratif, yaitu dengan menggiring pihak-pihak yang berkonflik, untuk lebih berkonsentrasi pada kepentingan yang luas, dan tidak hanya
berkisar pada kepentingan sempit, misalnya kepentingan individu, kelompok, golongan atau suku bangsa tertentu.
Di unduh dari : Bukupaket.com
315
BAB 7 MASYARAKAT MULTIKULTUR