239
c. kriteria sistem pertentangan, yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik,
wewenang atau kekuasaan. d. lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara
berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan selanjutnya.
e. mudah atau sukarnya bertukar kedudukan. f. solidaritas diantara individu atau kelompok yang menduduki
kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat; 1 pola-interaksi struktur klik, keanggotaan organisasi, perkawinan
dan sebagainya; 2 kesamaan atau ketidaksamaan sistem ke- percayaan, sikap dan nilai-nilai; 3 kesadaran akan kedudukan
masing-masing; 4 dan aktivitas sebagai organ kolektif.
1. Sifat-Sifat Lapisan Masyarakat
Sifat lapisan didalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup closed social stratification dan open social stratification. Bersifat ter-
tutup bilamana membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Baik yang merupakan gerak ke atas atau ke
bawah. Di dalam sistem yang demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di
dalam sistem terbuka, setiap anggota masyarakat mempunyai kesempat- an untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau
bagi mereka yang tidak beruntung, untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya. Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perang-
sang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat dari sistem yang tertutup. Sistem
tertutup jelas terlihat pada masyarakat India yang perkasa atau di dalam masyarakat yang feodal, atau masyarakat di mana lapisannya tergantung
pada perbedaan-perbedaan rasial.
Sistem lapisan masyarakat yang tertutup, dalam batas-batas ter- tentu, juga dijumpai pada masyarakat Bali. Menurut kitab-kitab suci orang
Bali, masyarakat terbagi dalam empat lapisan, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Ketiga lapisan pertama biasa disebut triwangsa
sedangkan lapisan terakhir disebut jaba yang merupakan lapisan dengan jumlah warga terbanyak. Keempat lapisan tersebut terbagi lagi dalam
lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui dari gelar se- seorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut terbagi
lagi dalam lapisan-lapisan khusus. Biasanya orang-orang mengetahui gelar seseorang, ke dalam kasta mana dia tergolong, gelar-gelar tersebut
diwariskan menurut keturunan laki-laki yang sepihak patrilineal adalah Ida Bagus, Tjokorda, Dewa, Ngahan, Bagus, I Gusti, Gusti. Gelar pertama
adalah gelar Brahmana, gelar kedua sampai keempat bagi orang Ksatria, sedangkan yang kelima dan keenam berlaku bagi orang Waisya. Orang
Sudra juga memakai gelar seperti Pande, Kbon, Pasek dan selanjutnya.
Di unduh dari : Bukupaket.com
240
Dahulu kala gelar tersebut berhubungan erat dengan pekerjaan orang-orang yang bersangkutan. Walaupun gelar tersebut tidak memi-
sahkan golongan-golongan secara ketat, tetapi sangat penting bagi sopan santun pergaulan. Disamping itu hukum adat juga menetapkan
hak-hak bagi si pemakai gelar, misalnya, dalam memakai tanda-tanda, perhiasan-perhiasan, pakaian tertentu dan lain-lain. Kehidupan sistem
kasta di Bali umumnya terlihat jelas dalam hubungan perkawinan. Seseorang gadis suatu kasta tertentu, umumnya dilarang bersuamikan
seseorang dari kasta yang lebih rendah.
2. Kelas-Kelas dalam Masyarajat