14
2.5.5 Manfaat Tumbuhan
Sikkam Bischofia javanica Blume family Euphorbiaceae, telah lama dikenal dan biasanya digunakan sebagai kayu dan secara tradisional digunakan
mengobati berbagai penyakit seperti kanker, inflamasi, TBC, diare, sakit tenggorokan luka bakar dan alergi. Kulit batang, daun, akar dan buah digunakan
untuk mengobati difteri, faringitis, tonsillitis, penyakit kulit, gannguan saraf dan sebagai pewarna
Rajbongshi, dkk., 2014.
Sikkam merupakan salah satu pewarna alami yang telah dikenal dan digunakan secara turun temurun, jauh sebelum mengenal zat pewarna sintetis. Zat
warna ini digunakan untuk mewarnai pakaian, jala dan anyaman dari bambu Indra, dkk., 2013. Kayunya berwarna kemerahan dan keras dapat dipergunakan
sebagai bahan bangunan, pembuatan jembatan, perahu, furnitur, ukiran dan perabot rumah tangga
Rajbongshi, dkk., 2014.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menguji manfaat sikkam Bischofia javanica Blume, seperti diare, sakit tenggorokan, gangguan saraf
Pradhan dan Badola, 2008, antileukimia, antiinflamasi Sutharson, dkk., 2007, dan antimikroba, antialergi Rajbongshi, dkk., 2014; Khan dkk., 2001.
2.6 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
Ditjen POM, 2000. Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat
Universitas Sumatera Utara
15 yang terdapat di simplisia mempunyai kadar yang tinggi, sehingga memudahkan
pengaturan dosis zat berkhasiat. Berdasarkan atas sifatnya eksrak dikelompokkan sebagai berikut Voigt,
1994: 1.
Ekstrak encer Extractum tenue Sediaan ini memiliki konsistensi semacam madu dan dapat dituang.
2. Ekstrak kental Extractum spissum
Sediaan ini liat dalam keadaan dingin dan tidak dapat dituang, kandungan airnya sekitar 30.
3. Ekstrak kering Extractum siccum.
Sediaan ini memiliki konsistensi kering dan mudah digosokkan, kandungan airnya tidak lebih dari 5.
4. Ekstrak cair Ectractum fluidum
Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak cair, yang dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian kadang-kadang satu
bagian ekstrak cair.
2.7 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair Ditjen
POM, 2000. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut terdiri dari dua cara yaitu :
a. Cara dingin
1. Maserasi berasal dari kata ”macerare” artinya melunakkan. Maserat adalah
hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah
Universitas Sumatera Utara
16 cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan
penyari. Maserasi adalah proses pengekstrakan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya Ditjen
POM, 2000. 2.
Perkolasi berasal dari kata ”percolare” yang artinya penetesan Voigt, 1995. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna, yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam
bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang-kurangnya selama 3 jam. Maserasi ini penting
terutama pada serbuk simplisia yang keras dan mengandung bahan yang mudah mengembang. Bila serbuk simplisia tersebut langsung dialiri
dengan penyari, maka cairan penyari tidak dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna Ditjen POM, 1979; Ditjen POM, 2000.
b. Cara panas
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3 - 5 kali sehingga ekstraksi sempurna. 2.
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga
terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Universitas Sumatera Utara
17 3.
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40 - 50ºC. 4.
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih temperatur terukur 96
- 98ºC selama waktu tertentu 15 - 20 menit. 5.
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30 menit dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.8 Uraian Tablet