tidak begitu banyak sehingga tidak membutuhkan pengelolaan khusus. Inventaris kekayaan yang umum dimiliki oleh UMKM batik di
wilayah ini berupa sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses membatik.
d. Buku Persediaan Barang
Buku persediaan barang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai rincian berbagai persediaan barang yang dimiliki oleh
UMKM. Buku persediaan barang berisikan mutasi persediaan dan saldo tipe jenis persediaan. Informasi yang tertera dalam buku
persediaan barang ini akan seharusnya dapat membantu pemilik UMKM untuk mengontrol persediaan barang yang dimilik oleh
UMKM. Tetapi penggunaan buku persediaan barang pada UMKM batik di Kecamatan Pandak tergolong rendah dengan nilai rata-rata
sebesar 2,37. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa walaupun secara rata-rata responden mengetahui tentang buku persediaan barang
dagang secara umum, namun mereka tidak menggunakannya sebagai penyedia informasi mengenai persediaan barang dalam usahanya.
Responden cenderung mengandalkan ingatan mereka untuk merekam sekaligus memberikan informasi tentang persediaan barang
daripada membuang waktu untuk membuat buku persediaan barang. Bagi mereka bukanlah hal yang sulit untuk mengingat-ingat
persediaan yang tidak begitu banyak. Mereka pun sudah terbiasa untuk mengingat persediaan barang yang dimiliki. Persediaan barang
seperti bahan mentah, bahan penolong, maupun barang jadi yang dimiliki UMKM tersebut pada umumnya segera diolah dan
didistribusikan, sehingga pemilik UMKM merasa tidak perlu untuk membuat buku persediaan barang. Hal ini tentunya memiliki dampak
kurang baik apabila suatu saat pemiliknya harus berganti secara tiba- tiba tentu dibutuhkan informasi tertulis mengenai persediaan barang.
e. Buku Pembelian dan Buku Penjualan
Buku pembelian dan buku penjualan dapat membantu penggunanya untuk mengetahui informasi pembelian barang maupun
penjualan barang secara kredit. Pada buku pembelian tertera lajur tanggal, nama penjual, nama barang, harga satuan, jumlah harga,
utang dagang, dan keterangan. Sedangkan pada buku penjualan tertera lajur tanggal, nama debitur, tempat tinggal, dan jumlah harga faktur.
Pada buku pembelian dan buku penjualan ini hanya dicatat pembelian- pembelian dan penjualan-penjualan yang tidak dibayar secara tunai.
Buku pembelian dan buku penjualan dibuat berdasarkan faktur pembelian yang diterima oleh suatu usaha. Kedua informasi
seharusnya dapat dijadikan sebagai fungsi pengawasan terhadap transaksi penjualan dan pembelian secara kredit yang dilakukan oleh
UMKM. Secara rata-rata, responden telah mengetahui tentang buku
pembelian dan buku penjualan secara umum, namun mereka tidak menggunakannya sebagai alat penyedia informasi pembelian dan
penjualan barang secara kredit. Penggunaan buku pembelian dan buku penjualan memiliki nilai rata-rata yang sama dan tergolong rendah,
yakni sebesar 1,63. Sama halnya dengan penggunaan buku hutang dan buku piutang, responden sebagai pemilik UMKM batik mengandalkan
daya ingatnya untuk mengingat transaksi pembelian dan penjualan tersebut. Berhubung mayoritas UMKM batik di wilayah ini berskala
mikro, transaksi pembelian dan penjualan pun tidak begitu banyak atau kompleks sehingga masih mampu untuk diingat oleh pemiliknya.
Hal ini menunjukkan kurangnya pengawasan secara khusus dari pemilik UMKM batik selaku pengelola atas transaksi penjualan
maupun pembelian secara kredit.
Pemaparan mengenai penggunaan masing-masing item informasi operasi di atas menunjukkan bahwa secara rata-rata, responden sudah
mengetahui tentang informasi operasi secara umum, namun mereka belum menggunakan informasi-informasi tersebut dalam kegiatan usahanya. Hal
ini pada umumnya disebabkan karena responden merasa belum memerlukannya dan mereka cenderung mengandalkan daya ingatnya untuk
merekam dan memberikan informasi-informasi operasi. Sebagian besar usaha milik mereka masih berskala mikro sehingga transaksi belum begitu
kompleks dan daya ingat mereka masih mampu menampung informasi operasi tersebut. Ada pula responden yang menganggap pembukuan hanya
membuang-buang waktu saja. Padahal jika digunakan dengan baik, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informasi operasi digunakan sebagai sumber akurat untuk pengawasan kegiatan operasional UMKM.
2. Penggunaan Informasi Akuntansi Manajemen
Informasi yang digunakan manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi manajemen dan merupakan informasi
yang utama yang dimiliki perusahaan. Informasi tersebut memang ditujukan kepada pihak internal perusahaan, dan merupakan informasi saat ini dan
masa yang akan datang yang tidak memiliki sifat historikal. Informasi akuntansi manajemen terutama digunakan oleh pimpinan perusahaan di
dalam menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan pengawasan.
Selain itu, informasi akuntansi manajemen UMKM dapat dihubungkan dengan tiga hal objek informasi, altematif yang akan dipilih,
dan wewenang pemilik UMKM yang merangkap sebagai manajer. Informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi,
seperti produk, departemen, dan aktivitas perusahaan maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi manajemen
dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer, maka akan dihasilkan
konsep informasi
akuntansi pertanggungjawaban
yang bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi. Oleh
sebab itu, apabila perusahaan dalam hal ini UMKM batik menggunakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
informasi akuntansi manajemen tentu akan membantu dalam melakukan perencanaan dan pengawasan pada usahanya.
Sayangnya, pemilik UMKM batik di Kecamatan Pandak belum merasakan manfaat informasi akuntansi manajemen karena mereka tidak
menggunakan informasi-informasi
tersebut. Hasil
analisis data
menunjukkan bahwa penggunaan informasi akuntansi manajemen pada responden penelitian secara keseluruhan tergolong rendah dengan rata-rata
2,08. Hal ini berarti secara rata-rata, responden tidak menggunakan informasi-informasi akuntansi manajemen seperti laporan gaji karyawan,
laporan biaya produksi, anggaran biaya produksi, dan laporan persediaan sebagai alat penyedia informasi yang diperlukan bagi pihak internal
UMKM, namun mereka telah mengetahui tentang informasi akuntansi manajemen tersebut secara umum.
Berikut analisis penggunaan masing-masing item informasi akuntansi manajemen:
a. Laporan Persediaan
Laporaan persediaan menyajikan informasi mengenai kondisi persediaan barang, baik barang yang masuk, yang keluar, maupun
barang yang tersedia atau tersisa stok barang beserta harga pokoknya. Laporan persediaan seharusnya dapat mempermudah pemilik UMKM
untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan penjualan barang dan melakukan pengawasan barang. Hal tersebut belum dirasakan
manfaatnya oleh responden yang merupakan pemilik UMKM batik di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kecamatan Pandak. Tingkat penggunaan informasi akuntansi manajemen yang tertinggi pada UMKM batik di wilayah ini adalah
laporan persediaan dengan nilai rata-rata 2,33. Tetapi nilai rata-rata tersebut masih tergolong rendah. Artinya, secara rata-rata responden
tidak menggunakan laporan persediaan barang sebagai penyedia informasi mengenai persediaan barang dagang yang dimiliki walaupun
mereka sebenarnya telah mengetahui tentang laporan persediaan secara umum beserta manfaatnya.
Hal tersebut terjadi karena responden masih merasa kerepotan untuk membuat laporan persediaan barang yang telah diproduksi setiap
harinya. Terdapat beberapa UMKM batik yang melakukan produksi sesuai pesanan, sehingga merasa tidak perlu membuat dan
menggunakan laporan persediaan barang karena produk yang dibuat akan segera didistribusikan kepada pemesan. Adapula UMKM yang
menggunakan daya ingatnya untuk merekam dan memberikan informasi mengenai arus persediaan barang yang dimiliki. Arus
persediaan barang yang dialami UMKM batik di wilayah ini belum begitu kompleks, sehingga pemiliknya masih mampu mengingat-ingat
persediaan barangnya. b.
Laporan Gaji Karyawan Penggunaan laporan gaji karyawan pada UMKM batik di
Kecamatan Pandak tergolong rendah dengan rata-rata 1,93. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata responden telah mengetahui perihal
laporan gaji karyawan, tetapi tidak menggunakan informasi akuntansi manajemen berupa laporan gaji karyawan tersebut. Laporan gaji
karyawan memberikan informasi kepada manajemen mengenai besarnya gaji kotor dan potongan-potongan, serta gaji bersih setiap
karyawan. Melalui dokumen ini, manajemen dapat menghitung besarnya gaji yang diberikan kepada karyawan pada setiap periode.
Pada umumnya responden yang merupakan pemilik UMKM batik di Kecamatan Pandak memberikan gaji kepada karyawannya
berdasarkan kesepakatan
awal. Mereka
menggunakan sistem
penggajian harian dan borongan. Karyawan harian mendapatkan perhitungan upah atau gaji berdasarkan hari kerjanya. Karyawan
semacam ini biasanya tidak memiliki target dalam mengerjakan produksi. Berapapun hasil yang didapatkan pada hari itu, asalkan
karyawan hadir, maka gaji yang diperoleh akan tetap sama. Dengan menggunakan sistem ini, kualitas hasil produksi akan lebih baik.
Namun, diperlukan pengawasan lebih terhadap efektivitas kinerja karyawan agar waktu pelaksanaan produksi tidak terlalu lama sehingga
menyebabkan peningkatan biaya gaji. Selain itu, kuantitas hasil produksi juga belum tentu memenuhi target, karena karyawan akan
cenderung memperlambat produksi agar upah atau gaji yang diperoleh semakin banyak.
Lain halnya dengan sistem penggajian borongan. Karyawan sistem borongan akan mendapatkan gaji berdasarkan kesepakatan
bersama dengan pemilik UMKM. Biasanya pemilik UMKM akan memberikan besaran gaji tertentu dengan target kuantitas dan waktu
penyelesaian tertentu. Dengan menggunakan sistem ini, proses produksi akan lebih cepat selesai. Namun, diperlukan pengawasan lebih terhadap
kualitas produk yang dihasilkan oleh karyawan sistem borongan, karena mereka akan cenderung mempercepat proses produksi tanpa
memperhatikan kualitas hasil produksi. Responden sebagai pemilik UMKM batik tidak menggunakan
laporan gaji karyawan untuk mengetahui informasi mengenai besarnya pengeluaran yang dikeluarkan untuk pembayaran gaji karyawan.
Beberapa pemilik UMKM batik mengaku tidak melakukan perhitungan khusus untuk pemberian gaji karyawan sistem borongan karena besaran
gaji yang disesuaikan berdasarkan kesepakatan awal. Namun, pemilik UMKM batik juga tidak melakukan perhitungan khusus untuk
karyawan sistem harian, karena perhitungannya hanya berdasarkan jumlah hari kerja dan gaji per harinya. Dengan demikian, rata-rata
responden tidak melakukan evaluasi terhadap jumlah biaya gaji yang dikeluarkannya setiap periode melalui penggunaan laporan gaji
karyawan. Hal ini menunjukkan kurangnya perhatian responden terhadap pengeluaran biaya gaji pada usahanya.
c. Anggaran Biaya Produksi
Mulyadi 2000:14 menyatakan anggaran biaya produksi adalah rencana-rencana biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku