Struktur Penduduk Menurut Tingkat Umur

bekerja sering memberikan pelatihan informal terhadap para buruh batik tersebut. Dari situlah mereka mampu membuat batik dengan berbagai motif. Kemudian, sebagian besar buruh batik tersebut pulang ke kampungnya untuk merintis usaha batiknya sendiri. Dengan bermodalkan pengalaman semasa bekerja pada industri batik di Kota Yogyakarta, ternyata batik yang mereka produksi disukai oleh pasar dan bisa berkembang. Saat ini UMKM Batik di Kecamatan Pandak sudah membudaya dan menjadi mata pencaharian utama sebagian masyarakatnya. Data dari DISPERINDAGKOP Kabupaten Bantul menyebutkan bahwa total UMKM Batik yang masih aktif di Kecamatan Pandak ada sekitar 40 UMKM. UMKM Batik tersebut tersebar pada 3 tiga kelurahan yakni di Kelurahan Wijirejo, Kelurahan Triharjo, dan Kelurahan Gilangharjo.

2. Ciri Khas Batik

Setiap kelurahan mempunyai ciri khas masing-masing, sehingga persaingan batik di wilayah tersebut tidak terlalu ketat. Kelurahan Wijirejo kini sudah menjadi salah satu sentra batik di Yogyakarta. Batik di kelurahan tersebut terkenal dengan teknik cap, perwarnaan sogan hitam, coklat, biru, dan putih, dan motif tradisional, sedangkan Kelurahan Gilangharjo telah ditetapkan oleh pemerintah setempat sebagai Desa Budaya Batik karena sebagian besar pembatik disana memproduksi batik klasik dan kental akan makna. Batik di wilayah tersebut lebih dikenal dengan batik lukis dan tulis dengan motif tradisional, modern dan kontemporer, serta menggunakan pewarna buatan. Pada dasarnya batik di Kelurahan Triharjo tidak jauh berbeda dengan batik di Kelurahan Gilangharjo, namun keunggulannya adalah mereka sudah menggunakan perwarna alami yang memiliki warna tahan lama dan ramah lingkungan. Berikut ini merupakan contoh gambaran ciri khas batik pada masing-masing kelurahan di Kecamatan Pandak: Gambar 4.2 Contoh Batik Kelurahan Wijirejo Sumber: dokumentasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI