Penggunaan Informasi Akuntansi Keuangan

kreditur, dan pihak lainnya untuk menilai kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kas di masa depan serta kemampuan entitas membayar dividen dan memenuhi kewajibannya. Mayoritas UMKM batik di Kecamatan Pandak berskala mikro, oleh sebab itu responden sebagai pemilik UMKM beranggapan bahwa laporan arus kas belum begitu diperlukan mengingat kegiatan pendanaan dilakukan oleh pemilik UMKM sendiri, tidak ada pemisahan antara hak pemilik dan hak perusahaan, serta aliran arus kas belum begitu kompleks. Selain itu, responden juga beranggapan bahwa membuat laporan arus kas akan menyita banyak waktu, demikian penuturan Bapak Mugiyo selaku pemilik Batik ADB: Nggak sempat saya ngurus laporan-laporan kayak gitu mbak, pasti ribet. Saya juga pendapatannya nggak banyak jadi malah rugi kalau buang-buang waktu untuk bikin laporan, mendingan waktunya dipakai untuk mbatik aja. Penuturan tersebut menunjukkan bahwa terdapat pemilik UMKM batik yang masih kesulitan dan merasa bahwa laporan arus kas tidak memiliki banyak manfaat bagi usahanya. Padahal informasi mengenai arus kas dapat membantu pemilik UMKM untuk menilai atau memprediksi kemampuan usahanya dalam menghasilkan kas pada masa mendatang. e. Catatan Atas Laporan Keuangan CALK Catatan Atas Laporan Keuangan CALK digunakan untuk memberi keterangan detail atas apa yang tertuang dalam laporan keuangan. Baik itu mengenai metode yang dipakai, adanya perubahan sistem dalam perusahaan, maupun informasi lainnya yang berfungsi untuk meminimalisir potensi kesalahpahaman atas laporan keuangan. Nilai rata-rata penggunaan catatan atas laporan akuntansi pada UMKM batik di Kecamatan Pandak tergolong rendah yakni sebesar 1,43. Hal tersebut memiliki makna bahwa secara rata-rata responden tidak mengetahui tentang catatan atas laporan keuangan secara umum, sehingga penggunaan catatan atas laporan keuangan pada UMKM batik di wilayah ini tergolong rendah. Hal ini wajar saja terjadi karena mayoritas responden tidak menggunakan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas, sehingga mereka juga tidak menggunakan catatan atas laporan keuangan yang berfungsi untuk menjelaskan laporan-laporan keuangan tersebut. Analisis dan pembahasan penggunaan masing-masing item informasi akuntansi keuangan di atas menunjukkan bahwa secara rata-rata responden telah mengetahui tentang informasi akuntansi keuangan secara umum, namun tidak menggunakannya sebagai alat penyedia informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi. Hal tersebut secara umum disebabkan oleh skala usaha yang tidak besar, sehingga belum memerlukan informasi- informasi dalam akuntansi keuangan untuk alat pembantu pengambilan keputusan ekonomi maupun sebagai bentuk pertanggungjawaban UMKM pada pihak eksternal. Selain itu, keterbatasan kemampuan responden yang berlatar belakang pendidikan non akuntansi serta tidak adanya karyawan di bidang akuntansi juga menjadi penyebab lain responden tidak menggunakan informasi akuntansi keuangan. 4. Penggunaan Informasi Akuntansi Per Ukuran Usaha Setiap jenis usaha pasti memiliki keterbatasan serta kelemahan tersendiri, begitu pula pada UMKM. Dari beberapa keterbatasan serta kelemahan yang ada pada UMKM terdapat satu kelemahan yang dapat dijadikan perhatian bagi pelaku UMKM yaitu penggunaan informasi akuntansi. Menurut Theng dan Jasmine 1996 dalam Wahyudi 2009, ketidakmampuan menyediakan dan menggunakan informasi akuntansi merupakan salah satu kelemahan dari sisi manajemen perusahaan. Pada usaha berskala besar, informasi akuntansi digunakan sebagai dasar untuk mengambil kebijakan dalam persaingan bisnis sekaligus sebagai bukti pertanggungjawaban kepada pihak ketiga. Sedangkan pada UMKM, informasi akuntansi juga sangat diperlukan bila memang pemilik usaha menginginkan agar usaha yang dikelola terus berkembang dan memiliki strategi serta arah yang jelas. Sub bab ini memaparkan pembahasan mengenai penggunaan informasi akuntansi pada respoden yang tergolong dalam Usaha Mikro dan Usaha Menengah berdasarkan hasil analisis data sebagai berikut: a. Penggunaan Informasi Akuntansi pada Responden yang Tergolong dalam Usaha Mikro Hasil analisis data pada sub bab sebelumnya menunjukkan bahwa secara rata-rata responden yang tergolong dalam Usaha Mikro telah mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum, namun tidak menggunakannya dalam kegiatan usaha. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai rata-rata sebesar 1,85 yang tergolong dalam kategori rendah. Nilai rata-rata tertinggi yang diperoleh dalam kelompok Usaha Mikro ini adalah sebesar 2,46. Nilai rata-rata tertinggi tersebut masih termasuk dalam kategori rendah. Artinya, secara rata-rata responden yang memiliki nilai rata-rata tertinggi tersebut telah mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum, namun tidak menggunakannya dalam kegiatan usaha. Sedangkan nilai rata-rata terendah yang diperoleh dalam kelompok Usaha Mikro adalah sebesar 1,47. Nilai rata-rata ini juga menjadi nilai rata-rata terendah dari keseluruhan 30 responden. Nilai yang tergolong dalam kategori sangat rendah tersebut dapat diartikan bahwa responden tidak meggunakan informasi akuntansi karena sama sekali tidak tahu tentang informasi akuntansi. Pada penelitian ini, responden yang tergolong dalam Usaha Mikro kurang memiliki urgensi atas penggunaan informasi akuntansi. Walaupun secara rata-rata responden dalam kelompok ini telah mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum, namun mereka tidak menggunakannya dalam kegiatan usahanya dengan berbagai alasan. Responden beranggapan bahwa unit usahanya masih terlalu kecil, transaksi yang dilakukan pun tidak banyak, sehingga tidak memerlukan perhatian dan pengelolaan khusus atas keuangan usahanya apalagi menggunakan informasi akuntansi. Responden sebagai pelaku home industry cenderung untuk menggunakan daya ingatnya untuk menampung dan memberikan semua informasi yang berkaitan tentang seluruh aspek usahanya. Pada umumnya, responden lebih fokus pada pemenuhan pesanan pelanggan proses produksi daripada pengelolaan keuangan usahanya. Bagi mereka, pengelolaan keuangan dalam usahanya tidak memerlukan sistem, kebijakan, dan aturan yang khusus karena semuanya dilakukan secara fleksibel tergantung pada kondisi yang sedang dialami usahanya pada suatu waktu. Lagipula, mereka tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menyediakan dan menggunakan informasi akuntansi sehingga mereka juga kesulitan untuk menerapkannya. b. Penggunaan Informasi Akuntansi pada Responden yang Tergolong dalam Usaha Kecil Perolehan nilai rata-rata tingkat penggunaan informasi akuntansi tertinggi pada responden yang tergolong dalam Usaha Kecil termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebesar 3,8. Artinya secara rata-rata responden tersebut sering menggunakan informasi akuntansi pada kegiatan usahanya. Nilai rata-rata tertinggi ini juga menjadi nilai rata-rata tertinggi dari keseluruhan 30 responden. Sedangkan, nilai rata-rata terendah dalam kelompok Usaha Kecil termasuk dalam kategori rendah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yaitu sebesar 1,55. Artinya, secara rata-rata responden tersebut telah mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum, namun tidak menggunakannya dalam kegiatan usahanya. Jika ditinjau dari nilai rata-rata per responden, mayoritas responden dalam kelompok Usaha Kecil memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan responden dalam kelompok Usaha Mikro. Meskipun demikian, jika ditinjau dari perolehan nilai rata-rata secara keseluruhan, kedua kelompok tersebut termasuk dalam kategori tingkat penggunaan rendah yaitu sebesar 1,85 untuk Usaha Mikro dan sebesar 2,34 untuk Usaha Kecil. Artinya, secara rata-rata keduanya telah mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum, namun tidak menggunakannya dalam kegiatan usaha. Responden dalam kelompok Usaha Kecil memiliki tingkat penggunaan informasi akuntansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden dalam kelompok Usaha Mikro walaupun perbedaannya tidak terpaut jauh. Hal ini dapat menunjukkan bahwa secara rata-rata, responden dalam kelompok Usaha Kecil setidaknya lebih memiliki perhatian dan urgensi terhadap penggunaan informasi akuntansi pada kegiatan usahanya. Pada beberapa responden dalam kelompok Usaha Kecil, informasi akuntansi memang digunakan sebagai acuan untuk membantu perkembangan usahanya. Seperti yang dilakukan oleh pemilik Batik Budi Harjono yang menggunakan informasi akuntansi seperti laporan laba rugi untuk mengetahui secara pasti besarnya laba atau rugi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang diterima oleh usahanya. Informasi tersebut digunakan oleh pemiliknya selaku pihak manajemen untuk mengevaluasi kinerja usahanya lalu menetapkan strategi demi terwujudnya peningkatan laba pada periode mendatang. Responden lain menganggap bahwa informasi akuntansi dapat membantu pengelola untuk mengetahui rekam jejak kegiatan usahanya. Seperti yang dilakukan oleh pemilik Batik MS yang sudah menggunakan informasi akuntansi berupa laporan persediaan untuk mengetahui stok bahan baku, barang setengah jadi dalam proses, dan barang jadi. Sama halnya dengan responden dalam kelompok Usaha Mikro, beberapa responden dalam kelompok Usaha Kecil mengaku masih kerepotan untuk menggunakan informasi akuntansi secara keseluruhan karena tidak memiliki dasar pengetahuan akuntansi yang memadai. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik Batik Cipto yang merupakan responden dengan nilai rata-rata terendah di kelompok Usaha Kecil bahwa untuk menyediakan dan menggunakan informasi akuntansi secara utuh dibutuhkan pengetahuan, keahlian, dan keuletan agar informasi yang dihasilkan dapat berguna bagi keberhasilan suatu usaha. Dari hasil pemaparan di atas, secara rata-rata baik responden pada kelompok Usaha Mikro maupun Usaha Kecil sudah mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum. Akan tetapi pada umumnya mereka merasa belum perlu atau tidak memiliki urgensi terhadap penggunaan informasi akuntansi pada kegiatan usahanya. Hal ini terjadi karena mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI tidak memiliki kewajiban untuk menggunakan informasi akuntansi sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada pihak ketiga. Selain itu unit usaha yang terlalu kecil dengan tingkat kompleksitas transaksi yang tidak begitu rumit menyebabkan responden masih mampu menggunakan daya ingatnya. Kegiatan pengelolaan keuangannya masih dilakukan secara fleksibel atau tergantung pada situasi usahanya. Meskipun demikian, ada beberapa responden dalam kelompok Usaha Kecil yang sudah merasa memerlukan atau memiliki urgensi atas penggunaan informasi akuntansi, sehingga mereka melakukan upaya agar dapat menggunakan informasi tersebut dalam kegiatan usahanya. Mereka menggunakan informasi akuntansi untuk berbagai macam hal, seperti mengawasi dan mengontrol persediaan barang yang dimiliki, arus transaksi hutang-piutang, transaksi pembelian dan penjualan, serta kinerja karyawan harian maupun borongan, menyusun rencana penjualan, rencana produksi, dan rencana pembiayaan, mengetahui jumlah persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dalam proses, dan persediaan barang jadi. Oleh sebab itu, keuntungan bagi responden yang telah menggunakan informasi akuntansi adalah pengawasan terhadap kinerja usaha lebih mudah dilakukan, perencanaan strategi lebih jelas dan mudah dirancang, rekam jejak kegiatan operasional dalam usaha lebih mudah dilacak dan akurat. Ada pula responden yang mengungkapkan bahwa penggunaan informasi akuntansi yang baik pada unit usahanya secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan pihak luar khususnya pihak pemasok kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pihak UMKM. Misalnya, dengan penggunaan buku hutang, pemilik UMKM sebagai manajer lebih mudah memantau waktu jatuh tempo hutang yang ditanggung dan membayarnya tepat waktu kepada pemasok, sehingga pemasok sebagai kreditur lebih mempercayai usahanya untuk diberikan kredit. Sebaliknya, responden yang tidak menggunakan informasi akuntansi cenderung sulit untuk melakukan pengawasan atas kinerja usahanya, mereka juga tidak memiliki dasar pertimbangan yang jelas untuk menetapkan strategi, serta tidak ada rekam jejak kegiatan operasional yang akurat.

5. Penggunaan Informasi Akuntansi Secara Keseluruhan

Belkaoui 2000 mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bersifat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi digunakan untuk perencanaan strategis, pengawasan manajemen, dan pengawasan operasional. Ikhsan dan Ishak 2008: 3 menyatakan bahwa sistem informasi dimanfaatkan untuk membantu dalam proses perencanaan, pengkoordinasian, dan pengendalian yang kompleks. Dengan demikian, penggunaan informasi akuntansi bermanfaat jika diterapkan pada berbagai skala usaha, termasuk usaha berskala menengah, kecil, bahkan mikro. Penggunaan informasi akuntansi secara keseluruhan pada responden tergolong rendah dengan nilai rata-rata 2,05. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa secara rata-rata responden telah mengetahui tentang informasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI akuntansi secara umum, namun tidak menggunakannya dalam kegiatan usaha. Pada umumnya responden sebagai pemilik UMKM mengaku belum memerlukan dokumen-dokumen penyedia informasi akuntansi tersebut karena skala usahanya masih tergolong dalam skala usaha mikro, sehingga transaksi-transaksi yang terjadi dalam UMKM tidak begitu rumit atau kompleks. Selain itu, responden juga belum menyadari manfaat nyata dari penggunaan informasi akuntansi bagi usahanya. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, memang tidak ada responden yang berlatar belakang akuntansi, sehingga wajar jika kebermanfaatan penggunaan informasi akuntansi tidak dipahami dan disadari oleh mereka. Minat responden untuk mengikuti kegiatan pelatihan sebagai alternatif sumber pengetahuan pengelolaan UMKM yang diadakan oleh pemerintah juga masih kurang, sehingga mereka kesulitan untuk menggunakan informasi akuntansi pada usahanya. Selain itu, adapula responden yang menyatakan bahwa pengadministrasian tersebut sangat menyita waktu dan sulit dilakukan, sehingga mereka enggan untuk menyelenggarakan administrasi pembukuan dan pelaporan keuangan yang menghasilkan informasi-informasi akuntansi. Penelitian ini menemukan bahwa informasi akuntansi lebih dibutuhkan oleh UMKM yang telah memiliki kegiatan transaksi yang lebih kompleks dengan skala yang lebih besar, daripada UMKM yang tergolong mikro dengan kegiatan transaksi sederhana. Hal tersebut dibuktikan dari perolehan nilai rata-rata penggunaan informasi akuntansi secara keseluruhan tertinggi yaitu 3,8 diperoleh Batik Budi Harjono yang dikelola oleh Bapak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Budi Harjono. Nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa Batik Budi Harjono telah sering menggunakan informasi akuntansi. UMKM ini memiliki omzet sebesar 1,2 milyar dengan 32 karyawan serta pemasaran yang sudah mencapai pasar internasional. Batik Budi Harjono juga telah membuka beberapa cabang di Jakarta dan di Yogyakarta. Bapak Budi Harjono juga aktif mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Oleh karena itu, pemilik UMKM ini telah memiliki urgensi atau memerlukan serta menyadari kebutuhan atas penggunaan informasi akuntansi demi kelancaran usahanya. Beliau juga mempekerjakan karyawan yang ahli akuntansi untuk membantunya mengelola kegiatan akuntansi usahanya. Sesekali beliau juga mengikuti kegiatan pelatihan dari pemerintah atau instansi swasta. Berikut ini merupakan pengakuan Bapak Budi Harjono: Saya pernah mendapatkan pelatihan dari pemerintah mengenai pentingnya pembukuan sehingga saya sadar itu semua penting. Lagipula kalau gak dicatat kan bikin bingung, apalagi kalau barang ada yang hilang. Lha kalau dicatat kan jadi tahu hilangnya berapa dan kapan. Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa, diantara UMKM Pengrajin Batik di Kecamatan Pandak, Kabupaten Bantul terdapat UMKM yang memiliki urgensi dan kesadaran atas pentingnya penggunaan dan pemanfaatan informasi akuntansi. Keadaan tersebut bertolak belakang dengan UMKM yang dimiliki oleh Bapak Panji dengan nama Batik Pasindra yang telah mendirikan usahanya sejak tahun 1989. Batik Pasindra sebenarnya bukan merupakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UMKM batik terkecil di wilayah penelitian karena memiliki omzet Rp 180.000.000,00 per tahun dan jumlah karyawan sebanyak 7 orang, namun UMKM ini masih tergolong dalam usaha mikro. Batik Pasindra memperoleh nilai rata-rata tingkat penggunaan informasi akuntansi terendah yakni hanya sebesar 1,47. Hal ini menunjukkan bahwa ada pemilik UMKM batik yang tidak mengetahui tentang informasi akuntansi secara umum. Sebagaimana wawancara dengan Bapak Pasindra sebagai berikut: Saya nggak pernah mencatat berapa berapanya, buang-buang waktu menurut saya Lagian pendapatan mbatik saya gak banyak. Jadi ini uang muter. Pokoknya kalau sudah laku dan sudah dibelikan bahan serta bayar karyawan ya sisanya baru untuk rumah tangga saya. Hasil wawancara di atas memperkuat temuan kuisioner penelitian bahwa ada pemilik UMKM batik yang belum memiliki kesadaran atas manfaat informasi akuntansi serta merasa tidak memerlukan atau tidak ada urgensi untuk menggunakan informasi akuntansi dalam kegiatan usahanya. Pemilik UMKM batik tersebut menganggap bahwa penyelenggaraan informasi pada suatu usaha hanya membuang-buang waktu. Ketika responden sebagai pemilik UMKM batik di Kecamatan Pandak tidak menggunakan dokumen untuk menghasilkan informasi akuntansi, mereka memilih untuk menggunakan daya ingat untuk merekam informasi akuntansi dasar terkait usahanya seperti informasi utang, piutang, persediaan, dan lain sebagainya. Selain karena terbiasa, transaksi yang perlu diingat juga tidak banyak. Hampir keseluruhan informasi mengenai transaksi usaha tersimpan dengan baik dalam ingatan pemilik UMKM batik. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Akan tetapi, hal tersebut bisa berdampak kurang baik ketika suatu waktu diharuskan berganti kepemilikan, UMKM tersebut tidak memiliki rekam jejak informasi yang dapat dipakai pemilik baru untuk membantu dalam mengelola UMKM. Temuan hasil penelitian ini serupa dengan fenomena yang terjadi pada UMKM di Indonesia tidak menyelenggarakan dan menggunakan informasi akuntansi dalam pengelolaan usahanya. Sebagian besar pemilik UMKM berpendapat bahwa usahanya masih kecil dan belum perlu menggunakan informasi akuntansi. Pernyataan tersebut kurang tepat karena informasi akuntansi sebenarnya dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengembangkan usaha. Informasi akuntansi dapat digunakan sebagai fungsi pengawasan operasional, pengawasan manajemen, serta pengawasan strategik. Selain itu, informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan usaha kecil, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain Suhairi dkk, 2004. Pengambilan keputusan yang tepat dapat menentukan keberhasilan dari sebuah usaha Pinasti, 2007. Oleh karena itu, informasi akuntansi memiliki peran yang penting bagi pelaku bisnis dalam mencapai keberhasilan usahanya, termasuk bagi Usaha Kecil, Mikro dan Menengah UMKM.