Pelaksanaan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. Garam

Perusahaan dalam hal ini adalah PT. Garam Persero melakukan kebijakan perencanaan perpajakan sampai saat ini adalah mengenai PPh 21 karyawan dengan Gross Up Method pada tahun 2008 yang sebelumnya menggunakan sistem pembiayaan yaitu Net method. Pada Gross Up Method tunjangan yang diberikan kepada masing-masing karyawan merupakan biaya yang dapat digunakan dan dibebankan dalam penghematan pajak perusahaan.

5.2 Pelaksanaan Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. Garam

Persero Tbk Dalam melakukan perencanaan pajak pada perusahaan, selain memperhatikan kesejahteraan karyawan, setiap perusahaan juga harus memperhatikan dampak perencanaan pajak tersebut bagi perusahaan. Dengan demikian maka perusahaan harus memilih metode yang tepat dalam perhitungan pajak khususnya PPh Pasal 21 terutang. Sebelum menggunakaan perencanaan pajak, PT. Garam Persero mempunyai kebijakan untuk menanggung seluruh pajak PPh Pasal 21 karyawan atau dengan metode Net Method. Sebelum tahun 2008 PT. Garam Persero masih melakukan kebijakan yaitu menanggung langsung PPh 21 terutang setiap karyawan yang biasa disebut dengan Net Method tanpa memberikan tunjangan, setelah itu tepatnya pada pertengahan tahun 2008 perusahaan merubah kebijakan khususnya mengenai pengenaan PPh 21 terutang karyawan yaitu yang semula memakai Net Method diubah menjadi Gross Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Up Method mulai dari tahun 2008 sampai sekarang. Perubahan ini dilakukan bukannya tanpa tujuan melainkan melihat dari aspek pengenaan pajak penghasilan badan dan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Dengan metode ini, perusahaan dapat menghemat pengeluaran pajak khususnya PPh Badan karena tunjangan yang diberikan ini dapat dibiayakan dalam laporan laba rugi perusahaan. Seluruh karyawan di PT. Garam Persero diterapkan perencanaan PPh pasal 21 dengan metode Gross Up. Tunjangan yang diberikan pun sama sesuai dengan besar PPh 21 terutang masing-masing karyawan. Jumlah seluruh karyawan yaitu 461 karyawan yang terdiri-dari 368 karyawan organik tetap termasuk direksi dan 93 karyawan KSWTT Kerja Sama Waktu Tidak Tertentu. Pernyataan di atas disimpulkan dari jawaban hasil main research question yang ditanyakan pada para informan. “Mengenai karyawan di sini terbagi menjadi dua kelompok yaitu karyawan organik yang berjumlah 368 dan KSWTT atau Kerja Sama Waktu Tidak Tertentu yang berjumlah 93 jadi totalnya 461 karyawan mas.. hmmm kalo pemberian tunjangannya semua sama tapi dilihat dari besar pph 21 terutang masing-masing karyawan kalau pph 21 nya kecil maka tunjangannya juga kecil gitu juga sebaliknya”. Informan : Bapak Galuh “Untuk semua karyawan diterapkan perencanaan pajak yaitu karyawan organik dan KSWTT, kalau untuk karyawan harian, mingguan dan borongan tidak diterapkan karena jumlahnya yang terlalu banyak dan rata-rata penghasilannya di bawah PTKP jadi tidak dikenakan PPh 21” Informan : Bapak Wawan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. PPh 21 yang dikenakan adalah pada karyawan organik yang sifatnya tetap dan KSWTT Kerja Sama Waktu Tidak Tertentu. Sedangkan untuk karyawan yang sifatnya harian, mingguan dan borongan ini tidak dikenakan PPh 21 karena pada umumnya digunakan hanya untuk tenaga bantuan yang pasti jumlahnya banyak dan rata-rata penghasilan mereka di bawah PTKP sehingga tidak dikenakan PPh 21.

5.3 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan Net Method dan