Manfaat Praktis Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
16
pemerintahannya, Rafles
tidak melakukan
perubahan- perubahan terhadap hukum yang telah berlaku.
2. Masa Besluiten Regering Tahun 1814-1855 Belanda kembali menduduki wilayah Indonesia setelah
Inggris meninggalkan Indonesia tahun 1810. Besluiten
Regering yang berdasarkan pasal 36 UUD Belanda merupakan landasan dasar bagi raja untuk mempunyai kekuasan mutlak
dan tertinggi atas daerah jajahan. Dalam implementasinya, raja mengangkat
komisaris jendral
untuk melaksanakan
pemerintahan di Hindia Belanda. Para komisaris jendral yang pernah menjabat tidak pernah melakukan perubahan peraturan
dan tetap memberlakukan peraturan yang berlaku pada masa Inggris karena menunggu kodifikasi hukum.
3. Masa Regering Reglement 1855-1926 Perubahan sistem pemerintahan di Belanda dari
monarki konstitusional
menjadi monarki
parlementer merupakan awal masa Regering Reglement. Selama berlakunya
masa Regering Reglement, beberapa kodifikasi hukum pidana berhasil diundangkan, yaitu :
a. Wetboek van Strafrecht voov European yang disebut sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Eropa yang
diundangkan dengan Staatblad No. 55 tahun 1866.
17
b. Aglemene Politie Strafreglement yang deisebut sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pribumi yang
diundangnan dengan Staatblad No.58 tahun 1872. c. Politie Strafreglement yang diberlakukan bagi orang bukan
Eropa. d. Wetbook van Strafrecht voor Netherlandsch-Indie yang
disebut sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Hindia-Belanda yang diundangkan dengan Staatblad No.
732 tahun 1915 dan mulai berlaku 1 Januari 1918. 4. Masa Indische Staatregeling 1926-1942
Pada masa ini sistem hukum di Indonesia semakin jelas keberadaannya karena dalam pasal 131 jo. pasal 163 telah
dilakukan pembagian golongan penduduk Indonesia beserta hukum yang berlaku. Indische Staatregeling merupakan dasar
bagi hukum pidana Belanda Wetbook van Strafrecht voor Netherlands-Indie untuk tetap diberlakukan pada seluruh
penduduk Indonesia. 5. Masa Pendudukan Jepang
Pemerintahan tentara
Jepang tidak
melakukan perubahan sistem hukum yang signifikan yang sebelumnya
berlaku di Indonesia karena dianggap tidak bertentangan dengan pemerintahan militer. Oleh karena itu, hukum pidana
18
yang diberlakukan tetap menggunakan hukum pidana Belanda yang berdasarkan pada pasal 131 jo. pasal 163.
Pada masa ini terdapat dualisme hukum pidana karena wilayah Hindia Belanda dibagi menjadi dua bagian dibawah
penguasaan militer yang tidak saling membawahi. Angkatan Laut Jepang menguasai wilayah Indonesia timur yang
berkedudukan di Makasar sedangkan Angkatan Darat Jepang menguasai Wilayah Indonesia barat yang berkedudukan di
Jakarta Kanter dan Sianturi dalam Bahiej, 2006.