Pelatihan Kerja dan Kaitannya dengan Program Rehabilitasi

44 d. Mengurangi kemungkinan perceraian ; e. Penderitaan terbatas hanya pada hilangnya kemerdekaan bergerak saja. 4. Bagi masyarakat, berarti : a. Perbaikan dari masyarakat, baik berupa materi maupun moral ; b. Meningkatkan keamanan bagi masyarakat ; c. Bertambahnya tenaga produktif ; d. Memperingan beban masyarakat untuk memberi jainan sosial kepada keluarga narapidana e. Memperkecil biaya untuk pemeliharaan narapidana.

C. Kajian Tentang Narapidana dan Residivis 1. Pengertian Narapidana

Narapidana dalam pengertiannya menurut pasal 1 ayat 7 UU No.12 tahun 1995 adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas. Narapidana disebut juga sebagai warga binaan pemasyarakatan karena berada di bawah pembinaan dan pembimbingan Lapas. Yang dimaksud dengan kehilangan kemerdekaan adalah merupakan suatu penderitaan yang dialami narapidana karena harus berada di dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu, sehingga negara mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya penjelasan UU No. 12 tahun 1995. Sebelum berstatus sebagai narapidana, sebelumnya yang bersangkutan berstatus sebagai terpidana, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap 45 pasal 1 ayat 6 UU No. 12 tahun 1995. Perubahan status dari terpidana menjadi narapidana terjadi setelah pendaftaran terpidana yang di terima di Lapas pasal 10 ayat 1 dan 2 UU No. 12 tahun 1995. Penjelasan perubahan status tersebut dijelaskan dalam penjelasan umum UU No. 12 tahun 1995 pasal 11 bahwa perubahan status terpidana menjadi narapidana setelah sekurang-kurangnya dilakukan pencatatan putusan pengadilan, jati diri, dan barang dan uang yang dibawa serta pembuatan berita acara serah terima terpidana. Apabila pembinaan terhadap narapidana telah sampai tahap akhir, maka kepada yang bersangkutan diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat yang pembinaannya dilakukan di luar Lapas dan dilakukan oleh Balai Pemasyarakatan Bapas Sujatno, 2004. Berlandaskan pada pasal 1 ayat 9 UU No. 12 tahun 1995, maka status narapidana yang berada dalam bimbingan Bapas berubah menjadi Klien Pemasyarakatan sampai benar-benar dinyatakan bebas.

2. Pengertian Residive Residivis

Pengulangan atau yang disebut juga residive memiliki arti dalam hal seseorang telah melakukan beberapa perbuatan yang masing-masing merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri dan setiap perbuatan yang satu dan yang lain telah dijatuhi hukuman oleh pengadilan Anwar, 1981. Terdapat 2 dua arti pengulangan, dimana yang satu menurut masyarakat atau sosial dan yang lainnya dalam arti hukum pidana Chazawi, 2002. Menurut arti yang pertama, masyarakat menganggap bahwa setiap orang yang setelah dipidana, menjalaninya yang kemudian melakukan tindak 46 pidana lagi, di sini terdapat pengulangan tanpa melihat syarat-syarat lainnya. Sedangkan pengulangan dalam arti hukum pidana, pengulangan yang juga sebagai dasar pemberat pidana, tidak cukup apabila hanya melihat berulangnya melakukan tindak pidana, tetapi dikaitkan pada syarat-syarat tertentu yang ditetapkan undang-undang. Kata recidive sendiri diambil dari dua kata latin, yaitu re yang berarti lagi dan codo yang berarti jatuh. Recidive berarti suatu tendensi berulang kali dihukum karena melakukan kejahatan dan mengenai orangngya disebut sebagai residivis Bawengan dalam Yudiet, 2008. Hampir sama dengan apa yang dinyatakan oleh Anwar mengenai pengertian residivis, Kartanegara dalam Torkis, 2009 mendefinisikan residivis sebagai seseorang melakukan beberapa perbuatan yang merupakan beberapa delik yang berdiri sendiri yang atas satu atau lebih perbuatan telah dijatuhi hukuman oleh hakim. Sedangkan pengertian residivis menurut Wiryono Projodikoro dalam Yudiet, 2008 adalah seorang yang sudah dijatuhi hukuman perihal suatu kejahatan, dan kemudian setelah menjalani hukuman melakukan suatu tindakan pelanggaran hukum lagi yang berakibat bahwa hukuman yang akan dijatuhkan kemudian dapat diperberat, yaitu melebihi maksimal. Pengulangan tindak pidana berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi Torkis, 2009 : 47 a. Accidentale residive yaitu apabila pengulangan tindak pidana yang dilakukan merupakan akibat dari keadaan yang memaksa dan menjepitnya. b. Habituale residive yaitu pengulangan tindak pidana yang dilakukan karena si pelaku memang sudah memiliki inner criminal situation, yaitu tabiat jahat sehingga kejahatan merupakan perbuatan yang biasa bagi dirinya. Selain kedua bentuk di atas, dapat juga dibedakan ke dalam dua jenis Anwar, 1981, yaitu : a. Residive umum yaitu seseorang yang telah melakukan kejahatan dan terhadap kejahatan tersebut dijatuhi hukuman yang telah dijalani, kemudian ia mengulangi kembali setiap jenis kejahatan atau kejahatan yang berbeda maka pengulangan ini dapat digunakan sebagai dasar pemberatan hukuman terhadap dirinya. b. Residive khusus yaitu seseorang yang telah melakukan kejahatan dan terhadap kejahatan tersebut dijatuhi hukuman yang telah dijalani, kemudian setelah menjalani hukuman ia mengulang kembali melakukan kejahatan dan kejahatan tersebut merupakan kejahatan sejenis. Selain kedua pembedaan tersebut, Rubai dalam Yudiet, 2008 menambahkan bahwa terdapat kambuhan tengah tussenstelsel, yaitu kambuhan yang terjadi apabila seseorang telah melakukan tindak pidana dan atas tindak pidana yang dilakukan telah dijatuhi hukuman pidana 48 kemudian melakukan pidana yang termasuk kelompok tindak pidana yang karena sifatnya dianggap sama.

3. Pengertian Narapidana Residivis

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan narapidana residivis adalah seseorang yang sedang menjalani hukuman dan sebelumnya sudah pernah melanggar hukum dan menjalani proses hukuman baik karena telah melakukan kejahatan yang sama maupun berbeda.

D. Correctional Psychology

Dalam pelaksanaan hukum, ilmu psikologi bermanfaat bagi petugas hukum yang menghadapi pasal-pasal hukum pidana yang akan diterapkan kepada pelanggar hukum. Permasalahan yang muncul dalam hal ini adalah sejauh mana petugas-petugas Lembaga Pemasyarakatan memiliki pengertian dan pemahaman mengenai aspek-aspek psikologi narapidana Ngani Meliala, 1985. Dalam hal ini, Correctional Psychology merupakan area ilmu psikologi yang digunakan dalam lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Kajian utama dalam psikologi koreksional menurut Hawk dalam Decaire, tanpa tahun adalah membantu rehabilitasi dan reintegrasi narapidana. Dalam hal ini, psikolog koreksional memiliki berbagai macam tanggung jawab. Fokus utama psikolog koreksional adalah mengaplikasikan layanan psikologis mereka secara langsung kepada narapidana, evaluasi populasi penjara, pengelolaan narapidana, dan memberikan evaluasi dan rekomendasi.