Rehabilitasi Narapidana Dalam Proses Pemasyarakatan

42 negara saja, melainkan diharapkan memberikan manfaat sebagai bekal hidup di masyarakat Torkis, 2009. Achmad dan Romli 1979 menjelaskan bahwa para pakar telah mengemukakan bahwa hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh narapidana diperuntukkan bagi yang bersangkutan untuk membiayai diri dan keluarganya. Berlandaskan pada Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.01-PP.02.01 tahun 1990 pasal 4 ayat 1, dalam pembinaan keterampilan kerja bagi narapidana menuju proses pembauran yang dilaksanakan bersama pihak ketiga, wajib diberikan imbalan jasa yang besarnya sekurang-kurangnya Rp 2000,00 seorang setiap hari kerja. Sedangkan yang dimaksud keterampilan kerja tercantum dalam pasal 4 ayat 3, yaitu keterampilan yang dapat menghasilkan suatu produk baik jasa maupun barang tertentu. Dengan demikian, pemberian pekerjaan tersebut akan menjadi salah satu usaha dalam kerangka kebutuhan re-edukasi dan resosialisai narapidana sebagai program rehabilitasi, karena dalam Achmad Romli 1979 : 1. Bagi narapidana, pemberian pekerjaan ini berarti : a. Sebagai pelajaran bahwa dengan bekerja keras dan halal dapat menjamin kebutuhan hidup tanpa melakukan suatu tindak kejahatan ; b. Menanamkan semangat kerja yang dapat menikmati hasilnya sendiri ; c. Memberikan keyakinan diri bahwa setelah bebas akan mempunyai kesenangan untuk bekerja dan mempunyai keahlian ; d. Lebih menghargai penghasilan yang diperoleh dari usaha dan jerih payahnya sediri ; 43 e. Memberikan rasa ketenangan karena dengan bekerja masih dapat memberikan penghidupan bagi keluarganya ; f. Hukuman yang harus dijalankan tidak mempengaruhi sifat sebagai manusia yang harus bekerja ; g. Tidak kehilangan harga diri sebagai pencari nafkah bagi keluarganya ; h. Mengurangi rasa dijauhi keluarganya karena tetap berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarganya ; i. Terpeliharanya rasa tanggung jawab kepada keluarganya ; j. Tidak merasa asing bagi keluarganya setelah bebas. 2. Bagi keluarga narapidana, berarti : a. Adanya jaminan hidup ; b. Hubungan dengan narapidana tetap terpelihara ; c. Tidak mengabaikan keadaan narapidana ; d. Memberikan dorongan untuk berhemat karena mengetahui bahwa narapidana harus bekerja keras untuk tetap memberikan penghidupan bagi keluarga. 3. Bagi negara, berarti : a. Membantu menjamin keselamatan keluarga untuk mendapatkan nafkah sehari-hari ; b. Mengurangi kemungkinan bertambahnya tindak kejahatan, terutama kejahatan anak-anak dan wanita ; c. Mengurangi kemungkinan pengulangan tindak kejahatan setelah narapidana dibebaskan ; 44 d. Mengurangi kemungkinan perceraian ; e. Penderitaan terbatas hanya pada hilangnya kemerdekaan bergerak saja. 4. Bagi masyarakat, berarti : a. Perbaikan dari masyarakat, baik berupa materi maupun moral ; b. Meningkatkan keamanan bagi masyarakat ; c. Bertambahnya tenaga produktif ; d. Memperingan beban masyarakat untuk memberi jainan sosial kepada keluarga narapidana e. Memperkecil biaya untuk pemeliharaan narapidana.

C. Kajian Tentang Narapidana dan Residivis 1. Pengertian Narapidana

Narapidana dalam pengertiannya menurut pasal 1 ayat 7 UU No.12 tahun 1995 adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lapas. Narapidana disebut juga sebagai warga binaan pemasyarakatan karena berada di bawah pembinaan dan pembimbingan Lapas. Yang dimaksud dengan kehilangan kemerdekaan adalah merupakan suatu penderitaan yang dialami narapidana karena harus berada di dalam Lapas untuk jangka waktu tertentu, sehingga negara mempunyai kesempatan penuh untuk memperbaikinya penjelasan UU No. 12 tahun 1995. Sebelum berstatus sebagai narapidana, sebelumnya yang bersangkutan berstatus sebagai terpidana, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap