26
Berdarkan pendapat para ahli yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki perilaku asertif
merasa dirinya
dihargai, memiliki
perasaan lega,
dapat mengkomunikasikan
secara jelas
tentang keinginan
dan kebutuhannya, mempunyai pikiran yang positif, tidak mudah cemas,
serta lebih banyak kepuasan dalam hidupnya
B. KAJIAN TEKNIK ROLE PLAYING
1. Pengertian Teknik Role playing
Martinis Yamin 2008: 166 menjelaskan bahwa role playing adalah teknik yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih
tentang topik atau situasi, di mana siswa melakukan peran masing- masing sesuai dengan tokoh yang diperankan dan siswa berinteraksi
dengan sesamanya melalui peran terbuka. Jadi role playing merupakan teknik yang melibatkan interaksi antar siswa dengan melakukan peran
masing-masing yang diberikan oleh guru dengan satu topik tertentu. Sementara itu Moeslichatoen 1993: 9 berpendapat bahwa role
playing merupakan suatu kejadian yang memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda sekitar anak pada situasi tertentu sehingga dapat dipakai
oleh anak untuk mengembangkan daya khayal atau imajinasi sehingga dapat menhayati tujuan dari kegiatan tersebut. Senada dengan pendapat
yang disampaikan oleh Vygotsky dalam Moeslichatoen, 1993: 20 disebut juga main simbolis, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi,
27
atau bermain drama, sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi pada individu.
Jadi menurut Moeslichatoen dan Vygosky, role playing merupakan bermain dengan memerankan suatu tokoh dilengkapi dengan bermain
simbolis, fantasi dan imajinasi dan sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi pada individu.
Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun 1992: 48 mengungkapkan, teknik role playing yaitu :
In role playing, student explore human relations problems by enacting problem situation and then discussing the
enactments. Together, students can explore feelings, attitudes, values, and problem solving strategies.
Role playing menurut Bruce Joyce lebih pada teknik dalam mengeksplore masalah yang terjadi pada hubungan antar manusia
dengan melakukan pemeranan sesuai dengan situasi yang ada dan disertai dengan diskusi setelah dilakukan pemeranan tersebut.
Hal senada juga disampaikan oleh Linda Campbell 2006: 81. Menurutnya, role playing memberikan kepada siswa dan guru
kebebasan dalam mengkreasikan permainan dari topik pelajaran yang mementingkan proses dari permaianan daripada hasilnya. Selanjutnya
menurut Udin S. Wiranataputra 2009: 34, role playing adalah teknik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memerankan suatu karakter dalam situasi dan kondisi tertentu. Artinya,
28
siswa harus memainkan satu peran tertentu sehingga yang bermain tersebut harus mampu berbuat, berbicara, bertindak sesuai dengan
perannya. Role playing menurut pendapat Linda Campbell dan Udin S. Wirapranata lebih menekankan tentang cara siswa berkerasi dan
berimajinasi dalam memerankan peran yang telah ditentukan oleh guru. Guru yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu Guru Bimbingan
dan Konseling BK Sementara menurut Pusat Bahasa Indonesia Depdikbud 2007: 24
“bermain” artinya bersenang senang dengan melakukan sesuatu, sedangkan peran “peran” artinya memerankan atau melakukan dengan
aktif. Jadi atau role playing adalah teknik pembelajaran dalam menyampaikan pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
memerankan atau melakukan peran berpura-pura secara aktif dengan perasaan gembira.
Berdasarkan beberapa pengertian para ahli, dapat disimpulkan teknik role playing yaitu cara belajar yang dilakukan dengan cara
memberikan memberikan tugas kepada siswa untuk memerankan satu karakter yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru,
sehingga siswa mudah memahami serta dapat mempraktikkan tentang materi yang diberikan.
29
2. Tujuan Teknik Role playing