23
8. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis
berorientasi pada
manusia, dan
memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal dan kerja sama yang baik. Kekuatan kepemimpinan demokratis terletak pada partisipasi
aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu mau mendengarkan nasihat sugesti
bawahan. Juga bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing mampu memanfaatkan kapasitas setiap
anggota seefektif mungkin pada saat dan kondisi yang tepat.
2.2.3. Asas dan Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan mempunyai fungsi yaitu memandu, menuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan motivasi-
motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan komunikasi yang baik memberikan pengawasan yang efisien, dan
membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan. Tugas-tugas kepemimpinan di
dalamnya tercakup pemberian insentif sebagai motivasi untuk bekerja lebih giat. Insentif materiil dapat berupa uang, sekuritas fisik, jaminan
sosial, jaminan kesehatan, premi, bonus, kondisi kerja yang baik. Selain itu dapat pula diwujudkan dalam bentuk insentif sosial yang berupa
24
promosi jabatan, status sosial tinggi, martabat diri, respek dan lain-lain. Insentif sosial disebut juga sebagai insentif imateriil.
Asas-asas Kepemimpinan adalah sebagai berikut: a.
Kemanusiaan, mengutamakan sifat-sifat kemanusiaan, yaitu pembimbingan manusia oleh manusia, untuk mengembangkan
potensi dan kemampuan setiap individu demi tujuan-tujuan
human
. b.
Efisien, efisien teknis maupun sosial, berkaitan dengan terbatasnya sumber-sumber, materi, dan jumlah manusia atas prinsip
penghematan, adanya nilai-nilai ekonomis, serta asas-asas manajemen modern.
c. Kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih merata, menuju pada
yang lebih tinggi.
2.2.4. Kepemimpinan Guru
Kepemimpinan sebagai perilaku seorang pimpinan dalam mempengaruhi individu dan kelompok orang dapat berlangsung di mana
saja. Kepemimpinan dalam organisasi sekolah adalah kepemimpinan pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan proses aktivitas
peningkatan pemanfaatan sumberdaya manusia dan material di sekolah secara
lebih kreatif,
mengintegrasikan semua
kegiatan dalam
kepemimpinan, sedangkan manajemen dan administrasi pendidikan membuat membuat keputusan untuk kelangsungan pembelajaran secara
efektif. Menurut Sue dan Glover 2000 dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah menolong murid untuk mengembangkan kapasitas
25
pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas manajemen, struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan
mengajar dan paluang belajar para murid secara maksimal. Jadi yang menjalankan kepemimpinan dalam pembelajaran adalah guru, karena
proses mempengaruhi murid agar mau belajar dengan sukarela dan senang memungkinkan tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. semakin
senang perasaan anak dalam mengikuti pembelajaran, diharapkan tujuan pembelajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa tercapai secara optimal.
Menurut Davis 1996 dalam konteks peran guru, memimpin adalah pekerjaan yang dilakukan oleh guru untuk memberikan motivasi,
mendorong dan membimbing siswa sehingga mereka akan siap untuk mencapai tujuan belajar yang telah disepakati. Menurut Sriyono
et al
1992 dilihat dari segi hubungan guru dengan murid dalam konteks kepemimpinan, ada beberapa gaya kepemimpinan guru, yaitu:
a. Guru yang otoriter
Guru yang otoriter adalah guru yang mementingkan kerja keras dan mengontrol kegiatan siswanya. Semua siswa diarahkan
sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Siswa menerima dan bersikap pasif. Akibat gaya guru seperti ini ada kecenderungan
timbulnya sikap apatis dan bergantung pada guru serta muncul kecanggungan untuk bekerja sama atau sikap kurang sopan dan
agresif kepada temannya sendiri dalam kelas. Nasution 2000 menjelaskan dengan hukuman dan ancaman anak dipaksa untuk
26
menguasai mata pelajaran. Tidak jarang guru menjadi otoriter dan menggunakan kekuasaannya untuk mencapai tujuannya tanpa lebih
jauh mempertimbangkan akibatnya bagi anak, khususnya bagi perkembangan anak.
b. Guru yang memberikan kebebasan
Guru yang tidak mau atau enggan memberikan bimbingan kepada siswa. Dalam situasi ini, siswa yang aktif atau berinisiatif
dalam menentukan apa yang ingin mereka pelajari dan bagaimana cara mengerjakannya. Akibatnya gaya guru seperti ini, maka siswa
cenderung membentuk hubungan baik sesama temannya, ragu-ragu dalam berbuat sehingga sering meminta bantuan guru. Nasution
2000 sikap permissive para guru membiarkan anak berkembang dalam kebebasan tanpa banyak tekanan frustasi, larangan, perintah,
atau paksaan. c.
Guru yang demokratis Peran guru sebagai pemimpin dalam proses belajar
mengajar adalah fasilitator belajar dalam kelompok. Guru memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar. Bahkan siswa diberikan kesempatan memberikan koreksi terhadap guru dan gagasan murid sangat diperhatikan untuk
menciptakan hubungan timbal balik yang harmonis. Dalam gaya kepemimpinan guru seperti ini akan muncul sikap bersahabat,
terbuka, kreatif dan kerja sama.
27
Ada perbedaan signifikan antara guru demokratis dan guru otoriter dalam pembelajaran. Pemimpin otoriter, cenderung berbuat
banyak untuk mengambil keputusan, sedangkan pemimpin demokratis membagi kepada kelompok untuk membuat keputusan.
Nasution 2000 fungsi guru yang utama adalah memimpin anak- anak, membawa mereka ke arah tujuan yang tegas.
2.2.5 Tugas-Tugas Kepemimpinan