44
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan menur
Gambar 1. Kerangka Berfikir
PENDIDIKAN
Formal Non Formal
Informal
Belum
mampu mengakomodir
potensi dan bakat unik yang beragam
Timbul ketidakpuasan orangtua
akan hasil keluaran output yang dihasilkan pendidikan formal
Homeschooling
Homeschooling sebagai alternatif model
pendidikan Homeschooling
masih dianggap
sebagai model pembelajaran yang tidak diakui dan tidak memiliki
landasan hukum yang kuat
Implementasi Program Reguler Homeschooling Anak
Pelangi Yogyakarta Pengenalan
Homeschooling
45 Menurut UU No 20 Tahun 2003 SISDIKNAS merupakan usaha dasar dan
terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses pembelajaran agar secara efektif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Melihat
dari definisi tersebut, untuk mewujudkan suatu individu yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta berketerampilan tentunya tidak hanya didapatkan melalui sistem pendidikan “standar” yang mana hanya meliputi proses kegiatan pembelajaran di sekolah
formal. Individu harus terlebih dahulu mengenali siapa dirinya, apa-apa yang merupakan bakat dan potensi ang dimilikinya, serta metode belajar yang tepat
baginya. Apabila suatu individu telah berhasil “mengenal” siapa dirinya, tentunya proses untuk menjadikan individu yang bersangkutan untuk menjadi individu
yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berketerampilan tidak akan sulit untuk dilakukan.
Namun ironisnya, pendidikan formal di sekolah konvensional yang hingga saat ini masih menjadi mayoritas sistem pendidikan yang dianut masyarakat kita
dan merupakan metode pendidikan yang dipuja-puja banyak orang semakin menunujukkan ketidakmampuan untuk membangun suatu individu seperti yang
diharapkan. Fakta menunjukkan bahwa terdapat fenomena “penyeragaman” bakat
dan potensi anakpeserta didik. Seluruh peserta didik dipaksa untuk menguasai semua mata pelajaran yang ada, dengan dibayang-bayangi standar nilai KKM,
46 dengan tidak memperdulikan semaraknya bakat dan potensi yang berbeda-beda
yang dimiliki tiap peserta didik. Berangkat dari ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan formal, beberapa
keluarga akhirnya melirik model pendidikan alternatif bagi putra-putrinya untuk semakin mengembangkan bakat unik yang mereka miliki. Homeschooling hadir
menjawab tantangan tersebut. Dengan metode pembelajaran yang tidak kaku, baik dari waktu belajar maupun bahan pengajaran, para siswa Homeschooling dapat
lebih mudah menyerap bahan pelajaran. Dalam Homeschooling pula, orangtua yang memegang peranan sentral dalam kegiatan pembelajaran tiap harinya, untuk
selanjutnya jika dirasa anak sudah mampu, anak sendiri yang akan menentukan apa yang ingin dipelajari dan apa yang ingin dikembangkan. Peran orangtua
sebagai mentor sekaligus pengawas membuat anak tidak merasakan adanya tekanan karena anak melakukan kegiatan pembelajaran tidak dengan orang asing.
Dengan berbagai kelebihan yang ada pada homeschooling, homeschooling diharapkan menjadi suatu model pendidikan alternatif yang mampu
mengembangkan potensi dan bakat anak. Homeschooling menjadi altenatif bagi para orangtua yang sudah mulai jengah dan tidak puas dengan hasil yang
ditunjukkan dari sistem pendidikan formal. Namun tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat masih belum banyak mengenal model pendidikan
Homeschooling. Sebagian besar yang lain menganggap Homeschooling hanya sebatas layaknya sebuah les privat yang tidak memiliki payung hukum dan tidak
diakui keberadaannya.
47 Oleh karena itu, penelitian untuk mengkaji lebih dalam mengenai
implementasi Homeschooling,
tepatnya implementasi
program reguler
Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta beserta faktor pendukung dan penghambatnya, sekaligus solusi dalam meminimalisir faktor penghambat yang
ada dirasa perlu untuk dilakukan untuk mengenalkan lebih dalam mengenai Homeschooling kepada masyarakat luas
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, muncul beberapa pertanyaan penelitian sebagai dasar dalam menelaah secara lebih mendalam terkait
implementasi program reguler Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta. Adapun pertanyaan penelitian tersebut ialah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi program reguler Homeschooling Anak Pelangi
Yogyakarta? a.
Bagaimana Perencanaan Program Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta?
1 Bagaimana
Kegiatan Pembelajaran
yang dilaksanakan
oleh Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta?
2 Kurikulum apa yang dipakai Homeschooling Anak Pelangi
Yogyakarta? 3
Bagaimana Evaluasi dan Monitoring Belajar di Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta?
4 Bagaimana Pendanaan di Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta?
48 5
Bagaimana Fasilitas dan Sarana Prasarana di Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta?
b. Bagaimana Pelaksanaan Program Homeschooling Anak Pelangi
Yogyakarta? c.
Bagaimana Evaluasi Program Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta? 2.
Bagaimana faktor pendukung dan penghambat Homeschooling di Kota Yogyakarta?
3. Bagaimana solusi yang digunakan dalam meminimalisir faktor penghambat
yang ada dalam implementasi program reguler Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta?