Faktor-faktor Pemicu dan Pendorong Homeschooling

39 dan tempat-tempat lain yang menarik perhatiannya serta dapat dijadikan tempat belajarnya. 3 Ajang menanamkan cinta belajar Homeschooling berusaha menyadarkan kepada orangtua bahwa belajar bisa dilakukan di mana saja, termasuk di rumah. Untuk menanamkan rasa cinta belajar kepada anak sejak dini, hanya orangtualah yang mungkin paling layak untuk mewujudkannya. 4 Memberikan kemudahan belajar karena fleksibel Sebagai bentuk dari sistem pendidikan informal, kunci utama penyelenggaraan Homeschooling adalah adanya kelenturan atau fleksibilitas, tidak kaku dan tidak terlalu berstruktur sebagaimana sekolah formal, Homeschooling justru akan kehilangan makna utamanya apabila terlalu disusun dalam kurikulum yang baku. 5 Mendukung belajar secara kontekstual Kata konteks merujuk pada “keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan” yang berhubungan dengan diri yang terjalin bersamanya. Untuk menyadari seluruh potensinya, semua organisme hidup, termasuk manusia, harus berada di dalam gabungan yang tepat dengan konteks mereka. Homeschooling sangat memungkinkan untuk menampung sekaligus mendukung kegiatan belajar yang kontekstual. Ketika seorang anak dapat mengaitkan isi materi pelajaran yang dipelajarinya dengan pengalaman mereka sendiri, mereka menemukan 40 makna, dan memberi alasan kepada mereka untuk belajar Seto Mulyadi, 2007: 44. Di sisi lain, Seto Mulyadi 2007 juga turut memaparkan kelemahan yang terdapat dalam sistem pendidikan Homeschooling, yakni: 1 Anak-anak yang belajar di Homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. 2 Sekolah merupakan tempat belajar yang khas yang dapat melatih anak untuk bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya. 3 Homeschooling dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan- kenyataan yang kurang menyenangkan, sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu. 4 Apabila anak hanya belajar di Homeschooling, kemungkinan ia akan terisolasi dari lingkungan sosial yang kurang menyenangkan sehingga ia kurang siap untuk menghadapi berbagai kesalahan atau ketidakpastian.

B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang relevan yang telah dilakukan sebelumnya ialah antara lain penelitian yang dilakukan oleh: 1. Henny Helmi 2008 mengenai “Peran Homeschooling Dalam Mengembangkan Diri Anak Seutuhnya: Studi Kasus Pada Komunitas Homeschooling Berkemas Berbasis Keluarga dan Masyarakat Jakarta. 41 Penelitian tersebut menunjukkan bahwa munculnya kebutuhan Homeschooling di Komunitas Homeschooling Berkemas lebih dikarenakan oleh pemenuhan kebutuhan pendidikan yang layak bagi anak yang tidak dapat diperoleh melalui sekolah formal. Ketidakpuasan orangtua terhadap kualitas pendidikan di sekolah konvensional dan ketidakmampuan untuk menyekolahkan anak di sekolah yang dianggap bermutu, membuat keluarga akhirnya memutuskan untuk menerapkan Homeschooling bagi putra-putri mereka. Kurikulum Homeschooling di Komunitas Homeschooling Berkemas tetap menggunakan kurikulum dari Dinas Pendidikan Nasional yang dalam pengaplikasiannya disesuaikan dengan bakat dan minat anak. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan school at home dan electic. Dalam proses pembelajarannya juga menyesuaikan dengan cara belajar masing-masing anak yang unik. Adapun evaluasi diserahkan kepada masing-masing orangtua yang waktu pelaksanannya bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi di sekolah formal. Homeschooling mempunyai peran yang cukup baik dalam mengembangkan diri anak seutuhnya. Perkembangan kognitif, sosial- emosional, dan kesadaran beragama homeschooler berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari lompatan belajar yang mereka lakukan; rasa percaya diri, keberanian dan empati yang mereka miliki, serta pengamalan ajaran agama yang mereka anut. 2. Penelitian relevan lainnya ialah penelitian yang dilakukan oleh Arif Budi Setiawan 2013 mengenai “Homeschooling Sebagai Pendidikan Alternatif 42 Studi Kasus di Homeschooling Primagama Yogyakarta. Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang konsep Homeschooling dan proses pembelajaran Homeschooling Primagama Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil laatar belakang Homeschooling Primagama Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi pengamatan, dokumentasi dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, konsep Homeschooling secara umum adalah pendidikan yang berusaha mengembalikan kepada jiwa anak, yaitu belajar menyenangkan dan tidak menekan siswa. Secara garis besar Homeschooling bersifat fleksibel. Sementara itu, proses pembelajaran Homeschooling Priagama Yogyakarta seperti halnya konsep Homeschooling pada umumnya, yaitu fleksibel. Proses pembelajaran Homeschooling Primagama Yogyakarta adalah pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai subjek pembelajaran. Dengan sistem yang fleksibel, tutorpendamping bebas menentukan bagaimana cara berlangsungnya proses pembelajaran, dengan mempertimbangkan siswa yang diajar. Terpenting adalah bagaimana menjadikan proses belajar yang menyenangkan dan mengedepankan minat dan kebutuhan anak. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki beberapa perbedaan dan persamaan dengan kedua penelitian yang relevan di atas. Perbedaan yang paling