108 dan operasional tiap harinya, penunggkan pembayaran SPP siswa per
bulannya tentu tidak dapat dianggap sebelah mata karena hal tersebut pada suatu titik dapat menjadi batu sandungan bagi pihak manajemen
Homeschooling Anak Pelangi dalam memberikan pelayanan pendidikan bagi para siswanya.
3. Upaya dalam Menanggulangi dan Meminimalisir Faktor Penghambat
Implementasi program reguler Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta
Dalam menanggulangi dan meminimalisir faktor penghambat yang ditemui dalam implementasi program reguler Homeschooling Anak Pelangi
Yogyakarta, pihak manajemen Homeschooling Anak Pelangi sendiri melakukan berbagai macam upaya yang dinilai relevan dan efektif dalam
menanggulangi dan meminimalisir faktor penghambat yang telah dibahas sebelumnya.
Adanya cibiran dan ketidakpercayaan sebagian besar masyarakat akan sistem pendidikan yang ditawarkan Homeschooling memang tidak dapat
disangkal. Untuk meminimalisir dan mengurangi keraguan masyarakat akan sistem pendidikan Homeschooling, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta telah
seringkali mengadakan sosialisasi kepada masyarakat, seperti yang dikatakan Ibu ESR:
“Sebetulnya kita sudah berulangkali mensosialisasikan hal tersebut. Kita sudah seringkali mensosialisasikan dan memaparkan secara rinci
mengenai image dan intisari daripada pendidikan Homeschooling. Mungkin masih banyak yang menganggap bahwa Homeschooling
109 identik
dengan anak-anak
yang nakal,
sebenarnya tidak.”HW13052015.
Melalui sosialisasi tersebut, Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
berharap masyarakat awam lebih mengenal apa sebenarnya yang dinamakan Homeschooling itu agar masyarakat tidak buta akan pilihan pendidikan
alternatif di luar sistem pendidikan formal yang ada. Sedangkan untuk menanggulangi kerapnya miskomunikasi antara
pihak Dinas Pendidikan Yogyakarta dengan pihak Homeschooling Anak Pelangi terkait informasi-informasi dan agenda penting yang seringkali tidak
tersampaikan, pihak Homeschooling Anak Pelangi telah berkomitmen untuk bersikap pro aktif dengan tidak bersikap pasif dan sekedar menyalahkan
buruknya manajemen Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam penyebaran nfromasi. Hal ini dapat kita ketahui dari hasil wawancara dengan Miss SW:
“Sedangkan untuk masalah kurang informatifnya Dinas Pendidikan, kami mencoba untuk kami sendiri yang pro aktif dalam mencari tahu
info-info penting maupun kegiatan yang akan dilakukan Dinas Pendidikan yang dapat berimplikasi baik terhadap pertumbuhan
Homeschooling
kami.” HW20042015.
Beralih ke faktor penghambat lain dalam implementasi program reguler Homeschooling Anak Pelangi Yogyakarta yakni terkait keterbatasan
ruang dan luas Homeschooling Anak Pelangi yang tidak ideal, Miss IC sendiri selaku Direktur dari Homeschooling Anak Pelangi memang sudah
merencanakan untuk memindahkan gedung Homeschooling Anak Pelangi ke lokasi lain yang diharapkan lebih baik dari berbagai aspek:
110 “Terakhir terkait gedung Homeschooling yang kurang luas, kami
sudah berniat untuk mencari tempat lain yang jauh lebih besar. Saya pribadi menginginkan lokasi Homeschooling Anak Pelangi yang baru
nantinya tetap berada di bilangan daerah Jalan Taman Siswa karena Homeschooling Anak Pelangi sendiri sudah identik berlokasi di Jalan
Taman Siswa Yogyakarta.”HW20042015. Pernyataan di atas diperkuat oleh Miss SW:
“Untuk masalah keterbatasan ruang, kami sudah berencana untuk pindah lokasi, Mas.Singkatnya, lokasi ini hanya sekedar batu loncatan
saja untuk selanjutnya pindah ke lokasi permanen yang kami harapkan
lebih luas, lebih nyaman, dan lebih kondusif.”HW20042015. Seperti yang diketahui dan telah disinggung sebelumnya, keterbatasan
luas gedung Homeschooling Anak Pelangi pada akhirnya berimbas pada banyak hal, seperti terhambatnya kegiatan pembelajaran karena sulitnya
menyelaraskan satu jadwal pelajaran dengan jadwal lain yang tidak diimbangi dengan jumlah ruang belajar yang memadai, ketiadaan ruang ekstrakurikuler
dan ruang-ruang fasilitas pembalajaran lain. Wacana pemindahan lokasi Homeschooling Anak Pelangi sendiri sebenarnya telah digaungkan dalam
pihak intern manajemen Homeschooling Anak Pelangi, namun belum dapat dipastikan mengenai waktu pelaksanaan wacana tersebut.
Dalam menyikapi hal di atas, pihak Homeschooling Anak Pelangi mengatur sedemikian rupa mengenai penggunaan ruang belajar yang terdapat
di Homeschooling Anak Pelangi. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler yang hingga saat ini berada di ruang belajar diadakan pada sore hari dimana jam
pembelajaran telah usai atau diadakan pada hari libur. Dengan demikian,
111 diharapkan pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler tidak mengganggu
efektivitas kegiatan pembelajaran yang ada di Homeschooling Anak Pelangi. Mengenai
ketiadaan fasilitas-fasilitas
pembelajaran seperti
laboratorium, UKS, lapangan olahraga, tempat ibadah, dan fasilitas pembelajaran lain, hampir dapat dipastikan tidak akan ditemukan
penyelesaian yang efektif selama wacana pemindahan lokasi Homeschooling Anak Pelangi direalisasikan. Permasalahan tersebut pada dasarnya hanya
merupakan masalah teknis semata, yakni keterbatasan lahan. Masalah tersebut tidak ditimbulkan karena buruknya manajemen Homeschooling Anak Pelangi
atau dikarenakan minimnya sumber daya yang dimiliki Homeschooling Anak Pelangi. Peneliti sendiri secara pribadi berani memastikan apabila wacana
pemindahan lokasi Homeschooling Anak Pelangi ke lokasi yang lebih ideal berhasil direalisasikan, maka perlahan permasalahan tersebut dapat diatasi,
terlebih apabila kita menilik semangat dan komitmen penuh Homeschooling Anak Pelangi dalam mewujudkan pendidikan alternatif yang berkualitas.
Beralih mengenai faktor penghambat yang ditemui dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, banyaknya tindakan indisipliner yang dilakukan
siswa tidak dipungkiri dan diakui baik oleh pihak manajemen Homeschooling Anak Pelangi maupun tenaga pengajar. Dalam menanggulangi dan
meminimalisir tindakan indisipliner siswa, hampir seluruh narasumber memberikan jawaban yang hampir serupa mengenai upaya-upaya preventif
yang dilakukan.Miss IC ketika disinggung mengenai hal tersebut mengatakan:
112 “Untuk kasus siswa yang indisipliner, sebisa mungkin kami
menghindari pemberian hukuman bagi siswa, terlebih hukuman fisik.Hukuman fisik tidak kami pandang sebagai solusi yang bijak dan
efektif
untuk menanggulangi
tindakan siswa
yang kurang
disiplin.Kami lebih memprioritaskan komunikasi dan pendekatan langsung kepada siswa untuk mencari tahu penyebab tindakan siswa
yang kurang disiplin tersebut untuk selanjutnya dapat kita tentukan solusi yang terbaik.
”HW20042015. Pendapat tersebut diperkuat oleh Miss SW:
“Untuk yang masalah siswa sering telat, kirang disiplin, kami biasanya berkoordinasi dengan orangtua siswa untuk selanjutnya sama-sama
melakukan pendekatan dan komunikasi dengan siswa.Kita cari tahu alasan mengapa siswa berlaku demikian, lalu kita berikan solusi-solusi
alternatif bagi siswa untuk mengatasi masalah tersebut.Dengan demikian anak sebisa mungkin tidak merasa disalahkan dan
disudutkan.
”HW20042015.
Namun nampaknya, tindakan menghindari pemberian hukuman bagi siswa untuk menimbulkan efek jera tidak terlalu diindahkan oleh tenaga
pengajar di Homeschooling Anak Pelangi. Hal ini terlihat dari pernyataan Ibu AR berikut:
“Kalau saya pribadi apabila terdapat siswa yang demikian berlaku indisipliner, tidak mengerjakan PR, saya menyuruh siswa untuk
mengerjakan ulang PR tersebut beberapa kali, sehingga muncul efek jera dari anak tanpa menerapkan hukuman yang bersifat fisik maupun
k
ekerasan.”HW07052015.
Sedangkan ketika disinggung mengenai pemberian hukuman bagi siswa yang berlaku indisipliner, Miss SW memberikan statement yang
menarik: