Klasifikasi Anak Tunagrahita Kajian Tentang Anak Tunagrahita

16 sekelasnya, anak dapat memahami perintah, dan belum dapat menggenakan pakaian luar atau seragam sekolah secara mandiri. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan pendapat yang klasifikasinya berhubungan dengan peran anak tunagrahita di masyarakat, sehingga anak tunagrahita dapat dibedakan menjadi 3 golongan dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Interaksi sosal di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat penting dilakukan, khususnya untuk anak tunagrahita diperlukan keterampilan-keterampilan karena tidak semua anak dibekali kepercayaan diri yang lebih. Anak tunagrahita juga dapat belajar serta menambah kepercayaan diri dengan lingkungan sekitar, dapat melalui teman, keluarga maupun masyarakat sekitar.

3. Pengertian Tunagrahita Kategori Sedang

Berdasarkan klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan peran di masyarakat dapat dibedakan menjadi tunagrahita kategori ringan, tunagrahita kategori sedang, dan tunagrahita kategori berat. Salah satu subjek dalam penelitian ini ialah seorang anak tunagrahita kategori sedang atau mampu latih dapat disebut imbesil atau trainable. Menurut Sutjihati Somantri 1996: 86-87 anak tunagrahita kategori sedang memiliki IQ 51 –36 diukur dalam Skala Binet dan 54 –40 diukur dalam Skala Weschler dan dapat mencapai perkembangan Mental Age sampai dengan usia kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri serta melindungi diri dari bahaya. Anak tunagrahita kategori sedang kesulitan dalam aspek akademik, tetapi masih dapat menulis secara sosial, masih dapat mengurus diri, seperti berpakaian, mandi, makan, 17 minum dan melakukan pekerjaan rumah sederhana. Mereka juga membutuhkan pengawasan dari orang tua secara terus-menerus dan mereka dapat bekerja pada tempat yang terlindung. Menurut Slamet Riadi 1984: 55-57 anak mampu latih atau embisil ialah anak yang memiliki kecerdasan rendah, kesulitan dalam menerima pembelajaran akademik, dan hanya mampu menerima pmbelajaran keterampilan khusus yang diberikan secara terus menerus atau kebiasaan. Menurut American Assosiation of Mentally Retarded AAMR dan PP No. 72 Tahun 1991 dalam Moh Amin, 1995: 23 Tunagrahita kategori sedang adalah seseorang yang mempunyai intelektual umum dan adaptasi perilaku di bawah tunagrahita tipe ringan, dapat belajar ketrampilan sekolah yang bertujuan fungsional, memperoleh ketrampilan mengurus diri, dapat melakukan adaptasi sosial di masyarakat, dapat belajar ketrampilan dasar akademis, dan dapat bekerja dalam tempat terlindung. Berdasarkan pendapat tersebut, anak tunagrahita kategori sedang merupakan anak yang memiliki kecerdasan di bawah anak tunagrahita kategori ringan, kesulitan untuk menerima pembelajaran yang bersifat akademik tetapi dapat menerima pembelajaran yang bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Kemis dan Ati Rosnawati 2013: 12 Tunagrahita kategori sedang merupakan anak kategori mampu latih yang masih mempunyai kemampuan dalam mengurus diri sendiri, mempertahankan diri, dan menyesuaikan keadaan sosialnya. Anak pada kategori ini sangat terbatas kemampuan akademiknya dikarenakan memiliki IQ 30-50 atau 35-55 sehingga, 18 dapat diberikan pembelajaran yang bersifat fungsional untuk kehidupan sehari- hari seperti melakukan bina diri. Pendapat lain dari Soetjiningsih 1995: 196 menjelaskan bahwa retardasi mental sedang merupakan seseorang yang kemampuan kecerdasannya hanya sampai pada kelas 2 SD, sehingga biasanya anak kurang mandiri dan tidak mampu menghadapi stres. Anak dengan kelompok ini, dapat dilatih mengurus diri serta keterampilan dalam bekerja misalnya pertukangan dan pertanian dengan pengawasan. Anak tunagrahita kategori sedang kecerdasannya hanya sampai pada kelas 2 SD tetapi dapat diberikan pembelajaran keterampilan mengurus diri dan bekerja dengan latihan serta pengawasan khusus. Keterampilan mengurus diri yang dipelajari anak salah satunya yakni keterampilan berpakaian, sedangkan keterampilan untuk bekal dewasa nanti yakni keterampilan bertani dan pertukangan serta dapat pula perbengkelan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunagrahita kategori sedang adalah seseorang yang mempunyai IQ antara 30- 50, tidak mampu diberikan pembelajaran akademik, sehingga perlu diberi pembelajaran akademik fungsional yakni ketrampilan sederhana seperti: makan, minum, mengenakan pakaian, dan mandi. Anak dalam kategori ini memiliki kemampuan motorik halus yang rendah, sehingga mempengaruhi kemampuan bina dirinya. Anak dapat dilatih secara berulang –ulang agar dapat menjadi suatu kebiasaan yang selalu di ingatnya. Anak juga dapat dilatih untuk melakukan interaksi sosial di lingkungan dalam keluarga, lingkungan sekitar rumah, maupun teman-teman sekolah. Anak- 19 anak dengan kategori ini juga dapat dilatih untuk bekerja saat dewasa nanti yakni dalam keterampilan pertanian, peternakan, perikanan, perbengkelan, dan pertukangan dengan latihan yang rutin, selalu dibimbing dalam pembelajaran keterampilan, pengawasan dalam melakukan pekerjaan, serta tempat bekerja yang aman dan- terlindung.

4. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Sedang

Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Sedang menurut Mumpuniarti 2007: 25-26 adalah sebagai berikut: a. Karakteristik fisik, terlihat seperti tipe Down’s Syndrome serta lemah dalam mengkoordinasikan motorik. b. Karaketristik psikis, anak mempunyai sifat kekanak–kanakan, sering melamun atau terkadang juga hiperaktif. c. Karaketristik sosial, anak memiliki tingkat sosial yang kurang, tidak memiliki rasa terima kasih, dan tidak memiliki rasa belas kasihan. d. Kemampuan yang dapat dikembangkan anak tunagrahita kategori sedang yaitu berhitung sederhana, menulis, membaca yang sifatnya fungsional untuk kehidupan sehari –hari, memberikan bekal mengenai lingkungan, memberikan ketrampilan sederhana dan latihan memelihara diri. Berdasarkan karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa karakteristik anak tunagrahita kategori sedang yang pernah ditemui di sekolah biasanya terlihat seperti down’s syndrome yang mempunyai sifat seperti anak-anak terkadang hiperaktif tetapi juga pasif, anak juga tidak memiliki belas kasihan terhadap siapapun serta lebih banyak diam daripada berinteraksi dengan sesama.

Dokumen yang terkait

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH/ADONAN DI SEKOLAH LUAR BIASA DAMAYANTI YOGYAKARTA.

1 7 215

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA BERBASIS FLASH UNTUK MENGENALKAN KONSEP ANGGOTA TUBUH BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS I DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS YOGYAKARTA.

0 0 191

STUDI KASUS PEMILIHAN KETERAMPILAN BAGI ANAK AUTISTIK DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 190

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TULISAN LABEL BUNGKUS MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA FUNGSIONAL PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VI SD DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 29 225

PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 9 186

EFEKTIVITAS PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 144

KEBIJAKAN PROGRAM KETERAMPILAN DENGAN SISTEM ROMBONGAN BELAJAR BAGI TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 199