Pengertian Anak Tunagrahita Kajian Tentang Anak Tunagrahita

14 b. Hambatan mental sedang yakni IQ yang dimiliki berkisar 30–50, dapat melakukan ketrampilan mengurus diri, dapat melakukan adaptasi hanya di lingkungan terdekat saja, dapat mengerjakan pekerjaan yang rutin dan bekerja di tempat yang terlindung. c. Hambatan mental berat dan sangat berat yakni IQ yang dimiliki kurang dari 30, dapat melakukan ketrampilan mengurus diri dan melakukan interaksi secara sederhana serta terbatas, dan sepanjang hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. Jadi, anak tunagrahita diklasifikasikan menjadi 3 dalam melakukan peran di masyarakat. Anak tunagrahita dapat melakukan interaksi di lingkungan sekitar dengan taraf hambatan mental ringan dan sedang dengan pembiasaan- pembiasaan serta dapat bekerja, tetapi untuk anak tunagrahita dengan hambatan mental berat dan sangat berat dapat melakukan interkasi sosial sangat terbatas di lingkungannya, kebanyakan tidak dapat bekerja serta selalu bergantung pada orang lain. Selanjutnya ialah klasifikasi untuk keperluan pembelajaran, klasifikasi ini dipilih dikarenakan berhubungan dengan pembelajaran yang cocok untuk anak. Menurut Kemis dan Rosnawati 2013: 12-13 klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan pembelajaran sebagai berikut: a. Taraf perbatasan borderline biasanya disebut dengan lamban belajar slow learner, anak memiliki IQ berkisar antara 70 –85 15 b. Tunagrahita mampu didik educable mentally retarded, memiliki IQ berkisar antara 50 –75, anak dalam kelompok ini masih mempunyai kemampuan akademik setara dengan anak normal kelas 5 Sekolah Dasar c. Tunagrahita mampu latih trainable mentally retarded, memiliki IQ berkisar antara 30 –50 atau 35–55, anak dalam kelompok ini dapat melakukan ketrampilan mengurus diri, menyesuaikan diri, mempertahankan diri dan terbatas dalam kemampuan akademiknya d. Tunagrahita butuh rawat dependent or profoundly mentally retarded, memiliki IQ di bawah 25 atau 30, dapat dilatih cara mengurus diri dan komunikasi secara terbatas dengan melakukan latihan terus menerus dan khusus. Klasifikasi yang disebutkan di atas, dapat diketahui bahwa klasifikasi anak tunagrahita untuk kepentingan peran di masyarakat dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu, tunagrahita kategori ringan; tunagrahita kategori sedang; dan tunagrahita kategori berat, sedangkan klasifikasi anak tunagrahita untuk kepentingan pembelajaran yakni slow learner, mampu didik, mampu latih, dan butuh rawat. Pada penelitian kali ini, peneliti memilih menggunakan klasifikasi untuk kepentingan peran di masyakarat dengan subjek anak tunagrahita kategori sedang kelas 4 TGS yang memiliki keterampilan bina diri yang rendah, dikarenakan terlalu dimanja oleh pengasuhnya sehingga mengenakan seragam sekolah belum dapat dilakukan secara mandiri, mempunyai sifat pemalu terhadap orang baru, anak sangat akrab dengan teman 16 sekelasnya, anak dapat memahami perintah, dan belum dapat menggenakan pakaian luar atau seragam sekolah secara mandiri. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan pendapat yang klasifikasinya berhubungan dengan peran anak tunagrahita di masyarakat, sehingga anak tunagrahita dapat dibedakan menjadi 3 golongan dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Interaksi sosal di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat sangat penting dilakukan, khususnya untuk anak tunagrahita diperlukan keterampilan-keterampilan karena tidak semua anak dibekali kepercayaan diri yang lebih. Anak tunagrahita juga dapat belajar serta menambah kepercayaan diri dengan lingkungan sekitar, dapat melalui teman, keluarga maupun masyarakat sekitar.

3. Pengertian Tunagrahita Kategori Sedang

Berdasarkan klasifikasi anak tunagrahita untuk keperluan peran di masyarakat dapat dibedakan menjadi tunagrahita kategori ringan, tunagrahita kategori sedang, dan tunagrahita kategori berat. Salah satu subjek dalam penelitian ini ialah seorang anak tunagrahita kategori sedang atau mampu latih dapat disebut imbesil atau trainable. Menurut Sutjihati Somantri 1996: 86-87 anak tunagrahita kategori sedang memiliki IQ 51 –36 diukur dalam Skala Binet dan 54 –40 diukur dalam Skala Weschler dan dapat mencapai perkembangan Mental Age sampai dengan usia kurang lebih 7 tahun. Mereka dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri serta melindungi diri dari bahaya. Anak tunagrahita kategori sedang kesulitan dalam aspek akademik, tetapi masih dapat menulis secara sosial, masih dapat mengurus diri, seperti berpakaian, mandi, makan,

Dokumen yang terkait

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS V B DALAM PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN PEMBERIAN REWARD DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 263

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

7 37 134

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH/ADONAN DI SEKOLAH LUAR BIASA DAMAYANTI YOGYAKARTA.

1 7 215

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

KEEFEKTIFAN MULTIMEDIA BERBASIS FLASH UNTUK MENGENALKAN KONSEP ANGGOTA TUBUH BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS I DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS YOGYAKARTA.

0 0 191

STUDI KASUS PEMILIHAN KETERAMPILAN BAGI ANAK AUTISTIK DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 190

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR TULISAN LABEL BUNGKUS MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA FUNGSIONAL PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VI SD DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 29 225

PEMBELAJARAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SLB NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 9 186

EFEKTIVITAS PERMAINAN BUBUR KERTAS TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS III DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 144

KEBIJAKAN PROGRAM KETERAMPILAN DENGAN SISTEM ROMBONGAN BELAJAR BAGI TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA PEMBINA YOGYAKARTA.

0 0 199