Konsepsi Masyarakat Bali tentang Pendidikan untuk Dunia Kerja
150 Tabel 4.
Transkrip Dialog Visi, Misi, Tujuan, dan Manfaat Bekerja bagi Masyarakat Bali
baris Cuplikan Dialog
Komentar {Terjemahan} 89.
90. 92.
93. 94.
95. 96.
97. 98.
99. 100.
101. 102.
103.
Visi masyarakat Bali dalam bekerja adalah tercapainya pembebasan diri dari hukum punarbhawa. Sedangkan misi bekerja adalah menjadi pekerja yang selalu
menambah atau menabung karma baik. Tujuannya adalah terbentuk karakter diri berupa keyakinan bahwa berbuat baik pasti akan memperoleh hasil yang baik.
Visi dan misi tersebut membentuk tata nilai tidak pernah putus asa dalam bekerja dan berbuat baik, konsisten, tekad kerja keras, stabil dalam emosi. Visi tersebut
menghasilkan energi yang sangat besar, spirit, keyakinan dan kegairahan untuk terus bekerja dengan baik. Nilai ini akan membimbing sikap dan keputusan-
keputusan yang diambil setiap hari, tidak sekedar niat baik, tetapi harus benar- benar dilaksanakan dan bermakna bagi setiap masyarakat yang melaksanakan.
Visi ini harus disampaikan berulang kali hingga semua orang memahami dengan benar dan mengerti semakin mendalam. Lalu bagaimana menjalankan visi
tersebut? Perilaku para pemuka masyarakat Bali harus serasi dengan visi itu. Ketika pemuka masyarakat menjalankan visi tersebut, mereka akan yakin bahwa
para pemuka masyarakat memang serius, dan ini akan membantu memperdalam
151 pemahaman dan komitmen. Ada dua strategi untuk menjalankan visi tersebut
yaitu: 1 selalu fokus kepada visi itu, karena visi itu menjadi fondasi dalam bekerja; 2 menunjukkan semangat dan komitmen, keberanian untuk
menjalankan. Kerjakarmakarya itu tidak bisa dipisahkan dengan pengetahuanjnana dan
bhakti persembahanpelayanan IKW, L.04, b. 268. Kerja karma, pengetahuan
jnana, dan persembahanpelayanan bhakti seperti bola batu IKW, L.04, b. 270. Kerja tanpa pengetahuan akan ngawur dan kerja tanpa persembahan atau
pelayanan bisa menimbulkan kekecewaan bahkan prustasi. Sehingga kerja itu harus sebagai persembahan atau pelayanan dan persembahan itu harus didasari
keyakinan hukum karma phala IKW, L.04, b. 272-275. Barang siapa berbuat baik pasti memperoleh hasil yang baik. Entah segera dalam kehidupannya
sekarang atau nanti dalam kehidupannya yang akan datang. Harus ada keyakinan seperti itu karena keyakinan ini membuat orang Bali memiliki tekad kuat dan
tidak pernah putus asa dalam bekerja dan dalam berbuat baik. Orang Bali harus konsisten dalam berkarma baik dan tidak pernah putus asa. Dasar keyakinan
bekerja adalah spiritual. Dari spiritual yang baik memunculkan pengendalian emosi untuk selalu berupaya bekerja, bekerja dan bekerja IKW, L.03, b. 93-103.
Kalau prinsip karma, jnana, dan bhakti tidak dikuasai maka dalam menjalani hidup bisa putus asa, bisa salah arah, dan tidak menemukan
kebahagiaan. Makanya kerja adalah suatu persembahan. Kerja dasarnya adalah ilmu pengetahuan. Melalui kegiatan kerja dengan semangat kerja keras, tulus, dan
152 santun orang menjadi damai dan sejahtera. Melalui pengetahuan orang akan
menjadi bijaksana, kreatif, inovatif, cerdas, berkarakter INS, L.19, b.5-8. Konsep karma melahirkan budaya kerjaberkarya, konsep jnana melahirkan
budaya belajar dan konsep bhakti melahirkan budaya melayani. Jika dipadukan diperoleh formulasi belajar bekerjaberkarya melayani orang lain. Keyakinan yang
konsisten terhadap konsep bahwa berbuat baik dengan pelayanan yang tulus pasti akan memperoleh hasil yang baik akan memunculkan tekad yang kuat dalam
bekerja, pengendalian emosi diri untuk selalu bekerja dan mencipta. Bola batu karma, jnana
, dan bhakti adalah konsepsi masyarakat Bali tentang budaya kompetensi. Nilai dasar orang Bali dalam bekerja dan berkarya adalah spirit untuk
bebas berkembang, bebas berkarya, beban hidup yang ringan dan sebagai persembahan IKW, L.03, b. 100-103; 114-119. Ada kemandirian dan
tanggungjawab yang tinggi dalam mencipta dan berproduksi. Untuk itu negara seharusnya menjamin beban hidup masyarakat. Jika beban hidup diambil oleh
negara maka rakyat akan bebas berkarya. Konsepsi masyarakat Bali tentang pendidikan untuk dunia kerja secara
mikro dalam kerangka pengembangan diri siswa sebagai kearifan lokal adalah untuk mengembangkan “guna” atau bakat dan minat anak untuk memasuki
“geginan” atau pekerjaan sebagai profesi. Seseorang yang bekerja sesuai dengan bakat “guna” yang dimiliki cenderung akan mencurahkan seluruh potensi diri dan
waktunya secara profesional sampai kemudian menjadi “pragina”. Pragina adalah gelar atau sebutan bagi seseorang yang profesional dalam menjalankan
pekerjaan “geninan”. Pragina yang mengabdikan dirinya bagi kebahagiaan dan
153 kesejahteraan orang lain, melayani sesama, memelihara alam, berbhakti kepada
Tuhan akan menjadi “manusa meguna” atau manusia berguna. Visi pragina tetap sama yaitu pembebasan diri dari hukum punarbhawa.
Masyarakat Bali meyakini adanya konsep bekerja sesuai dengan swadharma masing-masing. Swadharma itu ditentukan oleh guna dan karma. Guna itu adalah
bakat pembawaan lahir, sedangkan karma atau pekerjaan itu idealnya sesuai dengan bakat yang dimiliki. Orang akan merasakan bahwa kerja itu
membahagiakan apabila dapat bekerja sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bertemunya antara guna dan karma melahirkan profesi yang disebut warna.
Ada yang berbakat di bidang kerohanian, pendidikan dan pengobatan digolongkan dalam warna brahmana. Ada yang berbakat di bidang kepemimpinan,
keperwiraan dan pertahanan keamanan negara atau politik, sosial, budaya digolongkan dalam warna ksatria. Ada yang berbakat di bidang ekonomi,
perindustrian dan teknologi digolongkan waisya. Tetapi ada juga yang tidak bisa menentukan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Mereka inilah yang disebut sudra
yang hanya memiliki kemampuan pengabdian di bidang tenaga. Pendidikan untuk dunia kerja harus mempertemukan konsep guna dan karma dalam membangun
profesi warna atau karir seseorang. Spirit bekerja orang Bali yang dilandasi oleh konsep karma, jnana, dan
bhakti dengan iklas ngayah lascarya berpengaruh kuat memunculkan
pengendalian emosi diri untuk selalu berkarya dan mempersembahkan hasil karya sebagai bentuk pelayanan. Spirit ini sangat mendorong kemandirian,
tanggungjawab, dan produktivitas dalam bekerja. Bekerja adalah kewajiban bukan
154 atas perintah orang lain karena tidak sedetik pun manusia bisa berhenti bekerja.
Alhasil masyarakat Bali telah mewariskan karya-karya agung dalam bentuk arsitektur bangunan rumah, pura, perkantoran, jalan layang, organisasi subak, seni
kerawitan, seni tari, seni sastra, seni lukis, seni patung, seni ukir, musik modern, organisasi desa pakraman, sesajen dan sebagainya.
Dalam mencipta suatu karya seorang seniman Bali memerlukan inspirasi, pemikiran dan pengkajian mendalam agar karyanya memiliki nilai tinggi atau
dikenal dengan istilah metaksu. Kehidupan masyarakat Bali dalam berkarya sangat dipengaruhi oleh itihasa Ramayana, Mahabharata dan Tantri Kamandaka.
Tabel 5 menunjukkan transkrip data pengaruh itihasa Ramayana dan Mahabharata terhadap penciptaan-penciptaan seni di Bali sebagai hasil interview
dengan Empu WD dalam Lampiran 05. Tabel 5
Transkrip Data Pengaruh Itihasa Ramayana dan Mahabharata dalam Penciptaan-Penciptaan Seni
baris Cuplikan Dialog
Komentar {Terjemahan} +
, -
. 011
012 3
01 010
4 ,
015 016
1 017
, 01
8
Mahabharata dan Ramayana merupakan karya besar yang mewarnai karya- karya para seniman di Bali. Kekuatan karakter karya Mahabharata dan Ramayana
memberi inspirasi tinggi sehingga seniman Bali mampu menghasilkan karya bernilai tinggi yang dikenal dengan metaksu.
155