Kajian Penelitian yang Relevan

106 Erosi alam mengganggu kosmologi kepercayaan bali. Data statistik memperlihatkan, 38 pantai di bali tererosi masing-masing 125 meter kubik per tahun karena bangunan-bangunan yang mengabaikan peraturan garis sepadan pantai. Erosi juga terjadi di semua sungai, terutama yang paling sakral, yaitu Sungai Ayung. Sungai itu pernah sukar mengalir akibat lumpur dari pembangunan di tepiannya dari hulu ke hilir. Padahal, agama Bali adalah Agama Tirta, sangat tergantung pada kejernihan air. Semua ini belum termasuk hilangnya 25.000 hektar hutan dalam satu dekade terakhir. Berdasarkan pembuktian kuantitatif melalui metode regresi multivariat yang merupakan analisis korelasi kanonikal nonlinear berlandaskan penghitungan koefisien yang berkelipatan, disertasi ini membuktikan falsafah hidup bali, THK, merupakan wahana terbaik untuk melestarikan tradisi, adat istiadat, kebudayaan, serta alam bali. Selain berporos kuat pada agama Hindu-Bali, THK memiliki aspek multidimensional dan berakar pada agama serta simbol-simbol kosmologi. THK sebagai ideologi membudaya memberi panduan bagaimana manusia Bali harus berpikir, bersikap terhadap tiga hal, yakni hubungan harmonis manusia dengan manusia pawongan, manusia dengan alam sekelilingnya palemahan, dan manusia dengan ketuhanan parhyangan yang saling terkait, seimbang, dan harmonis antara satu dan lainnya, agar manusia dapat mencapai kesejahteraan berkelanjutan. Keseimbangan dan keterkaitan berarti pengekangan, memikirkan dampak perbuatan terhadap orang lain. Ini bersifat konservasi terhadap manusia maupun alam. THK mengidentifikasi norma, nilai, dan aturan yang harus ditaati. Dalam hubungan dengan sesamanya disebut antara lain karma pala. Apa yang kau 107 lakukan terhadap orang lain akan berakibat pada diri sendiri. Ini merupakan ajaran keterkaitan. Pelajaran lainnya adalah tat twam asi, artinya kamu adalah saya, saya adalah kamu. Lalu, tri kaya parisudha, yakni kelurusan dalam berpikir, berbicara, dan bertindak. Lagi-lagi keterkaitan, pengekangan diri juga. Ajaran lainnya, triwarga yaitu keseimbangan antara keinginan, harta, dan etika. Semua ini merupakan pedoman penting dalam berperilaku. Dalam hubungan dengan alam, THK mengajarkan seluruh alam semesta termasuk manusia dan lingkungan hidup sekelilingnya sama-sama tunduk pada hukum rta yang ditentukan Sang Hyang Widi Wasa. Ini diperkuat kepercayaan bahwa bhuwana agung makro kosmos, alam semesta dan bhuwana alit mikro kosmos, manusia dan dunianya terbuat dari unsur yang sama, yaitu panca mahabutha. Dalam alam semesta semua sederajat. Manusia harus menghormati alam serta semua unsur sekelilingnya. Dalam hubungan dengan Tuhan-nya, THK mengatakan, manusia diatur oleh konsep rna. Manusia berutang budi pada Sang Hyang Widi Wasa karena mereka diciptakan oleh-Nya. Ini harus diperlihatkan dengan tindakan pengorbanan bakti dalam serangkaian ritual dan upacara yang disebut yadnya. Namun, semua itu terkikis. Pembakaran jenazah, odalan, upacara di pura yang memerlukan partisipasi banyak orang, dulu dilakukan tanpa pamrih. Sekarang bukan saja fungsi-fungsi ini tak dilakukan, kalaupun dilakukan dengan pembayaran. Konsep-konsep itu didukung institusi tradisional bali seperti desa adat, banjar, dan subak yang semuanya merupakan cerminan dari THK. Masing-masing 108 memiliki tempat persembahyangan manifestasi konsep parhyangan, anggota pawongan dan areal tempat institusi itu berada palemahan. Institusi-institusi itu memiliki awig-awig rangkaian hukum yang menentukan aturan yang berlaku di dalam institusinya, dalam hubungan antarmanusia, hubungan dengan Tuhan dan alam sekelilingnya. Sebagian besar kebudayaan Bali sudah menuju tahap erosi. Aspek hubungan manusia dengan alam terjadi erosi parah, sekitar 60 persen, antara manusia dengan manusia telah rusak antara 40-45 persen, tetapi hubungan dengan Tuhan masih kuat, antara 90-95 persen. Perilaku dan ajaran Bali masih cukup kuat. Falsafah desa kala patra mengajarkan untuk tidak kukuh pada masa lalu. Fleksibel, artinya tidak meninggalkan pilar-pilar hakiki kebudayaan kita karena semua aspek kebudayaan kita adalah jati diri kita, tetapi kita harus bisa mengambil yang baik dari masa-masa yang berbeda itu. Kebudayaan dan alam adalah dua sisi dari satu mata uang. Antropolog Darrel Posey mengatakan adanya inextricable link antara budaya dan alam. Dalam THK keterkaitan ini sangat jelas. Dengan THK, wisatawan yang datang adalah yang memperkuat budaya Bali. Masyarakat bangga akan budayanya dan akan terus memperkuatnya. Ini mengundang lebih banyak lagi wisatawan. Itulah avalanche effect , bahasa antropologi untuk snowballing effect. Pariwisata harus digunakan sebagai agen untuk memperkuat itu semua. Untuk menghadapi globalisasi, wahana terbaik adalah yang berasaskan kebudayaan karena budaya memiliki asas-asas hakiki. Bali telah memiliki konsep- konsep yang khas untuk kelangsungan hidupnya. Konsep tersebut menyangkut 109 kehidupan fisik maupun non fisik, menyangkut tata ruang dan kebijakan pemanfaatan lahan pertanahan, menyangkut tata kemasyarakatan dalam wadah lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan. Bali dalam perspektif THK adalah sebuah kesatuan yang utuh, sehingga segala program dan kebijakan yang menyangkut Bali harus dilakukan secara sinergis, integral, dan sistemik. Bali tumbuh dalam alam dan kebudayaannya, dan dengan alam dan kebudayaannya itulah Bali menentukan masa depannya. Oleh karena itu, pengelolaan dan pengembangan alam dan kebudayaan Bali harus tetap berdasarkan Ideologi THK Agastia, 2007. Sukadi dalam disertasinya berjudul “Pendidikan IPS sebagai Rekonstruksi Pengalaman Budaya Berbasis Ideologi THK Studi Etnografi Tentang Pengaruh Masyarakat Terhadap Program Pendidikan IPS pada SMU Negeri 1 Ubud, Bali” menunjukkan bahwa konteks sosial budaya masyarakat Bali dalam lingkup kehidupan masyarakat lokal, lingkup kehidupan berbangsa, dan lingkup kehidupan pariwisata global memberikan landasan dalam pengembangan visi, misi, dan pelaksanaan program Pendidikan IPS di SMU Negeri Ubud berbasis idelogi THK. Konteks sosial budaya masyarakat Bali memberikan basis bagi proses reproduksi budaya dalam penyelenggaraan program Pendidikan IPS yang lebih dimaknai guru-guru dan siswa sebagai proses pemberdayaan peserta didik yang memungkinkan mereka memiliki dan mengembangkan pengetahuan dan wawasan, nilai-nilai dan sikap, serta keterampilan sosial secara partisipatif dalam pembelajaran terhadap kehidupan sosial budaya lokal, nasional, dan global. Pendidikan IPS seperti ini diyakini telah menghasilkan generasi muda modern 110 berwatak Bali, yang antara lain diindikasikan oleh orientasi nilai modern siswa yang cukup, pemahaman sosial budaya dan agama Hindu yang cukup baik, pemahaman Ideologi THK yang cukup, orentasi nilai THK yang tinggi, praktik kehidupan THK yang cukup tinggi, serta kecenderungan minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan menjadi wiraswastawan setelah tamat setiap tahunnya mengalami peningkatan. Ada indikasi pula bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam orientasi nilai modern dan nilai THK siswa berdasarkan klasifikasi gender. Sesuai dengan hasil penelitian di atas diajukanlah rekomendasi kebijakan, antara lain: perlunya mengembangkan kurikulum Pendidikan IPS menggunakan pendekatan rekonstruksi sosial, mengembangkan iklim lingkungan belajar berbasis ajaran dan tradisi Hindu dan penerapan kepemimpinan demokratis; dan kebutuhan mengembangkan model belajar dan pembelajaran kontekstual, sumber dan media belajar Pendidikan IPS, dan asesmen autentik. Acwin Dwijendra 2003 menemukan bahwa rumah adat orang Bali selain menampung kebutuhan hidup sehari-hari, juga untuk menampung kegiatan upacara agama Hindu dan adat, memiliki filosofi hubungan harmonis antara bhuwana agung dan bhuwana alit THK, Hulu Teben melahirkan konsep sanga mandala yang membagi ruang menjadi sembilan segmen berdasarkan nilai tingkat keutamaannya. Secara simbolik memunculkan orientasi kosmologi arah sakral kaja-kangin dan kotor kelod-kauh. Secara fungsional memunculkan kosmologi tata ruang sanggah utama, metentempat tidur madya, kotor kamar mandiWC nistha . 111 Sukardi dalam studi etnografi pendidikan pada SMA Negeri 1 Ubud Bali tentang konsep Ajeg Bali berbasis Ideologi Tri Hita Karana menemukan adanya kebijakan dari SMA N 1 untuk mengembangkan diri menjadi sekolah umum bernuansa Bali dengan menciptakan sistem pengelolaan dan manajemen dan penciptaan iklim lingkungan sekolah berlandaskan nilai-nilai ajaran Hindu dan kebudayaan Bali dengan tetap membawa misi dan tujuan pendidikan sekolah menengah umum tingkat atas sesuai dengan system pendidikan nasional. SMA N 1 Gianyar telah berupaya menciptakan sistem lingkungan fisik, hubungan sosial, lingkungan pendidikan sekolah dan masyarakat berlandaskan aplikasi konsep- konsep dan nilai-nilai serta praktik kehidupan beragama Hindu menurut ajaran THK.

C. Kerangka Pikir

Pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi THK merupakan pengintegrasian keseluruhan konsep, pola pikir, tata nilai, sikap, cara hidup masyarakat Bali dalam membangun hubungan harmonis seimbang antara manusia dengan Tuhan parhyangan, manusia dengan sesama pawongan, manusia dengan lingkungan palemahan kedalam sistem pendidikan kejuruan di SMK. Pembudayaan kompetensi di SMK diharapkan dapat memenuhi kebutuhan untuk: 1 mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotorik individu siswa Emmerik, Bekker, Euwema, 2009; Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009; 2 mengembangkan attitude Stumpf, 2009, nilai-nilai luhur budaya Bali; 3 mengembangkan apresiasi positif terhadap pekerjaan dan membangun budaya 112 kerja Heinz, 2009, membangun budaya belajar, budaya kreatif dan budaya produktif Thompson,1973; Gill, Dar, Fluitman, 2000, melestarikan dan mengembangkan alam dan budaya daerah Bali; 4 mempersiapkan siswa untuk bekerja, berwirausaha, atau meneruskan ke perguruan tinggi Wardiman,1998; 5 memberdayakan siswa untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang layak Gill, Dar, Fluitman, 2000; 6 mengembangkan karier sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipilih Kellet, Humphrey, Sleeth, 2009; 7 melibatkan masyarakat pemangku kepentingan secara luas, utuh, benar, dan bertanggungjawab McGrath, S., 2009; 8 penarikan investasi luar negeri khususnya di bidang industri jasa pariwisata; dan 9 perluasan akses pendidikan. Artinya pengembangan SMK memerlukan pola pembudayaan kompetensi yaitu sebuah pola yang dapat membangun budaya belajar dan budaya bekerja yang bermakna baik secara mikro pada diri siswa, pendidik, tenaga kependidikan dan secara makro antar manusia pawongan, antara manusia dengan lingkungan palemahan, dan antara manusia dengan pencipta Tuhan Yang Mahaesa parhyangan. Pengembangan kualitas SMK di Bali disamping memperhatikan trend dan tantangan globalisasi juga sangat perlu memperhatikan kearifan-kearifan lokal daerah Bali. Sehingga SMK dapat berkembang secara berkelanjutan untuk kemajuan sosial bersama, memberi kontribusi pada pelestarian lingkungan dan budaya, bijak dalam menggunakan sumber daya alam, dan melakukan perbaikan tenaga kerja terdidik dan terlatih Chinien C and Singh M, 2009. Outcome dari SMK diharapkan bisa act locally and develop globally sebagai sosok seorang