Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
16 pakraman
, pemanfaatan pura kahyangan tiga, pemanfaatan kawasan wilayah, tata ruang, wawasan, sikap, cara berpikir, cara kerja, tingkat kepuasan, cara hidup dan
sebagainya. Organisasi bentukan dari THK dalam bentuk banjar, sekehe, dadia, desa pakraman efektif mengembangkan nilai-nilai budaya “creativogenic”.
Aktivitas dalam keluarga, banjar, sekehe, dadia, desa pakraman sangat mendukung dan memberi sarana tumbuhnya budaya berpikir, berkata, berbuat
sesuai aturan tata susila yang demokratis, bebas, mandiri, tetapi terikat oleh tangungjawab hukum karma. Desa pakraman telah teruji menguatkan daya mental
spiritual masyarakat Bali dan menguatkan daya kreativitas. Penelitian ini difokuskan pada bagaimanakah masyarakat Bali yang
terorganisir dalam keluarga, banjar, desa pakraman yang kehidupannya dilatarbelakangi oleh nilai-nilai ideologi THK memandang, menjelaskan, dan
menggambarkan pola pembudayaan kompetensi di SMK. Pola pembudayaan kompetensi berbasis THK merupakan model pemberdayaan SMK untuk
pengembangan potensi keunggulan dan kearifan lokal Bali sebagai keunggulan komparatif pengembangan pendidikan menengah kejuruan di era otonomi.
Pengembangan SMK sebagai pusat pembudayaan kompetensi menjadi komponen tujuan sekaligus hasil yang diharapkan tercapai oleh Direktorat PSMK.
Kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional pendidikan yang
telah disepakati UU No. 20 Tahun 2003. Kompetensi mendiskripsikan tugas dan fungsi, kriteriastandar unjuk kerja, konteks dimana pekerjaantugas dilakukan dan
memberi pedoman tentang hal-hal yang dipersyaratkan untuk unjuk kerja.
17 Kompetensi
mencakup kemampuan
mengerjakan sesuatu,
kemampuan mengorganisasikan sesuatu, kemampuan mengatasi masalah, dan kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berbeda Slamet PH, 2008: 2-3. Kompetensi berkaitan dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
atau melaksanakan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja.
Pembudayaan kompetensi di SMK merupakan bagian penting dari aspek pendidikan kejuruan. Menurut Thompson 1997:11 dalam masyarakat yang
berubah selalu terjadi perkembangan apa itu masyarakat dan apa yang dibutuhkan atau diinginkan oleh masyarakat mulai dari hal-hal praktis sampai ke hal-hal ideal
filosofis. Kebermaknaan pendidikan bagi kehidupan, diri sendiri, maupun masyarakat menurut Djohar 1999: 31 merupakan relevansi dari suatu
pendidikan. Untuk itu, perlu reformasi pendidikan dari tekanan psikologis teori Piaget ke tekanan sosio-kultural dengan proses pembelajaran yang semakin
kontekstual. Siswa sebagai subjek lebih menjadi perhatian bagaimana mendapatkan pengalaman melakukan pembudayaan membangun konsep sendiri.
Selanjutnya, pendidikan menurut Djohar 1999: 37 diharapkan mampu menumbuhkan berbagai kemampuan, kecerdasan kecerdasan intelektual,
emosional, kreativitas anak, mampu menumbuhkan keterampilan mereka sebagai kompetensi. Pendidikan di SMK di era industri berbasis pengetahuan diharapkan:
1 mampu menggerakkan pikiran siswa; 2 mampu mematangkan emosi siswa; 3 mampu melatih siswa melihat permasalahan hidup dan terlatih memecahkan
masalah dengan cara baik dan benar; 4 bersifat kontektual; 5 membangun
18 pertumbuhan siswa secara utuh; 6 menghasilkan budaya belajar dan budaya
ilmu; dan 7 memiliki moral akademik. SMK tidak lagi dipahami secara sederhana hanya sebagai tempat belajar
mengajar dalam rangka transmisi pengetahuan. Lebih dari itu, dalam wacana filsafat pendidikan, pemahaman yang mendasar terhadap SMK diletakkan dalam
ruang lingkup yang lebih luas, yakni sebagai tempat pembelajaran manusia dalam rangka memproduksi kebudayaan dan masyarakatnya Sri Sultan Hamengku
Buwono X, Kedaulatan Rakyat 5 Agustus 2008. Praktik pedagogi merupakan kesempatan untuk mengerti bagaimana pengalaman budaya dan masyarakat dapat
ditransformasikan dalam zaman kehidupan yang mereka alami. Dengan demikian pendidikan tidak sekedar proses belajar mengajar, bukan pula schooling tetapi
pendidikan lebih merupakan proses inkulturisasi dan akulturasi yaitu proses memperadabkan generasi.
Sistem pendidikan sebagai bagian dari sistim budaya memiliki dua fungsi utama: 1 sebagai cerminan refleksi masyarakat, 2 dalam waktu yang sama
sebagai agen
perubahan sosial.
SMK sangat
baik digunakan
mengimplementasikan kebijakan
pencarian dan
pemecahan masalah,
pembudayaan nilai-nilai,
pengembangan kebiasaan
baikhabits, ide,
sikapattitudes, dan skill pada masyarakat dewasa. Perkembangan budaya dari suatu generasi ke generasi berikutnya adalah sebuah proses edukatif. Setiap
individu dimana ia tumbuh dan berkembang tersosialisasi dan terdidik sesuai budayanya. Pendidikan menengah kejuruan sebagai sub kultur memiliki pola
19 perilaku khusus yang berbeda dengan budaya secara luas Thompson, 1978: 11-
12. Pola pembudayaan kompetensi berbasis ideologi THK adalah segala bentuk
artefak, alat-alat, elemen kultural yang tangible, nilai, simbol-simbol, penafsiran, dan perspektif yang ada pada masyarakat Bali sebagai hasil-hasil dari usaha yang
dapat diindera, yang meliputi cara-cara berpikir dan segala perbuatan masyarakat Bali. Pola pembudayaan kompetensi dapat dalam dimensi ekspresif yaitu
kebudayaan yang diekpresikan dalam bentuk seni. Dimensi progresif adalah kebudayaan mencakup ilmu, teknologi, dan ekonomi. Sedangkan dimensi
organisasional termasuk didalamnya sosial politik dalam kekuasaan dan solidaritas.