Proses Individualisasi Kajian Teori
96 Jika anak Anda selalu diterima oleh lingkungannya maka,
Ia akan terbiasa menyayangi dan mengasihi. Jika anak Anda tidak banyak dipersalahkan maka,
Ia akan bangga menjadi dirinya sendiri. Jika anak Anda banyak mendapatkan pengakuan maka,
Ia akan dengan pasti menetapkan tujuan hidupnya. Jika anak Anda diperlakukan dengan jujur maka,
Ia akan terbiasa untuk berbuat benar. Jika anak Anda diasuh dengan tidak berat sebelah maka,
Ia akan terbiasa untuk berbuat adil. Jika anak Anda mengenyam rasa aman dirumah maka,
Ia akan terbiasa untuk mempercayai orang disekitarnya. Jika anak Anda banyak diberi kesempatan maka,
Ia akan menjadi anak yang berani berekspresi dan kreatif. Jika anak Anda banyak diberi kepercayaan maka,
Ia akan menjadi anak yang mandiri. Jika anak banyak mendapatkan cinta kasih maka,
Ia akan menjadi orang yang peduli dan penuh empati. Batapa Indahnya dunia ini....
Wahai para orang tua di manapun Anda berada..... Sesungguhnya kitalah yang menentukan akan menjadi seperti
apa wajah dunia ini melalui anak-anak kita tercinta....
http:home-ananta.blogspot.com200805anak-belajar-dari-lingkungan.html
Membudayakan kompetensi anak perlu dorongan, pemberian kesempatan agar kreatif berekspresi dan pemberian kepercayaan agar mandiri. Puisi Nolte
sangat tinggi maknanya bagi pendidikan. Puisi ini berkaitan dengan sesuatu yang akan terjadi pada anak karena adanya perlakuan, rangsangan dari luar, dan
interaksi dengan lingkungan terkondisi dimana anak itu tumbuh. Tilaar 2002 memaparkan keberadaan manusia sebagai sesuatu yang unik. Keberadaan manusia
sebagai sesuatu yang dinamis. Ada tiga istilah khas yang digunakan untuk manusia yaitu: individu, pribadi
person, dan ego. Individu menunjukkan sesuatu yang tidak dapat dibagi-
97 bagiutuh. Sesuatu keutuhan mengasumsikan sifat-sifat atau kemampuan yang
utuh dimiliki oleh seseorang. Secara keseluruhan seseorang menampakkan diri sebagai sesuatu yang khas. Dikatakan bahwa sifat-sifat yang dimiliki seseorang
secara keseluruhan menentukan identitas orang tersebut. Proses individualisasi berkaitan dengan proses spesifik manusia. Apa yang
dimiliki oleh manusia dalam berbagai bentuk kemampuan baik dalam bentuk kemampuan akalrasio, kemampuan emosi, kemampuan fisik semuanya hanya
dapat berkembang jika kemampuan tersebut diinteraksikan dengan sesama. Interaksi berarti membuka diri bagi orang lain. Dalam proses membuka diri ada
dua kemungkinan yang bisa terjadi yaitu keselarasan atau konflik-konflik di dalam diri manusia itu sendiri. Dalam proses individualisasi perlu terjadi
keseimbangan yang dinamik antara manusia dan lingkungannya melalui partisipasi bukan menguasai.
Dalam proses individualisasi terdapat hubungan yang saling memperkaya antara individu dengan masyarakat, terjadi transformasi individu, transformasi
masyarakat, dan transformasi budaya. Proses individualisasi merupakan determinasi seseorang yang individual menjadi dirinya sendiri. Tujuan hidup
manusia adalah mengembangkan individualitas itu sendiri. Proses individualisasi adalah proses interaksi antara identitas seseorang dengan partisipasinya di dalam
dunianya melalui proses dinamika. Individu terus menerus berdialog dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Melalui partisipasi individu memperoleh
warna yang khas lalu memiliki identitas. Melalui partisipasi individu yang telah memperoleh identitasnya terus berkembang bersama dengan dunia sekitarnya.
98 Inilah individu yang aktif dan kreatif dan dunia sekitarnya akan memberi peluang
bagi perkembangannya yang lebih tinggi. Menurut Tilaar 2002 proses pendidikan pada hakekatnya merupakan
proses individualisasi, mengembangkan identitas manusia. Dalam bahasa lain menurut Suminto A. Sayuti 2005 proses pendidikan adalah proses
pembudayaan. Proses yang berkaitan dengan cara-cara berpikir dan segala perbuatan yang dianggap benar oleh suatu masyarakat, sebagai kerja perencanaan
berikut upaya mewujudkannya agar manusia tetap survive, termasuk prosesnya dalam beradaptasi dengan lingkungan. Proses pendidikan yang tidak
mengembangkan identitas manusia adalah pendidikan otoriter, represif, mematikan kreativitas peserta didik. Pendidikan harus memberi peluang
partisipasi yang luas, tidak satu arah, monolog, dan menindas. Dinamika dan partisipasi individu yang memiliki identitas diri membangun
kehidupan bermasyarakat yang berbudaya dan berubah secara dinamis. Perubahan menuju kehidupan yang semakin tinggi membutuhkan individu-individu bermoral
sebagai identitas dirinya. Anak sejak lahir berusaha mengembangkan identitas dirinya. Sedangkan partisipasinya terhadap masyarakat dan kebudayaan semakin
lama semakin besar sesuai perkembangan kemampuan yang dimilikinya dan kemungkinan-kemungkinan yang diberikan oleh lingkungannya Tilaar,
2002:146. Dalam dinamika proses individualisasi terdapat dua kekuatan transformatif
yaitu: 1 kekuatan dari dalam dan 2 kekuatan dari luar yang interaktif. Kekuatan dari dalam berupa keinginan dan kemauan serta kemampuan yang dimiliki
99 seorang individu sebagai budaya dasar. Kekuatan luar merupakan kondisi
kebudayaan dimana individu itu berada. Antara kekuatan dari dalam dan kekuatan dari luar terdapat hubungan interaktif saling mengisi dan melengkapi. Dalam
proses interaksi terwujud pribadi person yang merupakan hasil transformasi masyarakat dengan individu yang aktif dan partisipatif dan juga kreatif.
Hubungan interaksi saling mengisi dapat digambarkan seperti Gambar 8.
Anak dgn Budaya dasarnya unik Keinginan, kemauan,kemampuan
Gambar 8. Interaksi Budaya Dasar Anak dengan Lingkungan Budayanya Pendidikan merupakan proses berkesinambungan terus menerus melalui
berbagai interaksi dengan lingkungannya Tilaar, 2002:28. Proses pendidikan tidak akan pernah selesai, tidak pernah berhenti, berkembang terus sejalan
perkembangan lingkungan budaya serta lingkungan alamnya. Melalui berbagai proses interaksi dengan berbagai faktor yang ada dalam lingkungannya anak akan
berkembang eksistensinya. Proses pendidikan adalah proses mewujudkan eksistensi manusia yang memasyarakat Tilaar, 2002:29. Dalam perspektif teori
100 negativisme tugas pendidikan alah menjaga pertumbuhan anak. Faktor-faktor
perusak yang ada dalam lingkungan harus disingkirkan. Seorang anak dengan budaya dasar yang tinggi mudah menangkap stimulus
dari lingkungan budayanya. Sedangkan pada anak dengan budaya dasar yang rendah memerlukan stimulus yang besar untuk membangun proses individualisasi.
Pengembangan budaya dasar anak yang berlangsung efektif dari lahir hingga berumur 4 tahun menjadi sangat penting maknanya. Peran keluarga menjadi
sangat sentral dalam pengembangan budaya dasar anak. Gambar 9 menunjukkan ilustrasi interaksi stimulus dan respon budaya dasar anak.
Anak dgn Budaya dasar Rendah
Anak dgn Budaya dasar Tinggi
Gambar 9. Interaksi Stimulus Dan Respon Budaya Dasar Anak. Menurut Tilaar 2002 proses interaksi berlangsung seumur hidup.
Bersamaan berjalannya waktu maka proses pengembangan identitas meluruh karena identitas semakin terbentuk sedangkan partisipasi membesar sesuai
kemampuan seseorang. Akhirnya akan semakin meredup sesuai kemampuan jiwa dan ragawi yang terbatas dan kemudian berakhir pada saat kematian datang. Bagi
101 individu yang memiliki identitas agung seperti Bung Karno, Mahatma Gandi, Ki
Hadjar Dewantara, John Dewey dan sebagainya setelah kematian raganya, partisipasi non aktifnya terus berjalan karena jiwanya yang telah beridentitas tidak
pernah mati. Kualitas proses dan hasil pendidikan seseorang juga dapat diukur dari aspek partisipasi non aktifnya di samping yang tidak kalah pentingnya adalah
partisipasi aktifnya selama hidup. Interaksi identitas diri dan partisipasi individu digambarkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Interaksi Identitas dan Partisipasi Individu Dinamika perkembangan individu sesuai dengan perjalanan manusia
diwujudkan dalam siklus kehidupan. Proses individualisasi dalam perwujudan identitas seseorang tergantung perkembangan psikis dan fisik manusia. Proses
individualisasi adalah proses transformatif bagi semua yang berkepentingan stakeholder. Kepentingan pendidikan bukan hanya satu arah dari pemerintah,
tetapi melingkupi peserta didik, para pendidik, orang tua, masyarakat, lembaga masyarakat. Finlay 1998 menggambarkan dalam sistem pendidikan dan
pelatihan kejuruan stakeholder ada empat yaitu: 1 Government stakeholders;
102 2 Institusional stakeholders; 3 Individual stakeholders; 4 Employer
stakeholders .
Pendidikan adalah proses yang berkenaan dengan pemanusiaan atau humanisasi. Menurut Tilaar 2002 manusia adalah kemungkinan-kemungkinan
dan jawaban terhadap kemungkinan-kemungkinan, berada dalam kondisi pegangan diantara ada dan tiada being dan non being. Dia ada apabila dia telah
mengambil pilihan yaitu relasi terhadap dunia sekitarnya, terhadap sesama manusia dalam kebudayaannya.
Proses individualisasi merupakan proses kontinum, yaitu dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” di dalam dunia kehidupan. Proses individualisasi
merupakan integrasi dari proses mencari identitas. Manusia memiliki potensi- potensi yang unik tidak ada yang sama. Potensi itu semula belum mempunyai
arah. Melalui interaksi dan dialog pendidikan potensi-potensi tersebut mulai terarah. Dalam dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” terjadi kemungkinan-
kemungkinan: 1 saling membatasi antara dua kekuatan tetapi tetap poreus membuka diri secara terbatas; 2 saling bersinergi mencari kesamaan dan
perbedaan dan menemukan dan mencapai kesepakatan yang perspektif. Antara “Aku” dan “Aku yang lain” berada dalam keterbukaan yang memungkinkan
terjadinya dialog, partisipasi dalam satu kesatuan dinamik memasuki kehidupan yang semakin beragam.
Dialog antara “Aku” dan “Aku yang lain” berwujud sebagai ibubapak, pendidik, anggota keluarga, anggota masyarakat, masyarakat sekolah dalam
kehidupan semakin lama semakin meluas. Interaksi spiral akan terjadi dari
103 individu anak mulai dari keluarga, banjar, desa, kecamatan, kabupatenkota,
provinsi, nasional, regional, global seperti ilustrasi Gambar 11.
Propinsi NASIONAL
DUNIA
Gambar 11. Interaksi Spiral Individu Dengan Lingkungan Kualitas pendidikan individu siswa sangat dipengaruhi oleh: 1 kuantitas
dan kualitas interaksi; serta 2 kualitas dan ragam lingkungan. Seorang siswa pada mulanya melakukan interaksi dalam lingkungan keluarga, banjar, dan desa.
Maka kualitas dan ragam lingkungan keluarga, banjar, dan desa akan menentukan kualitas pembentukan identitas individu anak. Karena perkembangan dan
dukungan ipteks dalam bentuk teknologi informasi, komunikasi, transportasi maka individu anak dapat memperluas interaksi menuju lingkaran lebih luas pada
tingkat kecamatan, kabupatenkota, provinsi, nasional, dan dunia global. Bahkan sangat mungkin interaksi individu anak akan melompat dari rumah keluarga ke
lingkaran regional dan internasional. Dalam kaitannya dengan SMK maka sekolah itu bisa saja berada di tingkat banjar, desa, kecamatan, kabupatenkota, provinsi,
atau luar provinsi dimana individu anak berasal.
104 Proses mencari identitas terjadi dalam partisipasi antara “Aku” dengan “Aku
yang lain” dan dunia kehidupan proksimitas yaitu dunia yang paling dekat dan dihayati oleh individu. Rumah adalah tempat pertemuan atau rumah kediaman
home bukan hanya merupakan tempat berteduh house. Sebagai rumah pertemuan ada rasa kehangatan sebagai bagian dari rasa kemanusiaan bermuatan
emosi dan empati untuk saling berdialog dan berinteraksi. Rumah merupakan ajang pertemuan dari individu yang otonom, dinamis dan membuka diri. Terjadi
penghalusan dan pengarahan kekuatan yang ada pada setiap individu. Anggota keluarga menjadi syarat eksistensi atau keberadaan seorang
individu. Dalam mencari identitas setiap individu melalui proses partisipasi secara seimbang. Proses individualisasi dalam menemukan identitas semakin lama
semakin besar dalam mencari bentuk dan mencari arah melalui partisipasinya dengan dunia kehidupan yang dinamis. Dunia kehidupan diberi arti terus menerus
Tilaar, 2002:277 Karya serta aktivitas individu telah menghasilkan bentuk-bentuk dan cara-
cara kehidupan, baik hubungan antara sesama kehidupan maupun dengan alam seluruhnya membentuk apa yang disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan pada
hakekatnya merupakan proses individualisasi serta pengembangan dunia terus menerus. Kebudayaan merupakan ciptaan kreativitas dinamika manusia. Tindakan
manusia ditentukan oleh lingkungan kebudayaannya. Praktek kependidikan secara ontologis dan epistemologis merupakan tindakan yang berinteraksi dengan
kebudayaan. Pendidikan tidak terlepas dari kebudayaan dan kebudayaan tidak terlepas dari pendidikan Tilaar, 2002: 279.
105