Simpulan SIMPULAN DAN SARAN

208 4. Pembudayaan kompetensi pada SMK merupakan transformasi unsur-unsur THK yaitu jiwaatman, tubuhangga sarira, dan prana sabda, bayu idep siswa dengan stimulus THK dalam lingkungan SMK, THK dalam lingkungan keluarga, THK dalam lingkungan masyarakat desa pakraman, DU-DI, dan masyarakat global. Proses pembudayaan kompetensi adalah proses partisipasi aktif kreatif di antara individu THK, antara individu THK dengan lingkungan kehidupan proksimitas terdekat, dan individu THK dengan Tuhan. 5. Penelitian ini menghasilkan Teori Tri Budaya yaitu Pendidikan Kejuruan akan berhasil jika mampu mengembangkan budaya berkaryakerja, budaya belajar, dan budaya melayani. 6. Agar pembudayaan kompetensi di SMK dapat berlangsung efektif, maka karma-jnana-bhakti harus diputar spiral diatas ajaran tri murti, tri kona, dan tri guna seperti Gambar 24. Gambar 24. Pola Pembudayaan Kompetensi Berbasis Ideologi THK Jnana : Budaya Belajar Bhakti Persembahan: Budaya Melayani Karma : Budaya Berkarya BRAHMA Utpati Rajas Wisnu Stiti Satwam SIWA Pralina Tamas KOMPETENSI Dikendalikan dengan Kecerdasan Belajar 209

B. Implikasi

Internalisasi konsep masyarakat Bali dalam melakukan pembudayaan kompetensi melalui ideologi THK pada SMK berdampak positif, dimana SMK menjadi: 1 berkembang secara holistik dan berkelanjutan untuk kemajuan sosial bersama; 2 tempat yang nyaman bagi siswa dalam belajar, berkembangnya emosi, spiritualitas, ilmu, dan teknologi siswa; 3 memberi kontribusi pada pelestarian lingkungan, seni, budaya, dan kearifan lokal; 4 terjaganya kesehatan, kebugaran, daya tahan tubuh siswa; 5 berkembangnya wawasan seni-budaya bali, dan 6 tempat belajar mengelola permasalahan secara win-win solution. Penerapan konsep tri kona dan tri guna membuat outcome SMK menjadi act locally and develop globally. SMK di Bali sebagai sosok lembaga lokal yang kuat mempertahankan nilai-nilai tradisi serta berpandangan internasional Cheng, Y.C., 2005. Keuntungan yang diperoleh yaitu masyarakat Bali dapat memelihara nilai- nilai tradisi dan identitas budaya Bali, mengakumulasikan pengetahuan- pengetahuan lokal Bali dalam menumbuhkan pengetahuan baru yang memberi kontribusi pada pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan global. Pendidikan di SMK di Bali berkembang sesuai dinamika perubahan yang terjadi dan mengarahkan perubahan menuju pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat Bali, penguatan peradaban bangsa, lahirnya masyarakat berbudaya belajar, berbudaya kerja, berbudaya melayani, berahlak mulia, sejahtera, toleran, harmoni dalam kemajemukan, sadar lingkungan, taat pada aturan sosial, jujur, saling mencintai, kreatif, aktif di masyarakat desa pakraman, aktif di sekolah, dan berketuhanan. 210 SMK dalam mengembangkan pola pembudayaan kompetensi dengan pengembangan budaya kerja, budaya belajar, dan budaya melayani membutuhkan sikap mental dan moral sebagai learning organization yang mampu menumbuhkan kecerdasan belajar sebagai sentral untuk mengembangkan kecerdasan emosional-spiritual, kecerdasan sosial-ekologis, kecerdasan intelektual, kecerdasan kinestetis, kecerdasan ekonomika, kecerdasan politik, kecerdasan teknologi, dan kecerdasan seni-budaya. Kesembilan kecerdasan ini disebut dengan Wiwekasanga seperti Gambar 25. Gambar 25. Wiwekasanga: Sembilan Kecerdasan Kontekstual Kecerdasan ganda kontekstual wiwekasanga merupakan pengembangan kecerdasan manusia Howard Gardner, 1993 menjadi enam kecerdasan ganda kontekstual Cheng, 2005 dalam teori Pentagon kemudian menjadi sembilan bagian seperti rumusan Tabel 17. Wiwikasanga sebagai kecerdasan ganda kontekstual dapat digunakan pada semua bidang pendidikan. KECERDASAN BELAJAR Kecerdasan Emosional-Spiritual Kecerdasan Sosial-Ekologis Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Kinestetis Kecerdasan Ekonomika Kecerdasan Politik Kecerdasan Teknologi Kecerdasan Seni-Budaya