Implikasi SIMPULAN DAN SARAN

210 SMK dalam mengembangkan pola pembudayaan kompetensi dengan pengembangan budaya kerja, budaya belajar, dan budaya melayani membutuhkan sikap mental dan moral sebagai learning organization yang mampu menumbuhkan kecerdasan belajar sebagai sentral untuk mengembangkan kecerdasan emosional-spiritual, kecerdasan sosial-ekologis, kecerdasan intelektual, kecerdasan kinestetis, kecerdasan ekonomika, kecerdasan politik, kecerdasan teknologi, dan kecerdasan seni-budaya. Kesembilan kecerdasan ini disebut dengan Wiwekasanga seperti Gambar 25. Gambar 25. Wiwekasanga: Sembilan Kecerdasan Kontekstual Kecerdasan ganda kontekstual wiwekasanga merupakan pengembangan kecerdasan manusia Howard Gardner, 1993 menjadi enam kecerdasan ganda kontekstual Cheng, 2005 dalam teori Pentagon kemudian menjadi sembilan bagian seperti rumusan Tabel 17. Wiwikasanga sebagai kecerdasan ganda kontekstual dapat digunakan pada semua bidang pendidikan. KECERDASAN BELAJAR Kecerdasan Emosional-Spiritual Kecerdasan Sosial-Ekologis Kecerdasan Intelektual Kecerdasan Kinestetis Kecerdasan Ekonomika Kecerdasan Politik Kecerdasan Teknologi Kecerdasan Seni-Budaya 211 Tabel 17. Wiwekasanga: 9 Kecerdasan Kontekstual dan Dampaknya dalam Pembudayaan Kompetensi Sembilan Kecerdasan Kontekstual Definisi Dampak yang Diharapkan Dalam Pembudayaan Kompetensi Kecerdasan Emosional- Spiritual Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, berbuat, mengelola emosi dan spirit untuk meningkatkan kemampuan olah rasa, olah hatikalbu, kepekaan, keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, budi pekerti luhur. Individu yang cerdas secara emosional- spiritual dapat memberi sumbangan kepada pengembangan emosi dan spiritual sekolah, keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara. Kecerdasan Sosial- Ekologis Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, berbuat, mengelola secara sosial, mengefektifkan pengembangan keseimbangan dan keharmonisan antar individu pawongan. Kemampuan menggalakkan pembangunan ramah lingkungan, menjunjung hak dasar tiap makhluk untuk mempertahankan diri dan berkembang biak, sebagai mitra alam semesta, bertanggung jawab atas masa depan seluruh kosmos. Individu yang cerdas secara sosial-ekologis dapat memberi sumbangan kepada pengembangan hubungan timbal balik, demokratis, empatik dan simpatik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, ceria dan percaya diri, menghargai kebhinekaan dalam bermasyarakat dan bernegara, serta berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara, bertanggungjawab atas masa depan seluruh kosmos. Kecerdasan Intelektual Berkenaan dengan ability kemampuan olah pikir, berbuat, mengelola diri untuk memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bersikap kritis, kreatif dan imajinatif. Individu yang cerdas secara intelektual dapat memberi sumbangan kepada pengembangan kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, bersikap kritis, kreatif dan imajinatif. Kecerdasan Kinestetis Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, mengolah raga, mengelola diri untuk mewujudkan insan yang sehat, bugar, berdaya- tahan, sigap, terampil, dan trengginas sebagai aktualisasi insan adiraga. Individu yang cerdas secara kinestetis dapat memberi sumbangan kepada pengembangan kesehatan, kebugaran, daya- tahan, sigap, terampil, dan trengginas sebagai aktualisasi insan adiraga. Kecerdasan Ekonomika Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, berbuat, mengelola secara ekonomi dan mengoptimalkan penggunaan berbagai sumberdaya. Individu yang cerdas secara ekonomika dapat memberi sumbangan kepada pengembangan pembangunan ekonomi masyarakat. Kecerdasan Politik Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, berbuat, mengelola secara politik dan mendorong dampak win-win solution. Individu yang cerdas secara politik dapat memberi sumbangan kepada pembangunan politik di masyarakat. Kecerdasan Teknologi Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, berbuat, mengelola dan memaksimalkan keuntungan berbagai jenis teknologi Individu yang cerdas secara teknlogi dapat memberi sumbangan kepada pengembangan teknologi di masyarakat. Kecerdasan Seni-Budaya Berkenaan dengan ability kemampuan berpikir, berbuat, mengelola kehalusan dan keindahan seni dan budaya, serta kompetensi untuk mengekspresikan, menggunakan aset seni- budaya dan menciptakan nilai-nilai baru. Individu yang cerdas secara seni-budaya yang dapat memberi sumbangan kepada pengembangan seni-budaya di masyarakat. Kecerdasan Belajar Berkenaan dengan ability kemampuan belajar dan berpikir kreatif dan kritis dalam meningkatkan pemanfaatan potensi biologispsikologis. Individu pembelajar yang dapat memberi sumbangan pada pembangunan dan pengembangan belajar masyarakat 212 Pengembangan SDM pendidikan kejuruan di Bali harus ditangani lebih profesional. Ke depan pendidikan untuk dunia kerja tidak bisa hanya diserahkan kepada lembaga-lembaga pendidikan formal semata. Pendidikan formal itu harus diimbangi dengan pendidikan informal dan nonformal. Pembagian beban pendidikan pada jalur formal, informal, dan non formal perlu pemikiran ulang. Bagaimana jalur formal, informal, dan non formal sebagai pusat pendidikan seimbang dan berjalan bersama dalam membangun kompetensi siswa. Kompetensi apa yang harus diberikan di pendidikan formal di sekolah, kompetensi apa yang harus diberikan di pendidikan non formal di masyarakat dan informal dalam keluarga. Sekolah mendidik siswa menjadi orang terampil dan kompeten sesuai bidang dan kompetensi keahlian. Di masyarakat dan di keluarga diajari dan dilatih agar moral dan mentalnya kuat. Pendidikan menengah kejuruan harus diarahkan pada pengembangan SDM yang makin berkualitas. Penerapan para widya dan apara widya itu setidak- tidaknya dapat melahirkan SDM yang sehat, segar, dan bugar secara jasmani, tenang secara rohani dan profesional dalam kerja. Dalam pengembangan pendidikan dunia kerja untuk kebutuhan pengembangan pertumbuhan ekonomi harus diawali dengan penjagaan dan pemeliharaan alam bhutahita. Penggunaan alam tidak boleh merusak pranata sosial baru akan terbangun ekonomi berkelanjutan. Untuk mewujudkan hal tersebut dapat dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan baik SMK, desa pakraman, banjar, keluarga. Pendidikan kejuruan akan berhasil jika mampu menumbuhkembangkan eksistensi manusia pendidikan kejuruan yang memasyarakat, berbudaya 213 kompetensi dalam tatanan kehidupan berdimensi lokal, nasional, regional, dan global. Sebagai produk masyarakat, pendidikan kejuruan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat dimana pendidikan kejuruan dikembangkan. Pendidikan kejuruan tumbuh dari masyarakat, berkembang bersama budaya masyarakat setempat, memperhatikan keunggulan lokal, potensi wilayah, dukungan masyarakat, partisipasi dan kerjasama masyarakat, terdapat konsensus yang kuat di antara masyarakat dengan lembaga pendidikan kejuruan. Untuk itu semua sivitaspawongan di SMK perlu: 1 memahami dan menghargai ideologi THK, memahami ajaran tri murti, tri kona, tri guna; 2 memahami sejarah masyarakatnya, warisan budaya dan tradisi masyarakat; 3 mengembangkan toleransi dan simpati untuk memiliki dan kemauan untuk bekerja dan hidup dengan orang-orang lain dari berbagai latar belakang, kepentingan dan gaya hidup; 4 mengembangkan rasa menghormati orang lain, mempertimbangkan kepentingan mereka dan peka dalam melakukan hubungan interpersonal, berkomunikasi dan menjada etika kesopanan; 5 mengambil peran dalam aktivitas seni dan budaya, dan kesempatan yang mereka tawarkan untuk imajinasi dan kreativitas; 6 menghargai pentingnya etika dalam bisnis, berkarya, melakukan penciptaan, olahraga dan hubungan pribadi; 7 mandiri dan rasional; 8 menerima pencarian makna yang ditawarkan oleh agama, budaya, adat-istiadat, humanisme, dan lainnya yang dihargai sebagai sikap hidup bersama. 214

C. Keterbatasan Penelitian

Salah satu keterbatasan penelitian ini terletak pada aspek waktu. Batas waktu penyelesaian pendidikan S-3 selama tiga tahun atau 6 semester menjadi tekanan untuk segera menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan penuh pada semester ke tujuh. Keterbatasan waktu mengharuskan peneliti membatasi kedalaman penggalian dan pembangkitan data selama enam bulan di lapangan. Dengan waktu yang lebih longgar mestinya peneliti dapat melakukan konfirmasi temuan kepada narasumber atau informan lain jika dipandang perlu. Dengan pemanfaatan waktu yang sangat ketat selama enam bulan penuh berinteraksi langsung dengan subyek penelitian hasil-hasil penelitian yang didapat seperti apa yang sudah diuraikan didepan. Bobot pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan desa pakraman, lingkungan SMK, dan lingkungan DU-DI terhadap pembentukan kompetensi siswa SMK secara mendalam belum bisa disajikan dalam penelitian ini karena luasnya bidang keahlian kejuruan dan kompetensi kejuruan yang diselenggarakan di SMK. Masing-masing bidang keahlian kejuruan yaitu: 1 Teknologi dan Rekayasa; 2 Teknologi Informasi dan Komunikasi; 3 Kesehatan; 4 Seni, Kerajinan, dan Pariwisata; 5 Agribisnis dan Agroteknologi; dan 6 Bisnis dan Manajemen memiliki karakteristik berbeda. Disamping itu faktor-faktor latar belakang lingkungan keluarga, faktor-faktor latar belakang lingkungan desa pakraman, faktor-faktor latar belakang lingkungan SMK, dan faktor-faktor latar belakang lingkungan DU-DI karakteristiknya cukup luas. Pengkajian bobot pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan desa pakraman, lingkungan SMK, 215 dan lingkungan DU-DI terhadap pembentukan kompetensi siswa SMK memerlukan waktu yang lebih lama.

D. Saran

Temuan-temuan sebagai hasil pemaknaan dari penelitian ini sangat perlu didesiminasikan, pertama kepada lingkungan masyarakat pendidikan kejuruan mulai dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Provinsi Bali, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga KabupatenKota se Provinsi Bali. Kedua dilanjutkan kepada unsur pimpinan dan staf manajemen SMK di seluruh Bali untuk dimintakan pendapat dan pandangannya. Teori Tri Budaya Pembudayaan Kompetensi dan Wiwekasanga kecerdasan ganda sebagai hasil dari pengkajian dan pemaknaan penelitian ini perlu disosialisasi kepada masyarakat pendidikan kejuruan di Indonesia dan internasional pada umumnya. Untuk itu, perlu dicarikan wadah publikasi melalui jurnal nasional maupun internasional. Perlu dilakukan pengkajian penelitian lebih lanjut untuk menemukan pola bobot pengaruh lingkungan keluarga, lingkungan desa pakraman, lingkungan SMK, dan lingkungan DU-DI terhadap pembentukan kompetensi siswa SMK, sehingga para pengembang SMK di Bali dapat megembangkan model pembudayaan kompetensi dengan lebih terarah dan lebih tepat.