53
I. Rekomendasi
Berdasarkan studi kelayakan dan dukungan positip masyarakat, maka peneliti
merekomendasikan kepada Pemerintah Kota Yogyakarta untuk :
1. Membuat Pojok Pintar di Halte Bis TransJogja yang menyediakan
bahan bacaan seperti : media cetak surat kabar, majalah, tabloid, dll,
buku bacaan yang bermanfaat, dan beragam produk informasi dari
pemerintah kota untuk sosialisasi program-program pembangunan.
Pengelolaan Pojok Pintar tersebut menjadi tanggung jawab 2 orang
petugas yang telah tersedia sebelumnya di masing-masing halte
bis. Kerjasama pengadaan media cetak dan bahan bacaan dapat
dilakukan dengan media lokal dan nasional yang ada di Yogyakarta,
penerbit buku yang tergabung dalam Ikatan Penerbit Indonesia IKAPI
Yogyakarta, dan dukungan masyarakat. Secara teknis, Pojok
Pintar didisain secara sederhana di pojok bagian dalam halte bis berupa
1 rak buku, dan wadah media cetak, serta kursi panjang tempat para
penumpang menunggu bis sambil membaca. Pojok Pintar berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi Information and Communication
Technology dapat juga dirancang sebagai alternatif, dengan
menyediakan 1 anjungan komputer yang menyediakan informasi digital.
2. Melakukan sosialisasi tentang
keberadaan pojok pintar dan pentingnya minat baca, melalui
berbagai program komunikasi, seperti : advertorial dan pemberitaan
di media massa, pembuatan brosurpamflet, pengumuman secara
langsung di bis TransJogja oleh crew bis, dan sebagainya.
J. Daftar Pustaka Argenti, Paul A, 2003, Corporate
Communication, McGraw-HillIrwin, New York
Majchrzak, Ann, 1984, Methods for Policy Research, Baverly Hill, Sage
Publication Wasesa, Silih Agung, 2005, Strategi Public
Relations, Gramedia, Jakarta Wilcox, Dennis L, Ault, Philiph H, Agee,
Warren K, 1992, Public Relations, Strategies and Tactics, Harper Collins
Publishers, New York Kedaulatan Rakyat, 20 Februari 2008
Kedaulatan Rakyat, 26 Maret 2008 http:transjogja.net
http:www.kompas.comindex.phpreadxml
2008020611592424sultan.hbx.bus.tr ansjogja.segera.dioperasikan
http:www.kompas.comindex.phpreadxml 2008042611271817penumpang.tran
s-jogja.naik. http:kompas.co.idindex.phpreadxml2008
042519252435konsep.bus.trans- jogja.diminati.daerah.lain
54
STUDI KASUS PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMA DI KOTA YOGYAKARTA
oleh: Dra. S. Hafsah Budi Argiati.,S.Psi.,M.Si
A. Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk bullying yang
pernah dialami pelajar di sekolah, faktor- faktor apakah yang menyebabkan pelaku
melakukan bullying, akibat yang ditimbulkan, reaksi atas tindakan bullying yang
diterimanya, siapa saja pelaku bullying dan dimana anak mengalami bullying?. Subjek
penelitian 113 pelajar SMA di kota Yogyakarta. Alat ukur yang digunakan
adalah skala, observasi, wawancara dan DKT diskusi terarah. Analisa data
dilakukan secara diskriptif-kualitatif.
Hasil penelitian bullying Fisik;
ditendangdidorong, dihukum push upberlari, dipukul, dijegaldiinjak kaki,
dijambak dan ditampar, dilempar dengan baran, diludahi dan ditolak sama-sama
mendapatka, dipalakdikompas. Bullying Psikhis: Kurang percaya diri, siswa pandai
kurang pandai. Cantik ganteng atau sebaliknya, siswa yang tidak mau
memberikan jawaban. Sulit bergaul canggung, siswa yang berpenampilan lain,
menyebalkan menantang bully mendapatka. Mempunyai logat tertentu gagap, siswa
ekonomi yang baik tidak. Penyebab mendapat perlakuan bullying; Kurang
percaya diri, siswa pandaikurang pandai, cantik ganteng atau sebaliknya, siswa yang
tidak mau memberikan jawaban. Sulit bergaulcanggung, siswa yang
berpenampilan lain dari yang lain, menyebalkan menantang bully. Mempunyai
logat tertentu gagap dan siswa ekonomi yang baik tidak baik. Akibat bullying:
Konsentrasi berkurang, kehilangan percaya diri, stress dan sakit hati, menangis. Gugup
tegang, trauma berkepanjangan, membalas , kasar dan dendam, berbohong, pusing, sulit
tidur, mimpi buruk, mual, minta pindah sekolah.
Reaksi korban bullying;
Membalas, memaklumi tindakan pelaku, diam tak berdaya, melarikanmenghindar
dan menuruti keinginan pelaku. Bullying terjadi; di Sekolah, tempat bermain, di
rumah, di jalan menuju sekolah. Pelaku Bullying; Teman sekolah, orang tak dikenal,
tetangga, guru, orangtua dari saudara.
Kata Kunci: Bullying, remaja B. Pendahuluan
Permasalahan remaja pada dasarnya merupakan masalah yang kompleks sebagai
hasil interaksi berbagai penyebab antara lain keadaan remaja itu sendiri, yaitu berkaitan
dengan masalah pertumbuhan fisik biologis serta perkembangan psikis remaja yang
sedang mengalami banyak perubahan masa transisi, selanjutnya sumber masalah
yang berasal dari lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan sosial Gardner,
1988.
Salah satu sumber permasalahan di lingkungan sekolah, yaitu adanya tradisi
bullying gencet-gencetan antara siswa senior kepada siswa junior yang sering kita
kenal dengan istilah perpeloncoan pada siswa-siswa baru. Tradisi bullying telah
membudaya dan menjadi kebiasaan di kalangan remaja yang sulit dihentikan.
Dampaknya dapat meningkatkan tindakan kekerasan dan kriminalitas.
‘Bullying’ sepertinya sudah menjadi ‘bagian hidup’ siswa. Kasus bullying dalam
bentuk paling ‘ringan’ seperti kata-kata hingga yang ‘keras’ seperti kekerasan fisik
mudah ditemukan di lingkungan sekolah. Apabila hal ini terjadi, sekolah jadi tempat
yang tidak menyenangkan, bahkan menakutkan.
Dampak bullying dapat sangat luar biasa terutama bagi korban. Dampak itu
dapat jangka pendek, bahkan seumur hidup. Permasalahan-permasalahan yang
timbul pada remaja akan mengganggu tugas perkembangan remaja. Adapun tugas-tugas
perkembangan remaja meliputi; membina hubungan baru yang lebih dewasa dengan
teman sebaya baik laki maupun perempuan, pencapaian peran sosial maskulinitas atau
feminitas, pencapaian kemandirian emosi dari orang tua, orang lain, pencapaian
kemandirian dalam mengatur keuangan,
55 menerima keadaan fisiknya dan
menggunakan secara efektif, memilih dan mempersiapkan pekerjaan, mempersiapkan
pernikahan dan kehidupan keluarga, membangun ketrampilan dan konsep-
konsep intelektual yang perlu bagi warga negara, pencapaian tanggungjawab sosial,
memperoleh nilai-nilai dan sistem etik sebagai penuntun dalam berperilaku.
Tradisi bullying sangat minim
diperhatikan baik di kalangan para pendidik maupun para psikolog anak. Padahal kalau
kita cermati dampak bullying sangat mempengaruhi perkembangan psikis anak.
Anak yang menjadi korban bullying akan merasa rendah diri, cemas, takut, kecewa,
sedih, dan putus asa, kalau hal ini tidak mendapatkan perhatian yang serius akan
berdampak lebih fatal yaitu meningkatkan anak putus sekolah.
Beberapa kebiasaan yang dilakukan remaja dalam menghadapi tindakan
kekerasan di sekolah ‘tradisi gencet- gencetan’ yaitu; 1 Respons penolakan,
meliputi perasaan cemas, menerima begitu saja, memberikan tanggapan, lari,
menyerang fight, 2 Gap interpersonal, 3 Refleksiologi emosional, meliputi
menyalahkan, merahasiakan sesuatu, perasaan tertekan, dan kemarahan.
Hasil penelitian Flannery dkk 1994 menyatakan bahwa hasil temuannya faktor
kemampuan interpersonal dalam menghadapi tekanan atau pengaruh
kelompok teman sebaya memiliki implikasi yang penting dalam pendidikan dan program
intervensi, yaitu pertama, para praktisi seharusnya membimbing remaja untuk
belajar keterampilan yang membantu mereka untuk mengatasi masalah dengan
kelompok teman sebayanya; kedua, remaja membutuhkan ketrampilan untuk memilih
teman dengan cara yang bertanggung jawab; ketiga, remaja membutuhkan
ketrampilan yang dapat membantu mereka untuk menghadapi tekanan teman sebaya.
Dampak bullying dapat jangka
pendek dan dapat seumur hidup. Korban menjadi takut ke sekolah dan kehilangan
rasa percaya diri. Berdasarkan uraian di atas peneliti
bermaksud melihat bentuk-bentuk bullying, faktor-faktor penyebab terjadinya bullying,
akibat bullying, reaksi bullying, pelaku bullying, tempat terjadinya bullying
C. Tinjauan Pustaka