Perbandingan Manajemen Pembinaan Siswa

19

2. Perbandingan Manajemen Pembinaan Siswa

Kedua asrama telah memiliki arah dan prinsip pembinaan siswa di asrama yang relatif sama, yakni menekankan pada aspek ibadah, pembiasaan akhlak mulia, kesederhanaan dan keterampilan berbahasa asing. Hal ini memang telah menjadi nilai dan jiwa pesantren pada umumnya. Singkat kata pendidikan asrama pesantren lebih menekankan pada pengembangan afeksi dan keterampilan siswa. Manajemen pembinaan yang berbeda di antara dua asrama tersebut adalah keterlibatan siswa dalam unit pendidikan. Di komplek pelajar PP. Nurul Ummah, keterlibatan siswa dalam pengajaran di asrama hanya salah satu dari keterlibatan mereka dalam unit kegiatan pengajaran lain, yaitu Madrasah Diniyyah pesantren dan Madrasah Aliyah atau Madrasah Tsanawiyah pendidikan formal. Hal ini berbeda dengan unit pendidikan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah yang telah terintegrasi dalam unit kegiatan pengajaran Madrasah Aliyah atau Madrasah Tsanawiyah yang mengadopsi kurikulum nasional Diknas, Departemen Agama dan kurikulum pesantren Muallimin sendiri. Hal ini memang terkait erat dengan latar belakang historis masing- masing pesantren. Dalam konteks asrama pelajar PP. Nurul Ummah, yang memisahkan unit- unit pengajaran, memiliki nilai negatif, yaitu berdampak pada beban belajar siswa yang lebih berat, sebab setiap siswa dituntut untuk memenuhi nilai ketuntasan kurikulum yang berbeda–beda, yaitu kurikulum Madrasah Diniyyah pesantren, kurikulum sekolah formal Departemen Agama dan Diknas juga kurikulum pendidikan asrama sendiri beserta evaluasi belajar yang tidak tidak terintegrasi. Kecuali itu, juga menuntut penyelerasan orientasi pendidikan yang tidak mudah agar tidak terjadi kerancuan atau tumpang tindih demi mencapai tujuan pendidikan pesantren secara umum. Adapun dalam konteks pembinaan di Madrasah Muallimin Muhammadiyah akan berdampak negatif pada gemuknya satu kurikulum yang mengadopsi tiga kurikulum secara langsung, serta meniscayakan variabel evaluasi yang sangat luas. Hal ini akan berdampak pada fokus kompetensi anak yang tidak jelas. Pada aspek pembinaan bahasa asing, kedua pesantren memiliki arah kebijakan yang sama, yakni mendorong siswanya untuk terbiasa dengan bahasa asing dalam keseharian mereka. Program yang dikembangkan oleh Madrasah Muallimin Muhammadiyah relatif lebih bervariatif. Keduanya memiliki kelemahan yang sama, yaitu optimalisasi penerapan bahasa asing dalam keseharian para santri, seharusnya kedua asrama mengadakan atau meningkatkan peran mahkamah bahasa setiap harinya. Selain itu pembinaan bahasa asing bagi para guru dan pengelola asrama juga harus menjadi prioritas agar kedua bahasa asing dapat diterapkan secara optimal dalam kehidupan asrama. Tinjauan pembinaan akhlak atau moralitas pada kedua pesantren menunjukkan bahwa kedua pesantren memiliki pendekatan yang relatif sama, yaitu pendekaan pengawasan etiket pergaulan dan pendekatan spiritual. Dalam hal ini asrama pelajar PP. Nurul Ummah memiliki penekanan yang lebih kuat dalam pendekatan spiritual, seperti ritual mujahadah, shalat tasbih, wiridan dan sholat dhuha. Keduanya memiliki tingkat pelanggaran yang tidak begitu signifikan, khususnya pelanggaran-pelanggaran berat yang berkenaan dengan ketentuan syariat islam. Kedua asrama belum menerapkan sistem pembinaan moralitas siswa yang sistematis dengan pendekatan program ketauladanan dari para guru, pengelola atau pimpinan. Pendekatan ini akan sangat penting bagi pendidikan yang berkenaan dengan perilaku anak- anak. Selain itu belum terdapat sistematika kontrol sosial melalui masing- masing santri untuk saling mengawasi perilaku sesama mereka. Kedua pendekatan tersebut akan sangat baik jika diterapkan. 20 Tabel 2 Perbandingan Manajemen Pembinaan Siswa PERBANDINGAN MANAJEMEN PEMBINAAN SISWA Asrama Pelajar PP. Nurul Ummah Asrama Muallimin Muhammadiyah • Memiliki arah pembinaan kepada ibadah, akhlak, kesederhanaan dan keterampilan • Santri mengikuti proses belajar mengajar di sekolah formal MAMTS, Madrasah Diniyah, dan Asrama. • Meningkatkan kemampuan bahasa asing melalui pendampingan dan pengajaran intensif • Membina akhlak karimah melalui pendekatan jasmaniah dan spiritual dengan spiritual yang lebih kuat • Memiliki program pembinaan meliputi ibadah, Al-Quran, bahasa, aklakul karimah, kemandirian, kesederhanaan, semangat belajar dan kepeloporan kekaderan • Santri hanya mengikuti belajar mengajar di sekolah formal MAMTS yang memiliki kurikulum terpadu Diknas, Depag dan Kepesantrenan • Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan membentuk lingkungan bahasa asing. • Membina akhlak karimah melalui pendekatan jasmaniah dan spiritual secara seimbang.

3. Perbandingan Manajemen Personalia