Pendahuluan Jurnal Penelitian BAPPEDA Kota Yogyakarta | Makalah Dan Jurnal Gratis 14 JURNAL VOL 5

1 ANALISIS POTENSI DAN PERMASALAHAN TERHADAP PELUANG IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEDESTRIANISASI DI KAWASAN MALIOBORO Studi Pedestrianisasi dalam Mendukung Kota Yogyakarta Sebagai Kota Pendidikan dan Pariwisata Berbasis Budaya Oleh : Eko Heriyanto

A. Abstraksi

Pengembangan pedestrianisasi di kawasan Malioboro diperlukan untuk mendukung kawasan Malioboro sebagai kawasan pusat kegiatan ekonomi, sosial, pusaka heritage dan rekreatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan pengembangan pedestrianisasi dalam mendukung kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan pariwisata berbasis budaya. Penelitian ini merupakan tahap awal dari proses perencanaan kebijakan yang mempunyai sasaran untuk mendapatkan sebanyak mungkin konsep-konsep alternatif yang memberikan potensi terhadap solusi permasalahan kawasan. Penelitian dilakukan melalui studi deskriptif melalui studi kepustakaan, observasi langsung lapangan dan kaji banding terhadap perencanaan kasus serupa di kota negara lain. Hasil yang didapat dalam penelitian ini dalam kerangka pengembangan pedestrianisasi dalam mendukung kota pendidikan dan pariwisata berbasis budaya adalah berupa konsep pengembangan jalur- jalur pedestrian linier dan public square di Kawasan Malioboro yang tidak hanya sebagai ruang untuk sirkulasi tetapi pengembangan kedepan perlu diarahkan untuk fungsi rekreatif melalui pengembangan ruang terbuka publik yang nyaman, menampung aktivitas ekonomi- perdagangan dan menampung aktivitas sosial meeting, atraksi budaya, sebagai wadah sharing knowledge dan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata dan kesehatan lingkungan. Strategi implementasi dengan mempertimbangkan potensi dan permasalahan dapat diberikan arah rekomendasi pengembangan meliputi adalah 1 pengembangan kantong parkir untuk mendukung kenyamanan pedestrian seperti melalui revitalisasi Stasiun Tugu, 2 pengembangan zona pedestrian pada pemukiman padat kota yang nyaman dan bernuansa lokal, 3 pembatasan kendaraan bermotor masuk jalan Malioboro melalui pembangunan infrastruktur dan manajemen demand layanan, 4 memperluas dan mengembangkan area ruang publik pada kompleks taman pintar, beteng Vedenberg dan parkir selatan pasar Beringharjo sebagai ruang terbuka publik, area hijau kota, pasar buku dan taman bermain anak menjadi model pengembangan kawasan pendukung tematik kota pendidikan dan rekreatif yang berwawasan lingkungan, 5 Pengembangan zona jalur pedestrian pada pemukiman pinggiran sungai dengan arahan jangka panjang untuk mengembalikan fungsi secara bertahap daerah konservasi sungai ruang terbuka publik yang hijau, selain menciptakan kebutuhan hunian penduduk lokal untuk masa-masa akan datang. Kata Kunci: Pedestrianisasi Malioboro, Kota Pendidikan, Pariwisata Berbasis Budaya, Potensi Permasalahan

B. Pendahuluan

Kota Yogyakarta memiliki beberapa predikat, antara lain sebagai Kota Perjuangan, Kota Pelajar, Kota Budaya, dan Kota Wisata. Apabila kota Yogyakarta dikembangkan sesuai dengan predikat- predikat tersebut serta dikelola dengan baik, diharapkan akan berdampak positif pada kesejahteraan masyarakatnya RPJPD Kota Yogyakarta, 2007 [1] . Dalam kerangka tematik Kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan, pariwisata berbasis budaya dan kota berwawasan lingkungan, pengembangan kawasan Malioboro mempunyai potensi daya dukung sebagai salah satu kawasan di pusat kota 2 Yogyakarta, sebagai pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya heritage dan rekreatif. Salah satu bentuk pengembangan kawasan adalah perhatian pada ruang-ruang terbuka publik seperti jalur-jalur dan area pedestrian. Penurunan kualitas lingkungan di pusat kota, terbatasnya ruang-ruang terbuka untuk ruang publik menjadi pertimbangan terhadap kebutuhan pengembangan pedestrianisasi di kawasan Malioboro. Institut for Transportation and Development Policy ITPD Amerika Serikat 2003 menyatakan bahwa emisi gas buangan dari kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta yang berupa hidrokarbon sudah melebihi ambang batas baku mutu udara ambient nasional yang ditetapkan pada PP RI No 41 tahun 1999 yaitu sebesar 160 ugm 3 [2] . Dalam kerangka pembangunan kota berkelanjutan pengembangan pedestrianisasi mempunyai nilai strategis karena selain memperbaiki kualitas lingkungan kawasan, revitalisasi kawasan bersejarah heritage, juga dalam rangka menyediakan ruang terbuka publik di pusat kota. Kebijakan pedestrianisasi menjadi strategis dikaitkan dengan fungsi kawasan Malioboro sebagai salah satu icon kota Yogyakarta. Sebagai icon tempat, peningkatan lingkungan di kawasan Malioboro menjadi magnet pasar baik lokal, regional atau bahkan internasional. Sebaliknya penurunan kualitas lingkungan memberikan informasi buruk terhadap daya tarik kawasan. Pengembangan pedestrianisasi mempunyai nilai strategis dan memberikan multiplier effect terhadap pengembangan sektor kegiatan lain seperti perdagangan, industri, hotel-penginapan, industri souvenir dan pariwisata. Namun demikian implementasi kebijakan tersebut akan banyak memunculkan potensi dan permasalahan. Permasalahan utama adalah aspek keruangan yang sangat terbatas, sedangkan aktivitas pengguna selalu meningkat. Penggalian potensi perlu terus dilakukan untuk memunculkan potensi-potensi baru sehingga alternatif konsep pengembangan melalui pemanfaatan biaya yang minimal dengan hasil yang paling optimal dapat diidentifikasi Levi 1997 berpendapat bahwa pemusatan kegiatan di pusat kota akan memberikan efisiensi dalam rantai hubungan aktivitas, efisiensi energi pergerakan, memberikan konstribusi pada nilai jual kawasan apalagi pada kawasan multi fungsi yaitu kegiatan di kawasan akan hidup setiap saat serta memberikan nilai tambah ekonomi pada kawasan. Namun demikian, konsentrasi spasial akan menciptakan berbagai permasalahan seperti kemacetan lalulintas, pencemaran udara, pencemaran air, pembuangan limbah solid dan kebisingan udara yang harus ditanggung secara menyeluruh [3] . Namun demikian implementasi kebijakan tersebut akan banyak memunculkan potensi dan permasalahan. Permasalahan utama adalah aspek keruangan yang sangat terbatas, sedangkan aktivitas pengguna selalu meningkat. Penggalian potensi perlu terus dilakukan untuk memunculkan potensi-potensi baru sehingga alternatif konsep pengembangan melalui pemanfaatan biaya yang minimal dengan hasil yang paling optimal dapat diidentifikasi. Dalam hal ini, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi dan permasalahan dalam pengembangan pedestrianisasi terhadap daya dukung kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan pariwisata berbasis budaya.

C. Metode Penelitian