59 Selain itu wawancara mendalam juga
digunakan untuk mengeksplorasi permasalahan bullying lain yang sulit
diungkap dengan pendekatan yang lain. F. Hasil Penelitian
Dari data hasil skala ini dianalisis dengan teknik analisis deskriptif dengan
menggunakan presentase. Teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya
frekuensi dan prosentase dari bentu-bentuk bullying, faktor-faktor penyebab
mendapatkan perlakuan bullying, akibat yang ditimbulkan atas tindakan bullying,
reaksi apa yang dilakukan setelah mendapatkan bullying, dimana bullying
terjadi dan siapa pelaku bullying.
1. Bentuk-bentuk Bullying
a. Bullying Fisik Bullying fisik yang ditemukan dari
hasil DKT diskusi terarah, wawancara mendalam dan skala
terbagi menjadi dua yaitu bullying verbal dan non verbal. Beberapa
subjek mengaku pernah mendapatkan bullying fisik dari orangtuanya, teman
sekolah, teman bermain yang paling sering dialami ditampar, dipukul,
dijambak, ditendang, dijegal. Hal yang menarik siswa putri mengalami
bullying fisik yang sama dengan siswa putra.
Hasil yang didapat dari DKT, wawancara mendalam maupun hasil
skala tidak menunjukkan banyak perbedaan, namun dari hasil skala
peneliti dapat menemukan jenis-jenis bullying dalam taraf ringan sampai
berat; hasil secara keseluruhan bullying fisik adalah sebagai berikut;
ditendangdidorong 72,22, dihukum push upberlari 71,68 , dipukul
46,02, dijegaldiinjak kaki 34,51, dijambakditampar 23,9, dilempar
dengan barang 23,02, dan dipalak 15,03. Jika dilihat secara
keseluruhan penulis tidak menemukan data yang bertolak belakang antara
hasil wawancara dan skala, karena keduanya dapat saling melengkapi
dan mendukung satu dengan lainnya. b. Bullying Psikologis
Bullying Psikologis yang ditemukan dari hasil DKT diskusi
terarah, wawancara mendalam dan skala terbagi menjadi dua yaitu
bullying verbal dan non verbal. Bullying psikologis dalam bentuk
verbal adalah ucapan kasar, dihinadicaci, diancam, disoraki,
dipermalukan di muka umum, dijuluki dengan sebutan yang tidak
menyenangkan, sehingga merendahkan harga diri dan
mengakibatkan perasaan terluka. Sedangkan kekerasan psikologis
dalam bentuk nonverbal di antaranya adalah sikap sinis, membuang muka
ketika berpapasan.
Baik hasil DKT, wawancara, maupun skala peneliti tidak
menemukan banyak perbedaan. Jika pada skala banyak responden yang
menjawab bahwa teman, orangtua kadang-kadang guru sering menghina
dan menyakiti perasaannya, maka dari hasil DKT dan wawancara mendalam
banyak subjek yang mengaku bahwa hinaan dan cacian menyebabkan rasa
rendah diri dan ingin menarik dari pergaulan.
Hasil skala menunjukkan hampir semua bentuk bullying psikologis
banyak dialami oleh siswa putra maupun putri, namun yang paling
sering terjadi diantaranya adalah difitnahdigosipkan 92,99,
dipermalukan di depan umum 79,65, dihinadicaci 44,25,
dituduh 38,05, disoraki 38,05 dan diancam 30,97.
2. Faktor-faktor penyebab
remaja mendapatkan perlakuan Bullying
Hasil skala yang diberikan pada 113 siswa SMA didapatkan hasil faktor-faktor
penyebab remaja mendapatkan perlakuan bullying.
Berdasarkan hasil skala, DKT dan wawancara mendalam, penulis dapat
menemukan hal-hal yang menyebabkan siswa mendapat perlakuan bullying. Kurang
percaya diri 29,20, merupakan faktor utama siswa mendapatkan bullying dari
60 temannya, siswa pandaikurang pandai juga
menjadi penyebab mengalami bully. Sedangkan cantikganteng atau sebaliknya
27,43 sebagai alasan siswa mendapatkan bullying dan siswa yang tidak
mau memberikan jawaban juga terkena bullying 25,66. Sulit bergaulcanggung
juga menyebabkan anak terkena bullying 23,89, siswa yang berpenampilan lain
dari yang lain mendapatkan bullying 20,35, menyebalkanmenantang bully
mendapatkan 18,58. Mempunyai logat tertentugagap juga terkena bullying
15,93 dan siswa yang orangtuanya mempunyai ekonomi yang baiktidak baik
terkena bullying 7,58. 3. Dampak Perlakuan Bullying
Dampak perlakuan bullying yang paling tinggi adalah konsentrasi berkurang
yang merupakan dampak terbesar akibat perlakuan bullying, yaitu 41,46, akibat
yang lain adalah kehilangan kepercayaan diri sebesar 39,82. Stress dan sakit hati
pada anak yang terkena bullying sebesar 34,51. Bagi anak yang tidak berdaya
mendapat perlakuan bullying hanya dapat menangis sebesar 30,09. Gugup dan
tegang juga dialami oleh anak korban bullying sebesar 25,66 dan mereka yang
mempunyai trauma berkepanjangan sebesar 24,78. Sedangkan anak yang punya
keberanian untuk membalas perlakuan bullying sebesar 20,35.
4. Reaksi yang Dilakukan Setelah
Mendapatkan Bullying
Hasil dari skala yang diberikan pada 113 siswa SMA, ditemukan reaksi-reaksi
remaja setelah mendapat perlakuan bullying Sebagian besar siswa berusaha
untuk membalas perlakuan pelaku sebanyak 49,56, memaklumi tindakan pelaku 35,4
dan diam saja 30,97, karena merasa tidak berdaya. Sebagian lagi anak melarikan diri
atau menghindar dari pelaku bully 16,81 karena khawatir kalau tidak segera lari akan
terkena bully lagi. Sedangkan 5,31 anak menuruti keinginan bully karena kalau
menentang takut diperlakukan lebih buruk lagi.
5. Tempat Dilakukannya Bullying