Hm, apakah ada sesuatu dalam sistem pelaksanaan UN yang mengakibatkan Mungkin karena tuntutannya terlalu tinggi, jadi membuat berbagai kalangan Takut tidak lulus? G: Yap. Tapi, nyatanya kelulusan juga ditentukan oleh UAS dan akhlak baik, namun Ya, memang

46

G: Kalau menurut saya sih karena masih mental orang Indonesia yang

menjunjung tenggang rasa, dimana para guru banyak yang tak tega buat menegur karena mereka tahu bagaimana nasib murid-muridnya sendiri… sedangkan yang murid ya senang-senang saja karena tidak ditegur.

P: Hm, apakah ada sesuatu dalam sistem pelaksanaan UN yang mengakibatkan

sikap tenggang rasa ini muncul saat pelaksanaannya?

G: Mungkin karena tuntutannya terlalu tinggi, jadi membuat berbagai kalangan

ketakutan, bukan cuma muridnya tapi juga gurunya. P: Takut tidak lulus? G: Yap. P: Apakah bisa mengurangi rasa takut dari pihak murid dan sekolah ini? G: Hm... mungkin jika tuntutan kelulusan tidak hanya pada UN rasa takut bisa berkurang.

P: Tapi, nyatanya kelulusan juga ditentukan oleh UAS dan akhlak baik, namun

sepertinya yang diperhatikan hanya UN saja. G: Eng... kelulusan hanya dari UN kan, pada zaman saya, sedangkan UAS pelengkap saja… jadi tidak lulus satu mata pelajaran UN ya tidak lulus SMA. Lampiran C TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GHYNA sambungan 47

P: Ya, memang kalau tidak lulus UN tidak lulus, tetapi kalau tidak lulus UAS juga

tidak lulus. Namun, tidak banyak murid yang takut tidak lulus UAS.

G: Soalnya UAS itu ditentukannya oleh sekolah, dan tidak mungkin ada sekolah

yang tidak meluluskan siswanya… yaa, walau ada saja sih… Kan sekolah juga tidak mau pamornya turun karena ada siswanya yang tidak lulus. P: Tentu... Dan, terakhir, setelah setahun lebih sejak mengikuti UN, bagaimana pendapat Anda sekarang terhdap sontek-menyontek, dan UN-nya sendiri?

G: Sepertinya sih budaya menyontek dan segala macamnya susah untuk dipisah

dari pelajar kita, intinya sudah mendarah daging, kecuali kalau pemerintah bisa lebih tegas dan membuat sistem pendidikan yang lebih baik. P: Lebih baik, misalnya bagaimana? G: Ya, tidak seperti UN yang dijadikan satu-satunya faktor kelulusan, karena yang namanya sekolah kan tidak hanya mengajar dan mengejar nilai tapi juga mendidik… kalau penyamarataan pendidikan macam ini terus, yang sama hanyalah kuantitas angka, bukan kualitas akhlak serta norma.

P: Ya, terima kasih atas partisipasinya, sepertinya cukup sampai di sini. G: Sama-sama.