44
G: Tidak sih, kecuali kalau sudah lebih dari setengah jawaban dari siswa terpintar
sama dengan kunci baru dipakai. Ada satu-dua orang yang paling pintar yang menyamakan dulu, nanti setelah disamakan dan terbukti sama lebih dari
setengahnya, baru kunci dianggap valid dan disebar.
P: Bagaimana caranya kuncinya bisa disamakan sebelum UN? Soalnya sudah
diketahui sebelumnya?
G: Nggak, jadi kuncinya dicatat oleh semua anak. Nanti saat ujian, siswa yang
paling pintar yang juga pegang kunci menyamakan sampai setengahnya... Habis itu baru dia kasih kode kunci mana yang [patut] dipakai sama anak-anak yang lain
P: Bagaimana caranya? G: Yaa, tinggal bisik-bisik saja dari satu orang ke orang lain. Ngasih tahu kunci
yang mana [yang benar] kan lebih gampang ketimbang ngasih tahu semua jawabannya.
P: Selain itu, dari pihak guru dan sekolah sendiri, bagaimana tanggapan mereka
terhadap kerja sama antarsiswa ini? Apakah mereka tahu?
G: Tahu lah, bahkan kadang sumber kuncinya kan dari guru. P: Bisa dibilang, mereka juga mendukung, dong?
Lampiran C TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GHYNA sambungan
45
G: Ya pastinya mendukung, pihak sekolah juga kan nggak mau nama baik
sekolahnya jatuh karena nilai UN siswanya yang hancur.
P: Sementara pada saat penyelenggaraan ujiannya sendiri, apakah mereka juga
melakukan upaya lain?
G: Hm, nggak begitu tahu sih, soalnya guru-guru saat UN kan nggak ada di
tempat.
P: Bagaimana dengan pengawas ujian? G: Pengawas ujian kadang ada yang peduli kadang tidak, ya kebanyakan tidak
peduli. Entah karena ada titipan pesan dari sekolah atau faktor lainnya.
P: Tidak peduli? Maksudnya? G: Ya, membiarkan saja situasi kelas mau bagaimana juga, asal tidak ribut.
P: Meskipun ada murid yang menunjukkan tanda-tanda bekerja sama? G: Iya.
P: Bagaimana pendapat Anda terhadap hal ini? G: Hm, bagaimana ya, tidak bisa menyalahkan walau hal tersebut tetap salah…
soalnya sebagai peserta ujian saya juga diuntungkan, kan?
P: Menurut Anda, mengapa hal ini bisa terjadi—dari pihak murid maupun guru? Lampiran C
TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN GHYNA sambungan
46
G: Kalau menurut saya sih karena masih mental orang Indonesia yang
menjunjung tenggang rasa, dimana para guru banyak yang tak tega buat menegur karena mereka tahu bagaimana nasib murid-muridnya sendiri… sedangkan yang
murid ya senang-senang saja karena tidak ditegur.
P: Hm, apakah ada sesuatu dalam sistem pelaksanaan UN yang mengakibatkan