Dan setelah menyadari keberadaan UN itu, bagaimana perasaan mereka? Hm, waktu itu kan SIMAK [ujian mandiri Universitas Indonesia] jaraknya Begitu menyadari bahwa UN tidak mudah, apakah ada yang berpaling ke cara- Banyak. Biasanya tanya-tanya teman yang pi

36 Lampiran B TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN R. W. HariTanggal Wawancara: Minggu27 November 2010. Identitas Informan: Nama: R. W. Status: Mahasiswa Tingkat 2 Institut Teknologi Bandung Jenis kelamin: Perempuan Peserta UN tahun: 2009 SMA dan Jurusan Asal: SMA Negeri 28 Jakarta, IPA

P: Bagaimana perasaan Anda ketika memasuki Kelas 3, dan mengetahui bahwa

tahun tersebut Anda harus menghadapi UN?

R. W. R: Senang sekali, saya sudah menunggu lama kapan waktunya saya bisa

lulus dari sekolah. P: Tidak ada rasa gelisah? Bagaimana dengan siswa yang lain? R: Tidak sama sekali. Saya sangat excited dengan lulus sekolah-jadi-anak- kuliahan-thingy. Yang lain waktu awal-awal kelas tiga penuh semangat mengejar jurusan impian, UN nggak begitu dipikirkan. Baru pas semester dua mulai menyadari keberadaan UN. P: Dan setelah menyadari keberadaan UN itu, bagaimana perasaan mereka? 37 Lampiran B TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN R. W. sambungan R: Hm, waktu itu kan SIMAK [ujian mandiri Universitas Indonesia] jaraknya dekat dengan UN, mereka awalnya bingung menentukan prioritas. Sembilan puluh persen anak di sekolah saya ikut SIMAK, nah waktu itu kan SIMAK dulu baru UN. Mereka memprioritaskan SIMAK. Setelah SIMAK keluar dan banyak yang nggak lulus SIMAK, mereka baru memikirkan UN, menyadari bahwa ujian tidak mudah, dan menjalani hari menuju ujian dengan raut wajah muram.

P: Begitu menyadari bahwa UN tidak mudah, apakah ada yang berpaling ke cara-

cara yang kurang benar?

R: Banyak. Biasanya tanya-tanya teman yang pintar di ruang penjagalan. Ada

juga yang taruh kertas [s]ontekan di toilet, ada yang beli kunci jawaban. P: Anda tidak terlibat? R: Tidak. P: Mengapa demikian? R: Waktu itu saya iseng-iseng, sih, mengkampanyekan gerakan UN tanpa belajar. Jadi saya bilang ke yang lain, UN itu santai saja, gak usah nyontek, ngebet, pasti lulus. Toh kita masuk universitas nggak perlu NEM. Saya menjalani UN dengan keyakinan sejelek-jeleknya nilai saya masa iya saya nggak lulus, saya tidak tertarik membagus-baguskan nilai saya, jadinya tidak tergoda nyontek. 38 Lampiran B TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN R. W. sambungan P: Bagaimana tanggapan teman-teman Anda terhadap gerakan tersebut? R: Teman-teman saya karena baru patah hati ditolak UI, mereka jadi tidak percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Saya nggak ikut SIMAK jadi masih percaya diri. P: Jadi, masalah kepercayaan diri, ya... Teman-teman Anda yang nyontek, mereka bisa dapat sontekan itu dari mana? R: Tanya teman yang pinter, yang duduk di sekitar. P: Tidak ada yang mendapatkan sontekan dari luar?