Tanya teman yang pinter, yang duduk di sekitar. P: Tidak ada yang mendapatkan sontekan dari luar? Itu kunci jawaban, sih, jadi ada teman saya yang kaya raya. Dia dan gengnya Waktu itu di angkatan saya—di sekolah-sekolah lain juga—entah kenapa Dikatrol? Ap

38 Lampiran B TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN R. W. sambungan P: Bagaimana tanggapan teman-teman Anda terhadap gerakan tersebut? R: Teman-teman saya karena baru patah hati ditolak UI, mereka jadi tidak percaya diri dengan kemampuan mereka sendiri. Saya nggak ikut SIMAK jadi masih percaya diri. P: Jadi, masalah kepercayaan diri, ya... Teman-teman Anda yang nyontek, mereka bisa dapat sontekan itu dari mana? R: Tanya teman yang pinter, yang duduk di sekitar. P: Tidak ada yang mendapatkan sontekan dari luar?

R: Itu kunci jawaban, sih, jadi ada teman saya yang kaya raya. Dia dan gengnya

mendapat pasokan kunci entah beli sama siapa tapi dengar-dengar kuncinya tepat. P: Setelah melihat hasil ujian yang keluar, bagaimana? R: Hm bukan habis lihat hasil sih, kan biasa ya habis ujian anak-anak mencocokkan jawaban. Nah, waktu dibahas ini, kunci jawaban anak orkay [orang kaya] itu lebih dari delapan puluh persen jawabannya tepat. P: Selain itu, jumlah murid yang lulus pasti berpengaruh bagi imej sekolah juga... Bagaimana pandangan guru dan sekolah terhadap sontek-menyontek dan penggunaan kunci jawaban? 39 Lampiran B TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN R. W. sambungan

R: Waktu itu di angkatan saya—di sekolah-sekolah lain juga—entah kenapa

sekolah kelihatan bekerja sama dengan pengawas ujian untuk memperkendor pengawasan. Misalnya, jelas-jelas ada anak yang menyontek, tapi mereka membiarkan. Bahkan ada yang melongokkan kepala sampai nyaris berdiri untuk melihat jawaban teman di depannya tapi pengawas pura-pura nggak melihat. P: Bagaimana pendapat Anda tentang hal ini? R: Saya tidak suka cara mereka. Apalah artinya lulus seratus persen kalau ujian tidak jujur dan nilai dikatrol. Saya mau biar nilai pas-pasan yang penting hasil sendiri. Jujur saya menyumpah-nyumpahi anak orkay yang pakai kunci itu, lha wong dia pemalas, tahu-tahu lulus karena beli kunci yang mahal… Tidak adil P: Dikatrol? Apakah itu yang dilakukan sekolah terhadap nilai UAS? R: Iya. Sedih betul. P: Mengapa sedih? R: Kalau dari pihak murid, pasti malas-malasan UAS. Belajarnya setengah hati. Pikirannya juga Ah, mana mungkin ada sekolah yang mau muridnya tidak lulus. Pihak sekolah juga bingung kan, kalau serius dibuat standar kelulusan, pasti ada banyak yang tidak lulus, soalnya standar kelulusan di sekolah saya 76. Akhirnya Lampiran B TRANSKRIP WAWANCARA DENGAN R. W. sambungan 40 dikatrol, bantu sedikit-sedikit. Ya sedih lah, mungkin sebetulnya saya juga tidak lulus UAS praktikum Olahraga.

P: Sepertinya sekolah juga benar-benar ingin muridnya lulus, ya. Lalu,